Saya ingat dulu ada teman kuliah yang dulunya tipe manja. Setiap apa yang diinginkan selalu dituruti orangtua. Sejak kuliah dan merantau, ia mendapatkan uang bekal bulanan.Â
Awalnya ia tidak bisa mengatur keuangan. Jatah uang bulanan bisa habis dalam hitungan hari. Perlahan ketika ia menyadari bahwa ia tidak bisa lagi meminta uang lebih pada orangtua. Dirinya belajar mengatur keuangan. Alhasil ia pun menjadi sosok yang pintar mengelola keuangan dan uang bulanan masih tersisa untuk ditabung.Â
Merantau adalah Bekal Berharga
Merantau bisa menjadi bekal hidup yang berharga. Selain kita bisa menjadi mandiri, tanggung jawab dan disiplin. Kita juga bisa menjalin koneksi lebih banyak.Â
Awal merantau saya tidak punya keluarga dan hanya punya 2 teman semasa SMA yang kuliah di kota sama. Perlahan saya memiliki teman baru dari jurusan sama, teman kos hingga teman organisasi.Â
Dulu saya tidak bisa memahami bahasa Jawa, kini setelah lulus dari salah satu kampus di Malang. Saya bisa dan paham bahasa jawa. Teman lainnya yang dari luar Jawa pun merasakan hal sama.Â
Ada juga teman yang karena jatah bulanan tidak besar akhirnya kuliah sambil mengambil kerja sampingan. Selain menambah uang bulanan juga dirinya mendapatkan pengalaman kerja sebagai modal selepas lulus kuliah.Â
Hal-hal ini terkesan sederhana tapi menjadi bekal penting saat kian dewasa. Banyak hal baru yang justru bisa didapatkan ketika merantau.Â
***
Keinginan merantau mungkin butuh penyesuaian tidak hanya bagi si anak namun juga orangtua. Apalagi saat ini banyak anak yang ingin merantau dengan alasan masing-masing.Â
Beberapa hal di atas bisa jadi upaya orangtua agar siap merelakan anak menempuh kisahnya dengan merantau. Percayalah dengan arahan dan pola didik yang baik, anak akan bisa beradaptasi serta mendapatkan banyak hal positif dari merantau.Â