Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Menjaga Kesehatan Mental Anak Paska Perceraian

22 Agustus 2023   20:55 Diperbarui: 25 Agustus 2023   00:58 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak berusia sekitar 18 tahun mengalami perubahan sikap dan fisik. Dulu dirinya dikenal ceria dan aktif. Tidak hanya itu fisiknya keliatan sehat dan ideal. Namun kini si anak ini terlihat kurus dengan ukuran badannya yang tinggi. Keceriaannya memudar seiring bertambahnya usia. 

Saya paham perubahan ini terjadi karena perpisahan orangtua. Lebih tepatnya si ayah yang ketahuan selingkuh ternyata memilih meninggalkan keluarga demi tinggal dengan selingkuhannya. 

Wajar si anak perlahan mengalami perubahan karena perpisahan ini ditambah dirinya melihat perjuangan ibunya yang berusaha menghidupi keluarga pasca ditinggalkan oleh sang ayah.

Kondisi ini kerap terjadi di sekitar saya di mana perpisahan orangtua karena perceraian atau permasalahan lain membuat anak ikut menjadi korban. Ada yang bisa menghadapi situasi ini dengan bijak namun tidak sedikit yang mengalami perubahan sikap, perilaku dan mental. 

Saya pernah menemukan kasus di mana anak yang dulunya dikenal alim dan penurut tiba-tiba terjerat Narkoba. Ada pula yang menjadi pemarah, prestasi menurun hingga kecewa pada takdir. 

Siapapun pasti tidak ingin mengalami kondisi tumbuh kembang tanpa kasih sayang kedua orangtua secara lengkap. Kondisi kesehatan mental anak yang perlu perhatian bersama. 

Saya sempat sharing dengan teman-teman dengan latar belakang psikolog maupun yang mengalami permasalahan yang sama. Bagaimana cara terbaik menjaga kesehatan mental anak paska perceraian. 

Anak Yang Stres Melihat Perpisahan Orang Tua | Sumber Tempo.co
Anak Yang Stres Melihat Perpisahan Orang Tua | Sumber Tempo.co

# Jangan Ciptakan Perceraian sebagai Permusuhan

Secara manusiawi jika kita dikecewakan apalagi dengan orang yang kita percaya atau sayang akan menciptakan rasa sakit hati bahkan memutus hubungan baik dengan orang tersebut. Saya kerap menemukan kasus orangtua yang bercerai dengan pasangan justru menciptakan jurang permusuhan di mana anak harus terlibat di dalamnya. 

Anak diminta membenci ibunya atau ayahnya dan memilih harus tinggal dengan salah satu dari orangtua. Kondisi menciptakan permusuhan paska perceraian inilah yang membuat anak bisa tertekan. 

Saya salut dengan pasangan artis yang ternyata harus mengalami perceraian. Uniknya mereka tetap menjalin komunikasi baik khususnya dalam masa kembang anak. Ketika anak berulang tahun, kedua orangtua tetap mau berkumpul merayakan bersama. 

Bahkan anak diberi kebebasan jika ingin bertemu ayah/ibunya setiap saat. Pasangan orangtua ini menganggap hubungan suami istri boleh berakhir namun hubungan anak-orangtua harus tetap terjalin. 

Saya melihat anak dengan pola asuh ini lebih ceria dan mampu menerima keadaan dengan bijak. Ia menyadari bahwa orangtua tidak bisa bersama kembali namun si anak tidak mendapatkan kasih sayang yang berkurang. 

# Jangan Lepas Tanggung Jawab Usai Perceraian

Sangat disayangkan begitu banyak kasus di mana orangtua bercerai kemudian seakan mengabaikan tanggung jawabnya sebagai orangtua. 

Anak Yang Merasa Diacuhkan Oleh Orang Tua Yang Berpisah | Sumber Merdeka.com
Anak Yang Merasa Diacuhkan Oleh Orang Tua Yang Berpisah | Sumber Merdeka.com

Ada ayah yang menelantarkan si anak dengan tidak membiayai kehidupan si anak setelah bercerai. Ada kasus ibu yang meninggalkan anak bersama dengan ayahnya demi kekasihnya yang baru. Atau yang lebih patah si anak dititipkan kepada kakek-neneknya atau kerabat untuk diasuh. 

Anak yang mengalami kejadian ini akan menjadi kecewa pada orangtua. Ini pula yang terjadi pada seseorang yang orangtua seakan mengabaikan si anak. Anak ini kerap menangis jika ada yang membahas masalah orangtua bahkan ia menjadi benci pada orangtua karena dirinya sengaja dititipkan pada kakek nenek. 

Sedihnya orangtuanya jarang memberikan uang untuk kebutuhan si anak dan tidak menemui si anak selama bertahun-tahun. Saya pun jika berada di posisi yang sama akan kecewa pada sosok orangtua yang menelantarkan anaknya paska perceraian. 

Sebagai orangtua harus tetap jadi sosok yang bertanggung jawab. Meskipun sudah memiliki keluarga baru, sepatutnya anak yang tinggal dengan mantan pasangan harus juga diperhatikan kebutuhan hidupnya. 

# Jangan Melampiaskan Masalah Hidup pada Anak

Pernah saya membaca kisah hidup seorang anak yang disiksa oleh ibu kandungnya. Si anak kerap dipukul, dibentak bahkan mengalami luka fisik akibat ulah sang ibu. Ternyata si ibu mengalami perubahan emosi sejak suaminya memilih berpisah karena wanita lain. 

Saya membaca kisah ini jadi sedih kok ada ibu yang tega melampiaskan kekecewaan dan emosi justru pada anak yang tidak tahu apa-apa. Anak ini bahkan menjadi trauma dan takut jika berdekatan dengan ibunya. 

Rasa trauma ini yang terjadi pada anak kerap susah disembuhkan karena sangat membekas dalam ingatan. Apalagi pelaku kekerasan justru orangtua yang seharusnya menyayangi dirinya. 

Kita tidak bisa memungkiri bahwa ada orangtua yang bertindak semena-mena pada anak. Ia merasa anaknya adalah miliknya sehingga bebas diperlakukan apapun khususnya untuk meluapkan rasa emosi. Anak yang berada di posisi ini kerap mengalami gangguan kesehatan mental. 

Ada yang menjadi takut dengan orang dewasa, pendiam, dendam atau dalam kasus berat menyebabkan gangguan jiwa. Ini karena orangtua menempatkan si anak sebagai obyek pelampiasan yang cenderung melukai fisik dan mental anak. 

Saya salut pada orangtua yang kecewa atau marah berusaha tidak melampiaskan pada anak. Menahan diri atau mampu memberikan motivasi pada anak untuk bisa menjadi sosok atau pasangan baik ketika dewasa nanti. 

***

Perceraian tidak hanya melukai perasaan pasangan namun juga anak. Tidak sedikit anak justru mengalami gangguan kesehatan mental pasca perceraian orangtua. 

Ada yang menjadi muram, marah, kecewa atau bahkan trauma dengan yang terjadi di keluarganya. Yuk, kita jaga kesehatan mental anak khususnya yang mengalami kondisi hidup dengan orangtua yang berpisah. Tetap bangun rasa optimis pada anak bahwa mereka bisa jadi anak baik meski orangtua bercerai. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun