# Jangan Melampiaskan Masalah Hidup pada Anak
Pernah saya membaca kisah hidup seorang anak yang disiksa oleh ibu kandungnya. Si anak kerap dipukul, dibentak bahkan mengalami luka fisik akibat ulah sang ibu. Ternyata si ibu mengalami perubahan emosi sejak suaminya memilih berpisah karena wanita lain.Â
Saya membaca kisah ini jadi sedih kok ada ibu yang tega melampiaskan kekecewaan dan emosi justru pada anak yang tidak tahu apa-apa. Anak ini bahkan menjadi trauma dan takut jika berdekatan dengan ibunya.Â
Rasa trauma ini yang terjadi pada anak kerap susah disembuhkan karena sangat membekas dalam ingatan. Apalagi pelaku kekerasan justru orangtua yang seharusnya menyayangi dirinya.Â
Kita tidak bisa memungkiri bahwa ada orangtua yang bertindak semena-mena pada anak. Ia merasa anaknya adalah miliknya sehingga bebas diperlakukan apapun khususnya untuk meluapkan rasa emosi. Anak yang berada di posisi ini kerap mengalami gangguan kesehatan mental.Â
Ada yang menjadi takut dengan orang dewasa, pendiam, dendam atau dalam kasus berat menyebabkan gangguan jiwa. Ini karena orangtua menempatkan si anak sebagai obyek pelampiasan yang cenderung melukai fisik dan mental anak.Â
Saya salut pada orangtua yang kecewa atau marah berusaha tidak melampiaskan pada anak. Menahan diri atau mampu memberikan motivasi pada anak untuk bisa menjadi sosok atau pasangan baik ketika dewasa nanti.Â
***
Perceraian tidak hanya melukai perasaan pasangan namun juga anak. Tidak sedikit anak justru mengalami gangguan kesehatan mental pasca perceraian orangtua.Â
Ada yang menjadi muram, marah, kecewa atau bahkan trauma dengan yang terjadi di keluarganya. Yuk, kita jaga kesehatan mental anak khususnya yang mengalami kondisi hidup dengan orangtua yang berpisah. Tetap bangun rasa optimis pada anak bahwa mereka bisa jadi anak baik meski orangtua bercerai.Â
Semoga Bermanfaat