Sudah bisa ditebak, teman saya berkaca-kaca saat ujian bahkan menangis selesai ujian. Begitu banyak hal tidak terduga termasuk dibantai oleh dosen pembimbing sendiri.Â
Kejadian lain terjadi belakangan ini. Ada mahasiswa yang tengah tahap pengerjaan skripsi namun dosen pembimbingnya sakit atau meninggal dunia. Padahal hanya tinggal dikit lagi tahap ujian. Mau tidak mau harus berganti dosen pembimbing serta penyesuaian kembali dari awal.Â
# Alasan Keempat : Kelemahan Manajemen Diri
Biasanya ini terjadi karena personal mahasiswa yang tidak mampu dalam manajemen diri. Ada mahasiswa yang baru dapat masukan dari dosen pembimbing langsung galau dan mulai bermalas-malasan.Â
Kini kecanggihan teknologi dan internet ikut menyumbang masalah baru. Lebih senang berjam-jam di depan gadget untuk main game online atau nonton drama korea dibandingkan menulis skripsi.Â
Entah kenapa baru memulai menulis 1 paragraf, otak sudah terasa panas sehingga mahasiswa memilih untuk menunda tulisan. Alhasil 1 bulan berjalan belum tentu si mahasiswa mampu menyelesaikan 1 Bab karena waktunya lebih banyak terbuang untuk bersantai atau menjalankan aktivitas lain.Â
Kesalahan lain mahasiswa merasa malas untuk mencari bahan penelitian dengan membaca dari jurnal atau buku. Apalagi jika jurnal berbahasa asing sehingga mahasiswa merasa lelah hanya untuk memahami isi bacaan.Â
Padahal ini penting untuk mendukung penelitian agar kuat secara data dan analisa. Mahasiswa lebih suka melakukan copy paste yang berpotensi tercipta plagiarisme.Â
***
Pengerjaan skripsi itu gampang-gampang sulit. Gampang bagi mahasiswa yang sudah menyiapkan diri dengan baik serta mampu mengkomunikasikan ide skripsi dengan dosen pembimbing. Namun terasa sulit bagi mereka yang masih abu-abu serta tidak mampu memperbaiki manajemen diri.Â
Ini membuat mahasiswa mudah stres, kesal, marah atau putus asa. Tidaklah salah jika mahasiswa akhir perlu memiliki mental baja. Tujuan agar dirinya kuat menghadapi tantangan dalam pengerjaan skripsi.Â