Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Hindari Fenomena Orangtua Stres dan Anak Tak Tahu Diri

13 November 2023   09:00 Diperbarui: 20 November 2023   13:59 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak marah kepada orangtua. Sumber: Freepik/karlyukav via kompas.com

Seorang anak remaja menangis histeris bahkan mengeluarkan kata-kata tidak pantas pada orang tuanya. Alasan sederhana si anak meminta di belikan sepeda motor. Padahal anak tersebut masih duduk di bangku SMP. Artinya dari sisi usia, ia belum layak mengendarai motor. 

Disisi lain kondisi keuangan orang tua anak tersebut belum bisa dikatakan mapan. Bekerja serabutan dengan penghasilan tidak pasti tentu membuat si orang tua berpikir dua kali untuk kredit motor. 

Apalagi masih ada kebutuhan utama yang harus dipenuhi seperti membayar kontrakan rumah, kebutuhan makan sehari-hari, biaya pendidikan anak, dan sebagainya. Bahkan orang tua hingga stres mengatur keuangan keluarga dan kerap berpikir bagaimana bisa mendapatkan uang lebih untuk besok? Apakah stok dapur masih cukup untuk besok? Bagaimana membayar cicilan yang akan jatuh tempo? dan sebagainya. 

Jujur saya kerap melihat fenomena ini, orang tua banting tulang bekerja untuk keluarga dan anak namun disisi lain anak kurang bisa kooperatif. Gaya hidup dan gengsi anak jaman sekarang seakan semakin menambah beban orang tua. 

Beberapa saat lalu sempat viral sebuah video yang menampilkan anak merusak sepeda motor di depan dealer. Informasi yang beredar, anak kecewa dan marah karena ayahnya membelikan motor matic sedangkan dirinya menginginkan motor trail. 

Melihat video itu, ada rasa sedih karena pasti orang tua kecewa dan di satu sisi harga motor yang dihancurkan tidak bisa dikatakan murah. Kejadian di atas hanyalah sebagian kisah lain yang kerap terjadi di sekitar kita. 

Mengapa hal ini kerap terjadi? Ini pertanyaan sederhana yang muncul di pikiran saya. Setidaknya ada 3 hal dasar utama yang menjadi faktor penyebab. 

# Penciptaan Citra Diri Pada Generasi Muda

Siapa yang tidak suka jika dirinya di cap kaya, modis, selalu update, punya barang branded dan kekinian? Saya pun jika dibekali cap itu oleh orang sekitar tentu ada rasa bangga. 

Ini pun terjadi di kalangan remaja saat ini. Penciptaan citra diri di lingkungan sosial sangat penting agar menjadi unggul, tidak dikucilkan oleh lingkungan sosial, hingga menargetkan hal khusus. 

Saya pernah membaca kisah seorang anak memaksa orang tua nya untuk dibelikan Iphone keluaran terbaru pada orang guanya. Harga Iphone yang menurut saya bisa dialihkan untuk biaya pendidikan atau kebutuhan lain. 

Anak Yang Pamer Gadget Terbaru Di Tengah Kondisi Finansial Orang Tua Pas-Pasan | Sumber Indozone
Anak Yang Pamer Gadget Terbaru Di Tengah Kondisi Finansial Orang Tua Pas-Pasan | Sumber Indozone

Ironisnya tujuan anak ingin memiliki Iphone hanya teman-temannya sudah memiliki gadget tersebut. Dirinya malu jika hanya ia seorang tidak memiliki gadget tersebut karena akan jadi bahan omongan, minder atau dikucilkan. 

Ada juga anak meminta dibelikan motor terbaru. Uniknya niat si anak karena ia mengincar gebetan di sekolah. Ia lebih percaya diri jika mendekati pujaan hati jika memiliki motor terbaru. Ada rasa malu jika berkencan dengan gebetan dengan motor keluaran lama milik orang tuanya. 

Inilah yang kerap menimbulkan masalah di kemudian hari karena gengsi anak justru menjadi beban orang tua. Jika orang tua mapan secara finansial maka permintaan anak bukan masalah besar namun sebaliknya tentu akan jadi masalah tersendiri. 

# Stigma Anak Adalah Segalanya

Bagi orang tua, membahagiakan anak adalah sebuah keharusan. Maka tidak jarang salah satu cara membahagiakan anak dengan mengikuti keinginan si anak. 

Teman saya curhat jika keponakannya terlalu diistimewakan oleh orang tua. Segala permintaan si anak selalu dituruti tanpa ada penolakan. Bahkan di usia masih sekolah, si anak sudah diberikan fasilitas mobil sendiri sesuai keinginan anak. 

Ternyata orang tuanya dulu hidup sederhana dan bisa dikatakan pas-pasan. Ia merasa anaknya tidak boleh merasakan pedihnya kehidupan yang dirasakan oleh orang tua. Alhasil orang tua kerja keras agar bisa memenuhi keinginan anak. 

Entah kenapa gaya didik seperti ini kurang bijak. Anak menjadi tidak mandiri dan merasa istimewa. Mendapatkan sesuatu tidak butuh usaha lebih cukup meminta pada orang tua jika perlu merengek agar segera dibelikan. 

Saya suka dengan pola asuh sebuah keluarga muda. Ia tidak serta merta membelikan keinginan anak. Orang tua memilah mana yang bersifat urgent ataupun tidak. Seandainya yang diminta anak bukan hal utama maka ada syarat yang dipenuhi oleh si anak. 

Misalkan anak ingin memiliki gadget terbaru maka orang tua meminta anak untuk menabung setidaknya setengah dari harga gadget atau si anak harus bisa masuk 3 besar saat pembagian raport. Tujuan agar si anak mendapatkan barang karena ada usaha sendiri. 

Jika berhasil, anak lebih menghargai barang yang diberikan. Menurut saya cara ini lebih bijak dibandingkan memenuhi segala permintaan si anak tanpa ada usaha berlebih dari si anak. 

# Kurang Kuatnya Komunikasi 2 Arah

Sikap anak yang mudah emosi atau bertindak semaunya jika keinginan tidak dituruti ternyata juga ada peran orang tua yang menciptakan sikap tersebut. Ini menandakan pola komunikasi antara orang tua dan anak tidak terjalin dengan baik.

Biasanya ketika anak merengek ingin sesuatu, orang tua bersikap cuek atau berusaha memenuhi agar si anak tidak rewel. Komunikasi ini membuat karakter anak tidak terbentuk sesuai harapan. 

Saya pernah melihat sebuah video dimana ketika anak menangis karena ingin dibelikan sesuatu, orang tua bersikap bijak. Ia mengajak anak berdialog secara personal. Orang tua mengajak anak menyampaikan keinginannya dan alasan kenapa ia ingin sesuatu. 

Misalkan anak usia SMP ingin dibelikan motor. Orang tua berusaha menjelaskan bahwa motor belum layak untuk usianya. Orang tua takut jika terjadi sesuatu di jalan karena anak usia SMP masih belum stabil dan matang dalam berkendara. Bahkan anak diajak melihat beberapa berita kecelakaan yang disebabkan anak yang belum cukup umur. 

Orang tua berjanji akan membelikan motor jika si anak sudah cukup usia. Alhasil anak jadi lebih paham dan bisa menenangkan dirinya. Komunikasi 2 arah antara orang tua dan anak perlu dibangun sejak dini agar karakter anak bisa lebih bijak dan tidak mudah emosi dalam menghadapi sesuatu.

***

Anak adalah segalanya namun bukan berarti segala keinginan anak harus dituruti oleh orang tua. Kondisi dimana gaya hidup anak terlalu berlebihan yang berakhir pada meningkatkan stres orang tua memenuhi keinginan si anak. 

Jangan sampai orang tua sudah kerja keras memenuhi kebutuhan keluarga dan anak justru tidak dianggap oleh si anak dan si anak menjadi tidak mandiri dalam bersikap. Apakah sobat mengalami hal serupa? 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun