Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Keasrian Bali dalam Balutan Budaya dan Kearifan Lokal

15 September 2023   20:44 Diperbarui: 16 September 2023   12:53 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keindahan dan Keasrian Pulau Bali | Sumber: Kemenparekraf

Jalan-jalan di sekitar Bali itu adem, banyak tempat tertata rapih dan asri

Begitulah teman memberikan penilaian saat berwisata ke Bali. Pengalaman ini karena di beberapa obyek wisata, pengelola mampu mengemas tidak hanya keindahan alam semata namun juga suasana sekitar. 

Contoh sederhana jika berkunjung ke Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli. Pengunjung akan takjub dengan kondisi desa yang bersih, bangunan tertata unik, rumah yang banyak dihiasi tanaman bahkan ada area bambu yang menjadi daya tarik di desa ini. 

Tidak heran jika Desa Penglipuran mendapatkan predikat desa terbersih ketiga di dunia menurut Green Destinations Foundation, setelah Desa Mawlynnong di India dan Giethoorn di Belanda (Sumber Klik Disini). Saya sudah dua kali berkunjung ke desa ini dan memang keasrian lingkungan terjaga dengan baik. 

Saya juga pernah berkunjung ke Desa Palasari yang terletak di Kabupaten Jembrana. Desa ini pun sempat mendapatkan predikat desa terbaik di Bali. Saya ingat saat itu ada kegiatan kepramukaan yang dilaksanakan di desa Palasari. 

Saat itu seorang teman yang warga asli diminta senior untuk mengajak berkeliling desa. Tanpa terencana, teman saya ini mengajak kami mengelilingi desa berjalan kaki bahkan hampir 3 jam. 

Saya akui kami terasa lelah berjalan kaki memutari Desa Palasari namun terbayarkan dengan suasana desa yang indah. Kami kagum setiap rumah memiliki tanaman yang membuat suasana sejuk. Bahkan perjalanan 3 jam yang dimulai siang hari yang terik justru kami tidak terlalu terasa panas. 

Pepohonan rindang di ditanam warga ditambah udara angin seakan menyejukkan. Wajar jika kami setuju jika masyarakat Bali berusaha menjaga lingkungan sebaik mungkin. Kenapa? 

Implementasikan Tri Hita Karana

Tri Hita Karana menjadi filosofi masyarakat Bali yang terjaga secara turun temurun bahkan sudah diakui secara luas. Ini karena masyarakat Bali berusaha menjaga keseimbangan diri dengan menjaga hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkungan. 

Salah satunya adalah Palemahan yaitu hubungan manusia dengan alam sekitar. Masyarakat perlu memastikan alam tidak terjaga agar bisa memberikan kebaikan bersama. 

Hal sederhana kegiatan menebang pohon menjadi tindakan yang merusak alam. Bayangkan pohon yang kita tebang adalah hunian beberapa satwa seperti unggas, serangga, tupai, kera, dan ular dan sebagainya. Jika pohon ditebang tanpa kendali dan berlebihan maka kita telah menghilangkan tempat tinggal makhluk hidup lain. 

Burung tidak punya tempat untuk membuat sarang, tupai dan kera tidak punya tempat berlindung dari musuh, serangga tidak bisa mendapatkan makanan yang bersumber dari pohon. 

Manusia pun akan juga mengalami kerugian karena semakin banyak pohon ditebang berisiko menyebabkan banjir, kekeringan ataupun longsor. Sudah banyak bencana terjadi di sekitar kita karena kita tidak mau menjaga lingkungan. 

Lingkungan Daya Tarik Wisata

Saya pernah mendapatkan informasi dari salah satu pegawai resort terkenal di Bali jika manajemen resort sengaja menghabiskan dana hingga milyaran rupiah untuk menjaga lingkungan di sekitar resort.

Mulai menanam berbagai tanaman seperti palem, pohon kipas, bunga dan lainnya. Tujuan utama agar meningkatkan prestis resort dan menarik pengunjung. Benar saja resort ini dikenal memiliki pemandangan alam indah, asri dan masuk sebagai salah satu resort terbaik di Bali. 

Bahkan ber-jogging ria atau sekedar berjalan kaki di sekitar resort terasa menyenangkan. Beberapa tempat di Bali pun justru ramai dikunjungi karena daya tarik alam. Seperti Kebun Raya Bedugul, Monkey Forest, Sangeh, Tegallalang, Bloom Garden dan sebagainya. 

Justru wisatawan asing sangat suka berkunjung ke tempat-tempat yang kondisi alamnya terjaga. Ini karena tempat seperti ini membuat hidup menjadi sehat dan tenang. 

Di Ubud banyak terdapat wisata retret dimana lokasinya justru terpencil. Daya tarik retret ini karena pengunjung akan merasakan sensasi ketenangan karena tinggal di lingkungan alam asri. 

Desa Penglipuran Yang Dikenal Bersih Dan Asri | Sumber CNN Indonesia
Desa Penglipuran Yang Dikenal Bersih Dan Asri | Sumber CNN Indonesia

Nyatanya jumlah kunjungan ke lokasi yang masih asri justru tidak sepi peminat khususnya wisatawan asing. Bahkan semakin terpencil lokasi wisata dengan alam yang terjaga justru kian dicari wisatawan mancanegara khususnya dari Eropa dan Australia. 

Pohon sebagai Tempat Niskala

Dunia manusia (Sekala) selalu berdampingan dengan dunia tak kasat mata atau dalam istilah masyarakat Bali disebut Niskala. Umumnya makhluk tak kasat mata akan mendiami beragam tempat dimana salah satunya pohon. 

Pohon Yang Dijaga Masyarakat Bali | Sumber Bali Express
Pohon Yang Dijaga Masyarakat Bali | Sumber Bali Express

Masyarakat Bali sangat berusaha tidak mengusik kondisi ini sehingga kerap ada aturan khusus tentang menjaga pohon. Bahkan untuk menebang pohon yang usianya sudah berpuluh-puluh tahun atau ratusan tahun perlu dilakukan upacara khusus. 

Maka jangan kaget begitu menjaga hubungan ini kerap akan dijumpai banyak pohon yang diselimuti kain poleng atau kain khusus. Tujuan untuk mengingatkan manusia bahwa manusia hidup berdampingan dengan makhluk Niskala. 

Jangan sampai kita mengusik keberadaan makhluk Niskala dengan merusak atau menebang pohon sembarangan yang berakibat manusia mengalami gangguan spritual.

Tidaklah heran akan kerap ditemukan sarana upacara atau sesajen khusus yang dihaturkan di sekitar pohon. Harapan agar manusia dan makhluk yang mendiami pohon tidak saling mengganggu. 

***

Keasrian Bali memang sudah tidak diragukan lagi. Kita akan mudah menjumpai beragam tanaman yang sengaja di tanam di pekarangan rumah ataupun pohon yang tempat eksis hingga puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun di Bali. 

Ini karena pohon atau tanaman tidak hanya upaya mengimplementasikan Tri Hita Karana namun juga menyadari bahwa pohon juga adalah tempat hunian bagi makhluk hidup lain maupun makhluk tak kasat mata. 

Wuah apakah sobat pembaca yang berkunjung ke Bali juga merasakan keasrian yang sama? 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun