Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Lowongan Kerja Banyak, Kenapa Masih Banyak Pengangguran?

10 Agustus 2023   14:56 Diperbarui: 19 Agustus 2023   11:20 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lowongan kerja | unsplash

"Lowongan kerja banyak kenapa masih banyak pengangguran?" Ungkapan ini mungkin ada yang mengiyakan atau pun menolak. Tapi ungkapan ini pernah terlontar dari seorang teman.

Saya diminta cek lowongan di situs pencari kerja baik di FB, Linkedin, atau website. Ketersediaan lowongan selalu ada yang baru tiap hari. Bahkan kita kerap melihat lowongan kerja yang terpasang di mall, toko, tenant usaha ataupun situs perusahaan yang dipasang berhari-hari. Tandanya masih ada kesempatan untuk melamar suatu kerjaan. 

Namun ternyata ketersediaan jumlah lowongan kerja belum mampu menekan jumlah pengangguran di tanah air. Jumlah pengangguran di Indonesia pada Februari 2023 diperkirakan mencapai hampir 8 juta orang. Jumlah ini dianggap menurun jika dibandingkan pada Februari 2022 yang mencapai 8,4 juta orang (Sumber klik disini). 

Seorang Pelamar Yang Berusaha Mendapatkan Pekerjaan | Sumber Merdeka.com
Seorang Pelamar Yang Berusaha Mendapatkan Pekerjaan | Sumber Merdeka.com

Saya tertarik melakukan analisa sederhana, apa penyebab lowongan banyak tapi pengganguran tetap tinggi. 

#1. Latar Belakang Pendidikan Tidak Sejalan Dengan Lowongan yang Tersedia

Kita tidak memungkiri masih ada pekerjaan yang mengkhususkan pelamar dari latar belakang pendidikan tertentu. Misalkan akuntan dari lulusan akutansi, apoteker dari lulusan farmasi, atau untuk ranah ilmu yang serumpun dan sebagainya. 

Mencari Informasi Pekerjaan Yang Sesuai | Sumber Okezone Economy
Mencari Informasi Pekerjaan Yang Sesuai | Sumber Okezone Economy

Ironisnya ada latar belakang pendidikan yang lingkup kerja sedikit terbatas. Misalkan lulusan dari jurusan seni, filsafat, sastra bahasa daerah dan beberapa lainnya jarang muncul di lowongan pekerjaan yang tersedia. Lulusan ini biasanya hanya mampu melamar kerjaan di ranah swasta yang dibuka untuk semua jurusan. 

Alhasil tingkat persaingan menjadi lebih ketat karena akan ada banyak pelamar dari jurusan berbeda demi memperebutkan kursi pekerjaan yang terbatas. Masalah ini kerap terjadi di sekitar saya dimana ada yang lulusan dari jurusan kurang populer sehingga butuh usaha esktra mendapatkan pekerjaan. 

# 2. Pelamar yang Terlalu Pemilih

Saya membaca grup angkatan bahwa ada teman yang meminta info pekerjaan. Dirinya ternyata sudah cukup lama menganggur. Mengingat saya ada kebutuhan untuk posisi marketing. Saya sempat menginfokan ketersediaan lowongan tersebut di grup.

Saya gak punya pengalaman di marketing, mungkin jika ada posisi buat di kantor.

Respon yang diberikan. Saya akhirnya menjadi cuek padahal posisi marketing di perusahaan saya tidak terlalu dikejar target dan berada di bawah saya sendiri. Gaji pun diatas UMR tanpa ada bayang-bayang harus tercapai target. 

Dulu saya pun merintis karir sebagai marketing. Stigma posisi marketing atau sales masih kurang prestis di mata pencari kerja. Pandangan sales atau marketing harus menawarkan produk door to door, harus pintar merayu, penampilan fisik menawan dan harus siap ditolak atau diacuhkan. 

Padahal posisi sales/marketing termasuk menjanjikan dari sisi gaji dan jenjang karir. Apalagi jika ada sistem insentif atas pencapaian target jualan. Banyak posisi ditawarkan dengan pengalaman sebagai sales seperti manajer pemasaran, kepala cabang, area manager, Brand Manager dan sebagainya. 

Kondisi banyak pelamar yang terlalu pemilih membuat mereka susah mendapatkan pekerjaan idaman. Ada yang ingin kerja di ruangan AC, ada yang ingin gaji di atas UMR, pekerjaan sebagai admin atau ingin langsung dengan posisi leader atau manager. Padahal posisi ini membutuhkan pengalaman dan tingkat seleksi yang ketat. 

Ada seseorang dengan frontal pernah berbicara, lowongan sebenarnya banyak cuma gengsi pelamar yang tinggi. Saya ingat betul kalimat ini karena jika direnungkan memang betul gengsi pelamar masih banyak yang terlalu tinggi. 

Malu kerja sebagai penjaga toko di mall karena gengsi jika dilihat teman-temannya. Malas kerja sebagai sales karena harus kerja di luar kantor untuk cari konsumen. Malas kerja sebagai admin karena merasa lulusan sarjana dan tidak sejalan dengan keilmuan. Alasan ini itu lah yang membuat banyak pengangguran di tanah air. 

# 3. Mindset Ingin Kerja Simple, Gaji Tinggi

Banyak sekali pelamar dengan mindset ini. Pernah kejadian viral pelamar dari lulusan terkemuka meluapkan rasa kecewa karena digaji masih 1 digit atau dibawah 10 juta. Padahal dirinya lulus dengan cumlaude dari kampus ternama. Dirinya merasa perusahaan harus menggajinya di atas 10 juta padahal masih fresh graduate.

Hal menyedihkan lainnya generasi Z di zaman sekarang berharap bisa kerja yang simple dengan bayaran tinggi. Mereka mencoba peruntungan sebagai selebgram, content creator, model atau artis karena iming-iming pendapatan besar. 

Pandangan ini muncul karena melihat banyak public figure yang bisa sukses di usia muda dengan kerjaan yang dianggap sederhana. Nyatanya kerja di sektor ini juga butuh usaha keras, kreativitas tinggi hingga peruntungan. Alhasil mereka yang gagal pun akhirnya kecewa dan memilih untuk menganggur karena kerja di sektor swasta dianggap gaji tidak sesuai. 

Ada juga yang hanya mengincar suatu pekerjaan khusus misalkan ingin jadi PNS/ASN. Posisi sebagai PNS/ASN dianggap kerjaan yang aman, dapat gaji pasti dan banyak tunjangan. Padahal pelamar posisi ini sangat banyak, ketersediaan kursi kosong terbatas dan ada batasan usia. 

Ketika hanya berfokus pada posisi tertentu maka mereka tidak mau mencoba peruntungan kerja di tempat lain. Padahal pembukaan PNS/ASN tidak terjadi setiap saat sehingga jika gagal tahun ini maka harus menunggu waktu lama untuk mendaftar lagi. 

***

Lowongan yang tersedia sebenarnya banyak namun belum mampu mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Ada beragam masalah yang kerap terjadi seperti pelamar yang terlalu gengsi dengan kerjaan tertentu, berekspetasi tinggi ataupun hanya mengincar satu posisi tertentu. 

Kondisi pandemi kemarin juga memberikan pukulan besar dimana jumlah pengangguran meningkat. Semoga di kemudian hari stigma pelamar bisa berubah agar cepat mendapatkan pekerjaan. 

Apakah sobat pembaca merasakan fenomena ini juga? 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun