Teman memberikan sedikit informasi yang menurut saya masuk akal.Â
1. Banyak Toko Tutup Saat Galungan
Hari Raya Galungan dianggap sebagai Hari Raya Besar bagi umat Hindu di Bali. Tidak jarang masyarakat akan banyak menghabiskan waktu menyiapkan kebutuhan hari raya.Â
Membuat hiasan dan memasang penjor saja bisa menghabiskan waktu setengah hari, ibu-ibu membuat hiasan Pajegan, canang dan sarana upacara bisa berhari-hari. Tidak hanya itu saat Galungan, masyarakat akan pulang ke kampung halaman untuk melakukan sembahyang di Pura Keluarga.Â
Alhasil kesibukan ini membuat mereka kerap menutup usaha sementara waktu. Toko atau warung yang buka biasanya adalah para pendatang atau yang bukan masyarakat beragama Hindu. Tentu saja ini membuat orang sedikit susah untuk mencari kebutuhan sehingga harga ikut naik.Â
2. Tingginya Permintaan
Permintaan seperti janur kelapa, buah-buahan dan bambu membuat barang menjadi cepat habis. Momen ini kerap dimanfaatkan oleh penjual untuk mendapatkan untung lebih karena bahan atau barang ini memang akan dicari menjelang Galungan.Â
Sudah bukan rahasia umum lagi, ketika permintaan tinggi dan barang terbatas maka penjual bisa dengan mudah menaikan harga tanpa ada protes berlebih. Ini karena permintaan tinggi. Bisa dibilang ini strategi penjual mencari cuan saat tingginya permintaan dari konsumen.Â
Contoh adalah warung di sekitar rumah. Normalnya ada beberapa warung sembako yang menjual kebutuhan rumah tangga. Namun di saat Galungan, toko tutup karena harus pulang ke kampung halaman unyik sembahyang. Tersisa 1 warung saja yang buka dimana pemiliknya ada pendatang dari luar Bali.Â
Sudah bisa ditebak warung langsung ramai ketika momen Galungan. Harga Sembako naik pun bukan perkara karena konsumen sudah bingung dimana lagi mencari kebutuhan selain di warung tersebut. Jika pun harus keliling mencari warung lain akan membuang waktu, tenaga dan bahan bakar.Â
3. Kepraktisan Yang Dicari