Berkaca pada tingginya kasus bullying pada anak maka guru berperan sebagaiÂ
konselor. Meskipun di sekolah sudah ada guru Bimbingan Konseling (BK) namun kehadiran guru wali kelas justru lebih dekat dengan siswa. Kita patut ubah mindset bahwa masalah yang dihadapi anak didik sekecil apapun butuh penanganan.Â
Ketika ada pihak yang mau mendengar keluh kesah siswa, pro aktif melihat perkembangan siswa didik sangat dibutuhkan. Jika anak memiliki masalah pribadi maka biasanya ada perubahan yang terlihat seperti dari ceria menjadi pemurung, lebih emosional atau menunjukan gejala ketakutan tersendiri.Â
Peran guru perlu menjalin kedekatan intens dengan siswa didik agar siswa nyaman hingga berani menyampaikan keluh kesahnya. Jika kondisi ini sudah terbentuk maka rasa beban pikiran anak bisa berkurang dan bisa membantu menyelesaikan masalah anak dengan lebih cepat.Â
# Guru Sebagai Problem Solver
Saya sempat menonton cuplikan video tentang aksi cerdas seorang guru yang berusaha meleraikan siswa yang berkelahi. Cara yang dilakukan dengan meminta dua siswa berdiri diatas pijakan kecil. Awalnya kedua siswa masih menyimpan rasa emosi.Â
Uniknya ketika salah satu nyaris terjatuh, siswa di depannya langsung mendekap swakan menjaga agar tidak jatuh. Momen ini terkesan lucu karena menunjukan masih ada rasa melindungi meski tengah berkonflik.Â
Guru harus dituntut peka dan bisa memberikan solusi atas masalah yang dihadapi oleh anak didik. Jangan terkesan cuek atau menutup mata kasus bullying.Â
Ketika melihat anak didik yang menjadi pendiam, menghindari interaksi dengan teman sebaya atau ada indikasi luka fisik maka guru mulai melakukan pendekatan mencari tahu kondisi anak didik.Â
Jika terjadi kasus bullying, guru perlu menertibkan anak didik yang nakal atau memberikan edukasi. Salah satunya dengan memberikan tontonan seputar kasus perundungan di sekolah. Tujuan agar anak peka tentang dampak dari perundungan yang mereka lakukan.Â