Seperti yang saya infokan jika wisuda pun bisa ditunda tidak harus selesai Yudisium. Artinya kita punya kesempatan untuk menabung untuk bayar wisuda.Â
Ini berbeda dari kalangan pelajar, mayoritas mengandalkan uang dari orang tua. Biaya ini bisa sangat memberatkan bagi orang tua dengan finansial pas-pasan. Apalagi usia pelajar belum bisa memenuhi kebutuhan sendiri.Â
Wajar jika orang tua dengan finansial pas-pasan terbebani oleh wisuda sekolah. Biaya tersebut bisa dialihkan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari atau biaya untuk lanjut ke jenjang lebih tinggi.Â
Apalagi biaya naik jenjang seperti TK ke SD, SD ke SMP, SMP ke SMA, SMA ke kuliah juga butuh biaya besar. Belum termasuk untuk beli peralatan sekolah atau kebutuhan pendukung sekolah jaman sekarang seperti sepeda untuk mobilitas, laptop untuk belajar dan sebagainya.Â
#4. Esensi  Kesakralan Wisuda Bisa Luntur
Entah kenapa dulu mendengar kata wisuda, kita langsung merasa kagum atas pencapaian seseorang. Ini karena sudah melewati bangku kuliah hingga selesai.Â
Kini mendengar istilah wisuda langsung otak berpikir, ini wisuda sarjana atau wisuda anak sekolahan?Â
Esensi wisuda kian berkurang sejak hadirnya prosesi wisuda di bangku sekolah. Apalagi acara wisuda dibuat mirip dengan sarjana mulai penggunaan atribut jubah kelulusan, pemanggilan ke podium, pemindahan tali toga atau pemberian kertas ijasah.Â
Kemiripan ini membuat kita melihat wisuda bukan lagi sebuah momen sakral karena anak sekolah pun sudah merasakan momen wisuda sejak sekolah.Â
***
Menjamurnya acara wisuda sebagai kelulusan sekolah membuat orang tua merasa terbebani. Ini karena biaya wisuda anak sekolah yang mahal serta keribetan persiapan wisuda.Â