Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

4 Alasan Prosesi Wisuda Sebaiknya Hanya untuk Sarjana

17 Juni 2023   20:21 Diperbarui: 17 Juni 2023   20:43 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lulus Wisuda Sebagai Hasil Akhir Akademisi | Sumber Kompas Regional

Belakangan ini banyak orang tua menyampaikan keluh kesah terkait prosesi kelulusan atau yang kerap disebut wisuda. Uniknya kini prosesi wisuda mulai banyak diterapkan sejak kelulusan TK, SD, SMP hingga SMA.

Keluh kesah muncul karena prosesi wisuda sekolahan mengeluarkan banyak biaya dan terkesan ribet. Bahkan biaya wisuda anak sekolah ada yang menghabiskan hingga ratusan bahkan jutaan rupiah. Mulai untukzzss keperluan busana wisuda, sewa tempat, dokumentasi dan sebagainya. 

Yang bikin geleng-geleng kepala bahkan ada pihak sekolah mengadakan prosesi wisuda di hotel atau auditorium mewah. Alhasil biaya pun ikut besar sehingga tergolong memberatkan orang tua. Selain itu biaya ini belum termasuk keriwehan anak dan orang tua. 

Orang tua dan anak ingin tampil maksimal hingga harus berdandan di Salon. Pengalaman adik saya kuliah sarjana, ibu dan adik sudah harus ke salon sejak jam 4 pagi untuk berhias. Ini yang membuat orang tua mulai mengeluhkan agar meniadakan prosesi wisuda untuk kalangan pelajar. 

Secara personal, saya setuju agar mengembalikan prosesi wisuda untuk level mahasiswa serta menghapus untuk kalangan pelajar/siswa. Setidaknya ada 4 alasan uang mendasari pandangan saya ini. 

# 1. Wisuda Sebagai Hasil Prosesi Ilmiah

Bagi yang pernah merasakan bangku kuliah pasti paham bahwa untuk bisa di tahap wisuda telah melalui beragam kesulitan mulai menyelesaikan mata kuliah, SKS, hingga harus menyusun karya ilmiah, skripsi, thesis atau disertasi 

Proses ini membutuhkan nalar berpikir secara ilmiah bahkan arahan dari dosen pembimbing. Tahap akhir inilah yang kerap membuat mahasiswa stres, kesal atau depresi karena menyusun laporan ilmiah ini tidak bisa selesai dalam hitungan hari. 

Lulus Wisuda Sebagai Hasil Akhir Akademisi | Sumber Kompas Regional
Lulus Wisuda Sebagai Hasil Akhir Akademisi | Sumber Kompas Regional

Butuh referensi yang sejalan dengan topik penulisan, mencari isu/topik yang perlu diteliti secara mendalam atau bahkan hingga menghasilkan gagasan/inovasi baru yang berguna bagi dunia akademisi. 

Ini berbeda dengan level pelajar yang melalui tahap lulus tanpa melewati kesusahan pengerjaan karya atau laporan ilmiah. Pelajar hanya perlu melewati ujian akhir nasional dan sekolah sebagai syarat kelulusan sehingga proses kelulusan belum bisa dikatakan sebagai hasil dari sebuah penelitian atau pengkajian ilmu.

# 2. Wisuda Adalah Sebuah Seleksi 

Mengapa saya katakan wisuda sebagai sebuah proses seleksi karena mahasiswa memulai tahun  ajaran bersama-sama dengan satu angkatan tapi belum tentu lulus secara bersamaan.

Saya mengambil contoh saat masa kuliah S1, saat itu ada sekitar 150 orang di angkatan saya. Perlahan jumlah ini berkurang setiap tahun, ada yang tidak jadi mengambil jurusan tersebut, pindah ke kampus lain, mundur karena faktor biaya atau hal pribadi hingga ada yang terkena Drop Out melebihi batas kuliah maksimum. 

Tidak hanya itu ada juga yang berhasil lulus 3,5 tahun, 4  tahun, 5  tahun, 6 tahun atau di tahun ke-7 sebagai batas akhir S1. Saya saat itu lulus S1 selama 5,5 tahun. Sedihnya saat wisuda, saya hanya sendiri dari angkatan yang lulus saat itu. Ada yang sudah lulus duluan namun masih banyak juga yang lulus belakangan. 

Tidak hanya itu proses wisuda pun bisa ditunda jika terjadi suatu hal. Di kampus saya dulu ada yang sudah yudisium beberapa tahun lalu namun baru ikut wisuda. Ini karena setelah Yudisium diterima kerja dengan penempatan jauh sehingga baru bisa diwisuda. 

Proses Wisuda Kelulusan Siswa SD | Sumber Indozone
Proses Wisuda Kelulusan Siswa SD | Sumber Indozone

Berbeda dengan level pelajar, umumnya kita masuk tahun ajaran bersama-sama dan lulus pun bersama-sama. Nyaris tidak melalui proses seleksi seandainya ada pun biasanya karena ada yang tidak naik atau di DO karena alasan tertentu. 

#3. Biaya Wisuda Sarjana Bisa Dibayar Mandiri

Biasanya prosesi wisuda mewajibkan ada pembayaran khusus sehingga kita perlu mengeluarkan khusus untuk beli jubah wisuda, toga dan sebagainya. Namun ada mahasiswa yang bisa membayar biaya tersebut tanpa perlu membebankan pada orang tua. 

Misalkan mahasiswa tersebut bekerja sambil kuliah sehingga ada penghasilan lebih, ada yang mendapatkan bantuan dari beasiswa, atau jika kuliah di kampus kedinasan maka akan ditanggung pemerintah. 

Seperti yang saya infokan jika wisuda pun bisa ditunda tidak harus selesai Yudisium. Artinya kita punya kesempatan untuk menabung untuk bayar wisuda. 

Ini berbeda dari kalangan pelajar, mayoritas mengandalkan uang dari orang tua. Biaya ini bisa sangat memberatkan bagi orang tua dengan finansial pas-pasan. Apalagi usia pelajar belum bisa memenuhi kebutuhan sendiri. 

Wajar jika orang tua dengan finansial pas-pasan terbebani oleh wisuda sekolah. Biaya tersebut bisa dialihkan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari atau biaya untuk lanjut ke jenjang lebih tinggi. 

Apalagi biaya naik jenjang seperti TK ke SD, SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke kuliah juga butuh biaya besar. Belum termasuk untuk beli peralatan sekolah atau kebutuhan pendukung sekolah jaman sekarang seperti sepeda untuk mobilitas, laptop untuk belajar dan sebagainya. 

#4. Esensi  Kesakralan Wisuda Bisa Luntur

Entah kenapa dulu mendengar kata wisuda, kita langsung merasa kagum atas pencapaian seseorang. Ini karena sudah melewati bangku kuliah hingga selesai. 

Kini mendengar istilah wisuda langsung otak berpikir, ini wisuda sarjana atau wisuda anak sekolahan? 

Esensi wisuda kian berkurang sejak hadirnya prosesi wisuda di bangku sekolah. Apalagi acara wisuda dibuat mirip dengan sarjana mulai penggunaan atribut jubah kelulusan, pemanggilan ke podium, pemindahan tali toga atau pemberian kertas ijasah. 

Kemiripan ini membuat kita melihat wisuda bukan lagi sebuah momen sakral karena anak sekolah pun sudah merasakan momen wisuda sejak sekolah. 

***

Menjamurnya acara wisuda sebagai kelulusan sekolah membuat orang tua merasa terbebani. Ini karena biaya wisuda anak sekolah yang mahal serta keribetan persiapan wisuda. 

Tidak jarang anak yang wisuda tapi justru orang tua yang lebih ribet dibandingkan si anak. Disisi lain esensi kesakralan wisuda terasa berkurang karena semula dilakukan oleh sarjana yang sudah memenuhi SKS kelulusan dan telah menyelesaikan karya ilmiah, skripsi, thesis atau disertasi kini juga dilakukan oleh pelajar bahkan yang baru lulus TK 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun