Tidak butuh waktu lama bantuan akan segera datang. Ironisnya kedermawanan ini bisa seperti bumerang. Ingin membantu justru terkecewakan.Â
Saya ingat ada sosok yang menunjukan keterampilan bakat rias kecantikan ala kadarnya. Aksinya ini mampu membuat orang simpati. Bahkan tidak hanya masyarakat umum, public figure pun berlomba membantu.Â
Kisah viral menarik pemberitaan dan media hingga dalam sekejab membuat sosok ini terkenal dan suka wara-wiri di TV Nasional. Perlahan masyarakat justru dikecewakan dengan sikapnya setelah kondisi ekonomi terangkat.Â
Begitulah jiwa dermawan masyarakat kita bisa membuat orang terbantu namun disisi lain bisa membuat orang tersebut berada pada sisi jurang karena keterlenaan.Â
***
Setiap orang berhak untuk melakukan apapun, termasuk memanfaatkan media teknologi untuk meminta bantuan, donasi atau memviralkan sesuatu.Â
Namun kita patut sadar bahwa bantulah kesusahan orang lain sewajarnya atau sesuai porsi. Jika A butuh 3 cukup berikan 3 jangan 10. Lebih bijak lagi kita bantu menfasilitasi agar si A bisa memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalahnya.Â
Bukankah ada pepatah "berilah kailnya, jangan ikannya". Fenomena banyaknya pengemis di tepi jalan atau perempatan jalan bukan lagi karena butuh bantuan untuk makan tapi mengemis itu pekerjaan mudah mendapatkan uang. Justru apa yang mereka terima lebih besar dari yang membutuhkan dan membuat mereka terlena, manja dan terjebak dalam masalah mental untuk tidak menjadi mandiri.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H