Seorang anak kecil menghampiri saya yang sedang makan di sebuah warung makan. Saya menebak anak ini seusia anak SD membawa tas plastik hitam dan menawarkan sebungkus tisu.Â
"Mau beli gak kak?" adik itu menawarkan kepada saya.Â
"Berapa?"
"Lima ribu kak."
Awalnya ragu juga karena kondisi memang sedang tidak membutuhkan tisu ditambah naluri jiwa ekonomis muncul karena di supermarket, tisu tersebut sedang promo 10 ribu dapat 3. Artinya beli di supermarket jauh lebih murah dibandingkan yang ditawarkan si adik.Â
Namun melihat wajah memelas si adik berharap saya membeli ditambah kondisinya yang terlihat capek karena berjalan kaki menawarkan kepada orang di sekitarnya. Alhasil saya membeli juga.Â
Dalam hati sempat ada pertanyaan, apakah si adik ini berjualan atas niatnya sendiri atau sekadar dimanfaatkan orangtua atau orang dewasa untuk berjualan? Mengingat orang akan tidak tega dan membeli barang dagangannya.Â
Sepertinya saya mencoba mengambil sisi positif, si adik telah terbangun mental bisnis sedari dini. Tidak mudah membangun mental ini. Menawarkan dagangan kepada orang lain harus siap menahan rasa gengsi dan malu, membujuk orang lain untuk membeli dan bagaimana agar usahanya laku dan untung.Â
Saya justru merasa ada 5 manfaat penting ajarkan anak jiwa bisnis sedari kecil. Apa itu?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!