# Muatan Lokal Daerah Diajarkan di Bangku Sekolah
Saya ingat betul saat dulu pindah sekolah dari Serang, Banten ke Bali. Ada semacam kekagetan tersendiri yang saya rasakan. Saya pernah hampir menangis karena pelajaran bahasa Bali.Â
Saat itu pelajaran Bahasa Bali diajarkan dari SD hingga SMA di sekolah negeri di Bali. Kebetulan saat itu saya pindah ke Bali kelas 4 SD dan pelajaran Bahasa Bali jadi pelajaran di akhir jam belajar. Saat itu guru Bahasa Bali meminta siswa membuat tulisan aksara Bali dari kalimat yang sudah disediakan.Â
Saya notabanenya siswa pindahan tentu tidak bisa paham dan belum bisa menulis aksara Bali. Kian panik karena siswa diperbolehkan pulang jika sudah selesai menulis. Saya mau menangis karena satu per satu teman mengumpulkan tugas dan saya nyaris belum selesai.Â
Semenjak itu saya mencoba belajar cara menulis dan membaca aksara Bali. Dibantu kerabat keluarga yang juga seorang guru akhirnya saya mulai bisa membaca dan menulis. Bahkan keterampilan saya menggungguli beberapa teman yang asli warga Bali.Â
Pengalaman lain saat SD sampai SMP saya kerap mendapatkan muatan lokal yang belum tentu diajarkan di sekolah luar Bali. Saya ingat dapat pelajaran majejahitan yaitu membuat kerajinan atau anyaman khas Bali salah satunya membuat beragam ketupat sayur, sanggah crucuk (tempat menaruh sesajen), matembang (menyanyi khas Bali) dan menari.Â
Inilah yang saya anggap mengapa generasi muda di Bali masih kuat dalam menjaga tradisi karena memang diajarkan sejak bangku sekolah. Kami siswa yang non-Hindu pun ikut belajar. Perlahan kami merasa keterampilan pun ikut bertambah.Â
Saya ingat sekolah melakukan seleksi bagi siswa yang terampil menulis aksara Bali untuk perwakilan kompetisi menulis aksara Bali. Sekolah memiliki arsip tulisan siswa perwakilan tahun ke tahun. Mata saya tertuju pada beberapa arsip dimana nama penulis bukan nama orang Bali.Â
Saya kagum ternyata stigma saya bahwa menulis aksara sangat susah bagi siswa dari keluarga perantau terbantahkan. Bahkan dalam beberapa kompetisi budaya, banyak perwakilan siswa yang bukan dari keluarga asal Bali. Ini menandakan bahwa budaya dan tradisi Bali bersifat universal dan bisa dipelajari oleh semua kalangan.Â
# Kebijakan Daerah Ikut Mendukung Menjaga Kearifan Lokal