Tetangga yang tengah menjemur pakaian kesal karena pakaiannya terkena hempasan asap sampah. Akhirnya pakaian yang dijemur pun jadi berbau asap sehingga perlu dicuci kembali.Â
Kisah lain tetangga protes karena asap sampah masuk ke area rumah padahal tetangga tersebut memiliki bayi. Asap membuat si bayi susah bernafas dan menangis. Wajar saja kita selaku orang dewasa saja tidak nyaman dengan bau asap sampah apalagi yang masih bayi.Â
Kejadian lain pun sempat terjadi, ada tetangga tengah membersihkan rumah dan pekarangan. Sampah sudah terkumpul dan siap dibakar. Namun area tempat membakar sampah bukan di area si pemilik sampah tapi di area lahan orang lain.Â
Seandainya saya si pemilik lahan pasti akan langsung emosi dan berpikir, maksudnya apa ini kok bakar sampah di area saya?Â
Keegoisan si pemilik sampah lah yang memicu konflik bertetangga. Tidak jarang ada penilaian lahan orang lain sebagai lahan publik sehingga bebas melakukan apapun selain bukan di lahannya sendiri. Ketika si pemilik lahan tidak terima dan menegur atau bahkan mematikan api justru mampu memicu konflik personal.Â
Keegoisan lain yang pernah saya lihat, si pemilik sampah sibuk mengumpulkan sampah dan kemudian membakar sampah tersebut kemudian menghilang. Sisa sampah pasti akan tercecer atau menumpuk.Â
Jika si pemilik sampah tidak bertanggungjawab terhadap sisa sampah maka tidak etis dibebankan kepada pihak lain untuk membersihkan. Saya pun akan kesal jika melihat karakter orang seperti ini.Â
***
Sampah sudah menjadi masalah dalam kehidupan kita ditambah membakar sampah tanpa memperhatikan lingkungan sekitar. Kerap kali sampah yang terbakar menghasilkan asap yang mengganggu pernafasan hingga menempel pada benda tertentu.Â
Tidak ada salahnya jika ingin membakar sampah, kita mengkonfirmasi ke tetangga sekitar apakah merasa terganggu atau tidak. Atau memilih lokasi pembakaran yang jauh dari area padat.Â