Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kado-Kado Indah di Bawah Pohon Natal

25 Desember 2022   00:07 Diperbarui: 25 Desember 2022   00:26 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kado Natal Dengan Hiasan Indah | Sumber Astronouts.id

Alunan piano menemani lagu Terima Kasih Tuhan sebagai lagu penutup misa Natal pagi ini. Satu persatu umat berdoa dan mempersiapkan diri meninggalkan Kapel. 

"Selamat hari Natal, suster Monika", suara anak-anak terdengar dari arah belakang

" Selamat hari Natal, Tuhan Yesus Memberkati", ku ucapkan salam balik kepada mereka

Pagi ini suasana cerah, aku masih mendengar kicau burung pagi dan melihat langit biru dari luar Kapel. Anak-anak kecil satu persatu berlari mencari romo seakan ingin menyapa dan mengucapkan salam Natal. 

"Suster, apakah kita sudah bisa mengajak anak-anak kembali? ", suara Ratih membuyarkan pandanganku. 

" Sekarang sudah jam berapa? "

Ratih melihat jam tangannya, jam yang tahun lalu ku berikan sebagai kado ulang tahun untuknya.

"Jam 09.46 suster" 

Aku hanya mengangguk, Ratih paham maksud anggukanku ini. Tidak butuh waktu lama ia pergi dan mengumpulkan anak-anak kembali ke Panti. 

Yah, aku adalah suster yang dipercaya menjadi kepala Panti Asuhan Gembala Illahi. Ratih adalah salah satu pengasuh yang membantuku mengurusi anak-anak panti. 

Usianya baru 19 tahun, berambut ikal dan selalu tampak ceria. Ia lah yang paling dekat dengan anak-anak.

***

Anak-anak telah berkumpul di aula panti. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya dan pengasuh sudah menyiapkan acara Natal menyenangkan untuk mereka. 

Makan bersama, bermain dan membagikan kado dari para donatur yang baik hati. Berkat Tuhan, Natal tahun ini banyak donatur yang memberikan sumbangan kado untuk doberikan pada anak-anak. 

"Bagaimana Natal tahun ini? " Aku menyapa anak-anak

"Luar biasa Suster" Suara mungil terdengar kompak

"Suster, kapan pembagian kadonya?" Freddy tiba-tiba menyeletuk diantara yang lain

Freddy ini memang anak yang paling vokal, lucu dan paling berani. Usianya belum genap 9 tahun tapi suasana Panti justru semakin berwarna berkat hadirnya. 

"Anakku Freddy, emang ingin kado yang mana? "

"Yang itu Sus? " Tangannya menunjuk sebuah kado besar berwarna merah. Kado ini memang paling besar daripada kado lain. Tidak heran sejak kado dipajang dibawah pohon natal, anak-anak sudah mengincar kado ini. 

"Ih, itu kan kado buatku" Sheila berkata seakan tidak ikhlas

"Bukan, itu kado buatku" Suara anak lainnya mulai bergemuruh

Ratih dengan sigap maju menenangkan suasana. 

Satu per satu saya melihat wajah ketidaksabaran dari anak-anak mungil ini. Padahal dalam hati ku, ada rasa sedih mengingat kemalangan mereka hingga harus di panti. 

Freddy, anak yang berani itu dititipkan oleh ayahnya 4 tahun lalu. Ibunya meninggal setahun setelah melahirkan dirinya dan sang ayah menikah lagi 3 tahun lainnya. Namun ibu tirinya seakan kurang menyukai kehadiran Freddy. 

Sheila, dirinya baru 10 bulan bergabung di Panti. Kedua orang tuanya meninggal karena Covid-19. Tidak ada sanak saudara yang ia miliki hingga para tetangga mengantarkan dirinya ke Panti. 

Ratih, pengasuh anak-anak pun dulunya adalah bagian dari mereka. Nasibnya jauh lebih menyedihkan. 

Orang tuanya membuang dirinya saat baru dilahirkan. Bahkan ia ditemukan di semak-semak kebun milik warga dengan ari-ari masih menempel. Beruntung ia ditemukan oleh pemilik kebun dan diantarkan ke Panti. 

Saya ingat orang yang mengantarkan dirinya ingin mengasuh dirinya namun karena ia sudah berusia lanjut dan tinggal seorang diri. Ia seakan khawatir tidak bisa merawat dengan baik. Menurutnya menitipkan di panti adalah pilihan tepat. 

Tugas kami pengurus panti hanyalah menjaga, merawat dan menyekolahkan anak-anak istimewa ini hingga SMA. Semua biaya operasional dibantu oleh yayasan, gereja dan bantuan donatur. 

Selepas SMA, anak panti akan mulai mandiri mencari pekerjaan untuk masa depan. Ratih justru memilih ingin membantu para suster untuk menjaga anak-anak istimewa ini. 

Ia pernah berkata, ini adalah caranya membalas kebaikan Tuhan. Adik-adik panti seakan menjadi keluarga yang ia dapatkan dalam sebuah takdir. 

"Kita bagi dengan sistem diundi ya Sus. Jadi biar adil", Suster Siska memberi saran. 

Aku pun setuju, mungkin cara ini menghindari pilih kasih dari kami selaku pengurus dalam membagi kado. 

Suster Siska, suster yang paling muda disini membantu menyiapkan kertas dengan nomor sebagai tanda siapa yang bisa mendapatkan kado sesuai nomor. 

Anak-anak tetaplah seorang anak kecil. Ada yang senang, ada yang cemberut karena kado yang diincar tidak dapat, ada yang biasa saja bahkan ada yang menangis karena gagal mendapatkan kado incaran termasuk Freddy yang merengek karena Kado merah itu bukan miliknya. 

Satu persatu mereka membuka kado yang didapat. Ada yang mendapatkan buku, tas, kotak pensil, makanan, sepatu, seragam dan hadiah permainan untuk anak. 

Dari sekian ekspresi, mata saya tertuju pada Sheila. Gadis kecil cantik berambut pendek. Ia terlihat menyeka matanya. 

"Sheila tidak suka kado apa? ", saya coba menghampiri. Khawatir ia sedih karena gagal mendapatkan kado merah seperti Freddy

"Suka Suster Monika", Sheila menunjukan krayon mewarnai 1 set yang ia dapatkan

"Apa Sheila sedih sedih tidak dapat kado merah itu? "

Ia mengangguk. Saya bingung lalu apa yang membuatnya begitu sedih

"Apa ada kado yang Sheila inginkan? Mungkin nanti suster coba carikan kado yang Sheila ingin"

"Aku rindu ayah dan bunda"

Jlebbb, hati tiba-tiba terasa teriris. Saya tidak sanggup melihat kesedihan anak yang rindu pada orang tuanya. Paham bahwa kehilangan orang yang dicintai sangat menyedihkan. 

"Seandainya ayah dan bunda masih hidup. Pasti Sheila bisa merayakan Natal demgan mereka. Apa bisa saya berdoa pada Tuhan agar ayah dan bunda bisa hidup lagi Sus? Air mata nya seketika berlinang. 

Kerinduannya begitu terasa. Meskipun saya terikat dengan Kaul Kesucian dan membuat saya berjanji menyerahkan hidup untuk karya Tuhan dengan tidak menikah dan memiliki anak. Tapi hati sebagai orang dewasa terasa ikut terpanggil. 

Saya usap air matanya dan rangkul dengan hangat. Berharap cara ini bisa menenangkan kesedihannya meski sejenak. 

"Kita selesai ini berdoa untuk ayah dan bunda Sheila yang saat ini ada di Surga ya? "

"Percayalah meski saat ini ayah dan bunda sudah tidak bersama Sheila. Mereka pasti bangga dan bahagia melihat Sheila dari kejauhan"

Entahlah saya berharap ini bisa menghibur dirinya

"Apakah benar Sus? "

Senyumku seakan memberikan isyarat atas jawaban dirinya

"Jangan sedih lagi ya, lihatlah ada Suster Monika disini, ada Kak Ratih, dan teman-teman yang sekarang sudah jadi keluarga baru Sheila"

"Sheila percaya kan jika ayah dan bunda akan selalu menemani Sheila dan Tuhan pun akan selalu mendampingi kemana Sheila berada"

Ratih datang mendekat, sehelai tisu diberikan pada saya. Ia sepertinya sudah memperhatikan saya yang tengah menenangkan Sheila. 

Dalam hati saya berdoa, Terima Kasih Tuhan. Anak-anak ini adalah kado natal terindah yang diri-Mu berikan padaku. Ijinkan aku menjaga pemberianmu ini agar kelak menjadi Garam dan Terang Dunia. 

--25 Desember 2022--

Selamat Natal Dan Semoga Sukacita Natal beserta Kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun