Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

From Single Mom To Hero

23 Desember 2022   21:33 Diperbarui: 23 Desember 2022   21:53 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Saya Saat Mengunjungi Museum Angkut Di Kota Batu | Dokumentasi Keluarga

Manusia punya kenangan dan keluarga punya cerita, sebuah pemikiran sederhana bagaimana kita mensyukuri apa yang terjadi di masa lalu. Begitulah saya mensyukuri memiliki ibu yang luar biasa. 

Menjadi single mom bukanlah harapan bagi seorang istri ataupun seorang ibu. Namun inilah takdir yang harus dirasakan oleh ibu saya. Menjadi single mom di usia 30 dengan memiliki 4 anak bukanlah hal mudah. 

Saya ingat betul masa-masa susah dimana semasa masih ada ayah, hidup keluarga terjamin. Ibu saya hanya fokus menjaga anak dan mengurus pekerjaan domestik rumah tangga. Namun takdir tidak bisa ditebak, nasib mengubah ibu saya yang semula hanya Ibu Rumah Tangga (IRT) menjadi tulang punggung keluarga. 

Kakak saya baru masuk SMP, saya masih duduk di bangku SD, adik pertama di TK dan si bungsu baru berumur beberapa bulan. Tahun 1998 disaat masa Krisis Moneter, ibu seakan menyerah mengadu nasib di perantauan dan memilih mengajak kami sekeluarga pulang ke Bali, kampung halaman ibu. Harapan setidaknya ada keluarga besar yang siap membantu jika kami kesulitan dalam ekonomi. 

Wow, bagaimana ibu saya menghidupi kehidupan keluarga? 

Sebagai lulusan SMP dengan minim pengalaman kerja tentu membuat ibu susah mendapatkan pekerjaan formal. Berbekal pengalaman menjahit aksesoris, ibu mencoba peruntungan dengan mendatangi tiap butik pakaian di Denpasar menawarkan jasa jahit payet pakaian. 

Proses Menjahit Payet Sebagai Mata Pencaharian | Dokumentasi Keluarga
Proses Menjahit Payet Sebagai Mata Pencaharian | Dokumentasi Keluarga

Jika pembaca pernah melihat pernak-pernik yang menempel indah di pakaian atau kebaya. Inilah keterampilan yang diandalkan ibu saya yaitu menjahit pernak-pernik pakaian di pakaian. Yah, jasa payet inilah yang berhasil membuat kami bisa melalui masa sulit. Meskipun tetap ada bantuan dari om dan tante yang ikut berkontribusi dalam hidup kami. 

Pernah melihat orang tua bekerja dari pagi hingga subuh? Ini menjadi rutinitas ibu saya. Biasanya setelah menyiapkan keperluan anak-anaknya sekolah serta selesai masak dan membersihkan rumah. Ibu saya langsung menjahit payet dari jam 10 pagi hingga tengah malam atau pernah hingga jam 3 dini hari. 

Rutinitas yang bukan sebulan atau dua bulan namun berlangsung nyaris 20 tahun. Hal yang bikin terenyuh adalah ketika badan kurang sehat. Ibu sengaja minum obat warung hingga 2 tablet agar tidak drop. Jika badan drop, payet tidak selesai. Artinya harus siap buat tidak dapat bayaran.

Ditemani dengan kopi serta cemilan kacang jadi senjaya andalan agar bisa begadang kerja hingga tengah malam. 

Berpose Menggunakan Pakaian Desain Payet Karya Sendiri | Dokumentasi Keluarga
Berpose Menggunakan Pakaian Desain Payet Karya Sendiri | Dokumentasi Keluarga

Percayalah pekerjaan ini bukan sesuatu yang ringan. Saya pernah mencoba membantu setidaknya memasukan benang ke jarum. Tujuannya jika benang di jarum yang sedang digunakan habis, maka sudah ada jarum lain yang siap digunakan. Namun saya kerap merasa jenuh dan bosan. 

Kerjaan yang saya lakukan terkesan sederhana namun sudah merasa bosan dan saya yakin ibu saya pun mungkin puluhan atau ratusan kali merasakan kebosanan yang sama. Namun jika tidak ditekuni, siapa lagi yang akan menanggung kebutuhan keluarga. 

Salut, satu per satu dari anaknya bisa lulus dari SMA. Kakak saya memilih menikah sedangkan saya hingga adik bungsu beruntung bisa mengenyam bangku kuliah. 

Saatnya Giliran Mama Untuk Bahagia

Ini benar terucap oleh ibu saya ketika si bungsu mengakhiri masa kuliahnya. Entah kenapa ibu saya percaya, dirinya merasa plong seakan kerja kerasnya perlahan terbayarkan. 

Kami berempat memiliki pekerjaan masing-masing dan mengingat ucapan beliau, saatnya giliran mama untuk bahagia. Tekad inilah yang kami jaga dan buktikan kepada ibu. 

Saya dan adik-adik sepakat iuran untuk membelikan ibu saya rumah. Meski tidak terlalu mewah setidaknya kenangan dulu pernah diusir karena tidak bisa membayar kos tidak terulang kembali. 

Kelak seandainya salah satu dari kami ada acara, kami punya rumah yang bisa kami jadikan lokasi acara. Jika kami ingin pulang kampung, ada rumah pasti yang bisa kami datangi. 

Selagi ada kesempatan, kenapa tidak menciptakan kenangan indah bersama

Berpose Bersama Ibu Saat Bermain Arum Jeram | Dokumentasi Keluarga
Berpose Bersama Ibu Saat Bermain Arum Jeram | Dokumentasi Keluarga

Dulu jangankan wisata bersama, membeli baju baru saat Natal pun seakan dipendam dulu. Keterbatasan dana menjadikan kami menahan rasa ingin ini dan itu. 

Awal Desember ini, saya dan adik sengaja menyiapkan kenangan indah. Kami ajak ibu berwisata ke Singapura. Hal yang dulu mungkin hanya sebatas impian. 

Kenangan Saat Wisata Di Singapura | Dokumentasi Keluarga
Kenangan Saat Wisata Di Singapura | Dokumentasi Keluarga

Saya ingat rasa antusias ketika kami buat rencana ke Singapura. Ibu saya bahkan menceritakan ini kepada keluarga besar seakan mimpinya keluar negeri akan segera terwujud. Setiap proses dari buat passport, membeli kebutuhan wisata hingga mengemas koper selalu dijadikan pesan status di sosial media. 

Mungkin terkesan alay tapi bagi ibu saya setidaknya ini jadi luapan bahagia bahwa sudah saatnya beliau istirahat dan menikmati masa tua dengan ceria. 

Usia boleh tua tapi semangat tetap muda

Setiap bulan selalu saya usahakan ajak ibu berwisata mengunjungi tempat-tempat menarik. Tujuan agar tidak jenuh sekaligus menyenangkan hati orang tua. 

Hal lucu saat di Singapura, ada banyak spot wisata yang mengharuskan kami berjalan kaki agak jauh. Justru perjalanan dari pagi sampai malam bisa dilakoni dengan baik. 

Menyaksikan Spectra - A Light & Water Show di Singapura, ibu saya tidak segan merekam pertunjukan indah dengan atraksi Pokemon 3 Dimensi serta air mancur. Ala Vlogger, ibu saya menceritakan hal menarik di tempat tersebut. 

Nanti ajak mama ke Manado ya tempat adikmu penempatan. Februari mama mau main ke Jakarta ya ke tempat Mami (adik kakek). Kalo ada rejeki, ajak mama ke Bangkok ya

Wow, banyak sekali permintaan ibuku ini. Sepertinya dia tahu bahwa setelah berpuluh-puluh tahun berdiam diri di rumah sambil menjahit payet. Dia tidak bisa menyenangkan dirinya sendiri, sekaranglah masa ia ingin menikmati masa tua dengan wisata. 

Doakan ya anak-anakmu rejekinya lancar dan bisa mewujudkan apa yang diharapkan. Tanggal 26 Desember ini bahkan sudah kami agendakan wisata ke Nusa Penida. 

Selama tinggal di Bali, baru saya saja di keluarga yang pernah ke Nusa Penida. Ibu dan adik pun ingin merasakan berfoto dengan latar broken beach atau kelingking beach. Baiklah selagi kita bisa menciptakan momen kebersamaan kenapa tidak segera diwujudkan. 

Kenapa Ibuku Butuh Produk Kecantikan dari Erha? 

Yah kebetulan lihat ada kompetisi menulis hadiah buat hari ibu di Kompasiana berhadiah Produk Erha, saya jadi tertarik mencoba peruntungan. 

Jika ditanya kenapa saya semangat ikutan, seandainya menang. Lumayan dapat produk Erha Age Corrector Bundling senilai Rp. 500.000. Kapan lagi emak bisa treatment gratis. 

Foto Ibu Saat Masih Muda | Dokumentasi Keluarga
Foto Ibu Saat Masih Muda | Dokumentasi Keluarga

Saya ingat saat kecil, ibu saya senang melakukan perawatan wajah di salon kecantikan. Infonya dulu ibu saya adalah kembang kelas saat di sekolah. Melihat dari foto mudanya, ibu saya terlihat cantik. 

Sejak jadi single mom, ibu saya nyaris tidak pernah perawatan di salon atau klinik kecantikan. Untuk perawatan wajah hanya mengandalkan milk cleanser yang dibeli di minimarket. 

Kini sejak anak-anaknya sudah mandiri, ibu saya mulai sering perawatan sederhana. Tidak ada salahnya jika ada rejeki dari tulisan ini. Saya bisa hadiahkan voucher Erha sebagai hadiah. Kapan lagi lihat ibu senang bisa perawatan ala-ala artis ibukota di Klinik ternama. 

Berpose Dengan Kebaya Bali | Dokumentasi Keluarga
Berpose Dengan Kebaya Bali | Dokumentasi Keluarga

Bagi wanita pada umumnya punya wajah putih, bersih dan awet muda pasti jadi idaman. Mungkin bagi ibu saya, hal ini bukan jadi ekspetasi utama. Setidaknya kenangan dan usaha dari anaknya yang mungkin akan selalu diingat. Hadiah dari sebuah perjuangan tentu terasa lebih indah. 

***

From single mom to hero, ini adalah kesan yang tertanam dalam benak saya tentang sosok ibu. Bukan hal mudah menjadi single mom yang dulunya duduk manis mengelola gaji bulanan suami berubah jadi tulang punggung keluarga. 

Setiap orang punya perjuangan hidup masing-masing dan saya merasa perjuangan ibu saya sudah luar biasa mendidik dan merawat semua anaknya hingga jadi sosok mandiri. Kini tidak ada salahnya giliran ibu yang duduk manis menikmati masa tua dengan kenangan yang indah. Amin

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun