Tanda lampu belum berubah hijau tapi kendaraan menerobos, banyak yang melawan arah dan banyak pengemudi atau penumpang tidak menggunakan helm.Â
Kemarin pun teman menjemput saya untuk keliling Jakarta. Ternyata hal sama pun ia lakukan. Sempat saya tegur jangan menerobos lampu merah karena berbahaya. Jawaban sederhana, di sini udah biasa.Â
Wuaduh, teringatlah kata adik saya yang udah lama tinggal di Jakarta. Melihat adik saya membawa motor, jantung saya malah degdegan. Tapi yang lebih ngeri, adik saya bilang justru jika berkendaraan terlalu berhati-hati lebih rentan jadi korban kecelakaan.Â
Pengemudi di Jakarta terbiasa membawa kendaraan kencang jadi jika ada yang membawa kendaraan lambat justru bisa membahayakan pengemudi ini. Kembali lagi hal ini hanya dilakukan oknum pengendara yang tidak taat aturan. Tapi melihat terlalu banyak oknum pelanggar, saya jadi geleng-geleng kepala.Â
# Penilaian Kelima = Kota Hidup 24 Jam
Saya akui Jakarta ibarat kota penuh aktivitas selama 24 jam. Meskipun sudah larut malam justru masih banyak aktivitas yang ditemukan.Â
Ada komunitas olahraga yang berlatih di malam hari. Aktivitas anak muda nongkrong di spot keramaian hingga hiburan malam hari seperti cafe dan pub clubbing.Â
Wajar jika Jakarta dianggap kota penuh keramaian. Disaat jam sudah pukul 1 pagi pun masih banyak lalu lintas kendaraan. Berbeda jauh saat di daerah, di mana jam segitu umumnya sudah sepi. Bahkan orang takut keluar di tengah malam karena rentan kejahatan.Â
Di Jakarta, saya merasa aman saja meski keluyuran di tengah malam. Bahkan untuk minimart, SPBU, apotek, dan lainnya masih ada yang buka hingga tengah malam.Â
***