Pelaksanaan Pagerwesi itu dilakukan dengan melakukan upacara di sanggah atau Merajan (pura keluarga) di pekarangan rumah. Kegiatan upacara dengan mempersembahkan sarana upacara kepada Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan Maha Esa) serta leluhur.
Setelah itu umat Hindu akan melakukan persembahyangan lain ke pura-pura besar lainnya seperti Pura Kahyangan Jagat, sedangkan pada di lingkungan Desa Pakraman, umat juga melakukan persembahyangan Pura Kahyangan Tiga.
Hal unik terjadi di masyarakat Kabupaten Buleleng di mana hari raya Pagerwesi dilakukan semeriah perayaan Galungan. Bahkan ada teman yang mengatakan di Buleleng euforia perayaan Pagerwesi lebih terasa daripada Galungan. Padahal di daerah lain Galungan menjadi hari raya yang meriah karena kerap dijadikan momen berkumpul keluarga besar.Â
Beberapa hari lalu saya sempat ingin bertemu dengan klien perusahaan namun beliau mengatakan sedang cuti hari raya dan baru bisa bertemu setelah Pagerwesi. Saya langsung tahu jika klien ini berasal dari daerah Buleleng karena dirinya ingin kumpul keluarga besar saat Pagerwesi.Â
Keluarga saya pun yang beragama Hindu hari ini menyempatkan diri untuk sembahyang di kampung halaman di Jembrana. Padahal jaraknya cukup jauh butuh 2 jam perjalanan dari Denpasar.Â
Kembali lagi karena ini adalah peringatan hari raya agama maka sepupu saya sengaja menyempatkan diri sembahyang di pura keluarga di kampung halaman.Â
Saya belajar bahwa ada makna penting dari peringatan Pagerwesi seperti:
Membentengi Diri Dimulai dari Diri Sendiri
Peringatan Pagerwesi juga menjadi cara kita mengintrospeksi diri. Artinya kita mencoba mengenali diri kita secara mendalam dari sisi positif dan negatif serta melakukan evaluasi terhadap tindakan negatif yang pernah dilakukan di masa lalu.Â
Ibarat pepatah bagai api dalam sekam bisa jadi sebenarnya ada tindakan yamg tidak kita sadari justru melukai orang lain dan dikemudian hari bisa sebuah musibah bagi diri kita. Apalagi dalam diri kita kerap ada rasa dendam atau amarah jika ada seseorang yang menyakiti perasaan.Â
Introspeksi menjadi upaya kita membangun pagar agar bisa mengontrol diri. Cara termudah dengan menjaga komunikasi dengan orang sekitar, meminta maaf jika berbuat salah, membantu yang kesusahan ataupun menjaga lisan dan tindakan yang bisa melukai orang lain.Â