Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Artificial Intelligence Apakah Musuh atau Kawan dalam Dunia Akademisi?

20 April 2023   10:42 Diperbarui: 20 April 2023   12:26 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencari Informasi Melalui ChatGPT. Sumber Grid.id

Jujur dalam hati kecil, kenapa teknologi secanggih ini baru hadir sekarang tidak jaman saya masih sekolah. Pasti nilai di raport akan selalu bagus atau bisa jadi juara 1 di kelas. Hehe

Tapi ternyata hadirnya AI tidak membahagiakan banyak pihak. Dosen saya di program Magister bahkan melarang penggunaan AI dalam pengerjaan tugas kuliah. Bahkan diluar negeri, mahasiswa yang ketahuan menggunakan AI untuk pengerjaan tugas akan auto nilai E alias tidak diluluskan. 

Sebegitu mengerikan kah AI dalam perkembangan akademisi? Saya tertarik berdiskusi dengan seorang teman angkatan dan seorang lagi junior saat duduk di S1. Keduanya kini menjadi dosen di kampus negeri di Jawa Timur. Saya tertarik mendalami pandangan mereka terkait kemajuan AI dari sisi praktisi akademisi. 

Irza, teman saya semasa S1 dan kini sebagai dosen menegaskan bahwa AI dalam dunia akademisi ibarat 2 sisi telapak tangan. Di satu sisi, penggunaan AI membantu brainstorming pelajar/mahasiswa untuk memahami informasi secara cepat dan luas. 

Jika kita mencari informasi di google pencarian maka kita butuh waktu dalam menyortir informasi yang sesuai. Berbeda dengan AI, meskipun sumber jawaban juga berasal dari google namun berhasil di rangkum secara cepat dengan teknologi. Bahkan kita hanya tinggal duduk manis depan layar komputer atau gadget, AI akan memuat informasi sesuai apa yang kita inginkan. 

Pada sisi lain, mahasiswa menjadi lebih malas dan terlalu tergantung pada AI. Secara logika, pandangan ini masuk akal. Jika kita mencari informasi manual dari buku, website atau jurnal maka kita masih ada niat untuk membaca literatur secara utuh. 

Contoh sederhana saya membutuhkan materi bauran pemasaran. Saya mencari manual di internet dan mendapatkan 3 jurnal terkait bauran pemasaran. Saya justru ikut membaca penelitian dari latar belakang, teori hingga pembahasan dari jurnal tersebut. 

Disini meski saya awalnya hanya ini tahu teori bauran pemasaran namun ternyata bisa mendapatkan banyak informasi lain dari fenomena penelitian, teori/konsep lain yang relevan hingga variabel penelitian. 

Mendapatkan Informasi Secara Cepat Melalui AI | Sumber Sindonews
Mendapatkan Informasi Secara Cepat Melalui AI | Sumber Sindonews

AI umumnya menampilkan informasi umum sesuai kata kunci yang kita masukan. Informasi terbatas ini membuat pemahaman kita ikut terbatas. Inilah yang menjadi kendala tersendiri. 

Kanya, junior saya yang kini juga berprofesi sebagai dosen menyatakan hal tidak jauh berbeda. Kehadiran AI menjadi faktor penghambat kemampuan analisa kritis dan keterampilan menulis mahasiswa. Padahal mahasiswa dituntut untuk menganalisa suatu masalah dari beragam sudut pandang serta referensi yang jelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun