Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Artificial Intelligence Apakah Musuh atau Kawan dalam Dunia Akademisi?

20 April 2023   10:42 Diperbarui: 20 April 2023   12:26 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencari Informasi Melalui ChatGPT. Sumber Grid.id

"Tolong jelaskan apa yang dimaksud bauran pemasaran dan sertakan sumbernya", saya mencoba mengikuti tren dengan mencari informasi atau jawaban melalui Artificial Intelligence atau yang kerap disebut AI. 

Wow, tidak butuh 1 menit muncul jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan lengkap dengan sumber. "Gila, ini sih keren banget" Ujar saya dalam hati. 

Bagaimana tidak, saya seakan punya asisten yang super duper cerdas yang seakan mampu menjawab pertanyaan yang mungkin kita sendiri bingung bagaimana menjawab sebuah pertanyaan dengan baik atau mencari literatur pas menjawab pertanyaan tersebut. 

Saya ingat dulu saat masih sekolah atau kuliah S1, ketika ujian harus menjawab pertanyaan esai maka hati ini selalu jedag-jedug kaya orang lagi jatuh cinta. 

Tenang soalnya dikit kok cuma 5, ujar dosen saya saat itu. Benar sih pertanyaan utama ada 5 soal tapi pertanyaan utama justru beranak pinak dengan sub pertanyaan atau diterangkan dalam bentuk contoh. Alhasil seakan saya menjawab hampir 15 soal. 

Semakin panik ketika ternyata materi pertanyaan tidak sempat dipelajari. Keringat dingin karena terpepet waktu dan harus menyelesaikan banyak pertanyaan. 

Jujur saya pun kerap sharing informasi alias bertanya alias nyontek pada teman sekelas jika tidak dapat clue jawaban dari pertanyaan ujian. Kini dengan teknologi AI, berapapun pertanyaan akan siap dibabat sampai tuntas. 

Merujuk pada sebuah artikel, AI sendiri dianggap sebagai teknologi di bidang ilmu komputer yang memiliki kemampuan khusus dalam memecahkan masalah. 

Kecerdasan AI yang dianggap setara dengan manusia | Sumber Kompas.com
Kecerdasan AI yang dianggap setara dengan manusia | Sumber Kompas.com

Bahkan kecerdasannya dianggap mampu menyaingi kemampuan kognitif manusia sehingga mampu membantu beragam pekerjaan manusia dari yang mudah hingga rumit sekalipun (Sumber Klik Disini). 

Jujur dalam hati kecil, kenapa teknologi secanggih ini baru hadir sekarang tidak jaman saya masih sekolah. Pasti nilai di raport akan selalu bagus atau bisa jadi juara 1 di kelas. Hehe

Tapi ternyata hadirnya AI tidak membahagiakan banyak pihak. Dosen saya di program Magister bahkan melarang penggunaan AI dalam pengerjaan tugas kuliah. Bahkan diluar negeri, mahasiswa yang ketahuan menggunakan AI untuk pengerjaan tugas akan auto nilai E alias tidak diluluskan. 

Sebegitu mengerikan kah AI dalam perkembangan akademisi? Saya tertarik berdiskusi dengan seorang teman angkatan dan seorang lagi junior saat duduk di S1. Keduanya kini menjadi dosen di kampus negeri di Jawa Timur. Saya tertarik mendalami pandangan mereka terkait kemajuan AI dari sisi praktisi akademisi. 

Irza, teman saya semasa S1 dan kini sebagai dosen menegaskan bahwa AI dalam dunia akademisi ibarat 2 sisi telapak tangan. Di satu sisi, penggunaan AI membantu brainstorming pelajar/mahasiswa untuk memahami informasi secara cepat dan luas. 

Jika kita mencari informasi di google pencarian maka kita butuh waktu dalam menyortir informasi yang sesuai. Berbeda dengan AI, meskipun sumber jawaban juga berasal dari google namun berhasil di rangkum secara cepat dengan teknologi. Bahkan kita hanya tinggal duduk manis depan layar komputer atau gadget, AI akan memuat informasi sesuai apa yang kita inginkan. 

Pada sisi lain, mahasiswa menjadi lebih malas dan terlalu tergantung pada AI. Secara logika, pandangan ini masuk akal. Jika kita mencari informasi manual dari buku, website atau jurnal maka kita masih ada niat untuk membaca literatur secara utuh. 

Contoh sederhana saya membutuhkan materi bauran pemasaran. Saya mencari manual di internet dan mendapatkan 3 jurnal terkait bauran pemasaran. Saya justru ikut membaca penelitian dari latar belakang, teori hingga pembahasan dari jurnal tersebut. 

Disini meski saya awalnya hanya ini tahu teori bauran pemasaran namun ternyata bisa mendapatkan banyak informasi lain dari fenomena penelitian, teori/konsep lain yang relevan hingga variabel penelitian. 

Mendapatkan Informasi Secara Cepat Melalui AI | Sumber Sindonews
Mendapatkan Informasi Secara Cepat Melalui AI | Sumber Sindonews

AI umumnya menampilkan informasi umum sesuai kata kunci yang kita masukan. Informasi terbatas ini membuat pemahaman kita ikut terbatas. Inilah yang menjadi kendala tersendiri. 

Kanya, junior saya yang kini juga berprofesi sebagai dosen menyatakan hal tidak jauh berbeda. Kehadiran AI menjadi faktor penghambat kemampuan analisa kritis dan keterampilan menulis mahasiswa. Padahal mahasiswa dituntut untuk menganalisa suatu masalah dari beragam sudut pandang serta referensi yang jelas. 

Bayangkan jika ada 1 pertanyaan analisa, semua mahasiswa menggunakan AI untuk menjawab pertanyaan tersebut. Bisa ditebak pola jawaban akan sama. Tidak ada kekritisan dari ide/pemahaman mahasiswa sendiri. Selain itu penerapan copy paste dari pemaparan AI membuat kemampuan menulis mahasiswa menjadi dangkal. Ini jadi tantangan bagi perkembangan dunia akademisi. 

Pertanyaan sederhana, apakah 2 teman saya ini mengijinkan mahasiswa menggunakan AI untuk tugas kuliah? 

Kedua teman saya menjawab, Sangat Melarang. Tandanya mereka paham hadirnya AI membantu pemahaman mahasiswa namun untuk tugas kuliah. Bahkan diinfokan dosen kini mulai menggunakan aplikasi pendeteksi AI pada tugas mahasiswa. 

Ada juga kini dosen yang justru meminta mahasiswa mengerjakan tugas dengan tulisan tangan. Terkesan kuno memang tapi ada sisi positifnya. Dengan tulisan tangan, mahasiswa ikut memahami isi tulisan bukan sekedar copy paste. 

Disini juga akan terlihat mahasiswa mana yang benar-benar mengerjakan tugas dengan maksimal atau yang sistem kebut semalam karena akan terlihat dari sisi tulisan. 


Diluar negeri, dosen secara tegas memberikan sanksi nilai E atau tidak lulus mata kuliah untuk mahasiswa yang menggunakan AI. Ini karena mahasiswa di didik untuk memahami informasi lebih luas dan kritis bukan sebagai mahasiswa yang suka mencari sesuatu secara praktis dan dangkal wawasan. 

***

Hadirnya AI ternyata memberikan hal berbeda dalam dunia akademisi. Banyak pelajar atau mahasiswa terbantu dengan hadirnya AI karena mereka lebih cepat memahami informasi, mendapatkan informasi cepat dan seakan memiliki partner cerdas yang siap membantu. 

Ironisnya penggiat pendidikan seperti guru dan dosen menganggap AI justru menumpulkan kemampuan kritis, menciptakan ketergantungan teknologi dan kemampuan menulis pelajar/mahasiswa jadi tidak terasah. 

Disini terlihat bahwa hadirnya teknologi ternyata memberikan sisi plus dan minus khususnya AI dalam dunia akademisi. Apakah sobat pernah mencoba AI untuk membantu tugas sekolah/kuliah? 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun