Kasus di mana ibu penjual aksesoris souvenir yang menawarkan dagangan dengan bahasa Inggris secara harafiah memiliki arti kurang tepat namun wisatawan memahami maksud dari ucapan si ibu.Â
"Malu berbicara, Lapar Di Jalan."
Ada seseorang yang memplesetkan hal ini namun setelah diamati ternyata memiliki arti yang relevan dengan kehidupan di Bali. Saat ini Bali memang menjadikan pariwisata sebagai sektor pemasukan utama. Masyarakat pun menggantungkan hidupnya dari wisatawan lokal maupun asing.Â
Malu berinteraksi dengan warga asing karena tidak cakap berbahasa asing/Inggris akan membuat kita susah bersaing dengan pedagang atau teman kerja lain yang merugikan kita sendiri seperti dagangan tidak ada yang beli atau justru gagal mendapatkan pembeli potensial.Â
Ni Putu Rista, seorang siswi yang juga berjualan kartu pos kepada wisatawan di Bali adalah salah satu bukti nyata. Interaksi dirinya dengan berbagai latar wisatawan bahkan membuat dirinya cukup fasih berbahasa asing seperti Inggris, Perancis, Mandarin, dan sebagainya.Â
Padahal dirinya tidak pernah belajar kursus formal dalam berbahasa asing. Ketika dirinya tampil percaya diri berkomunikasi dengan wisatawan, pengalaman inilah yang mengasah kemampuan bahasa asingnya.Â
Sejujurnya saya pun kurang fasih berbahasa Inggris. Ini karena hampir tidak pernah berinteraksi dengan orang asing meski tinggal di Bali. Alhasil ketika suatu ketika saya mendapatkan undangan meeting dengan GM salah satu beach club terkait penawaran kerjasama. Saya sempat keluar keringat dingin sebelum bertemu.Â
"Sorry, I can't speak english fluently", saya mengucapkan kalimat ini ketika awal berjumpa. Sejatinya jika chat via WhatsApp, saya lebih percaya diri dibandingkan komunikasi face to face. Setidaknya saya bisa memanfaatkan google translate jika ada kendala kosakata yang kurang dipahami.Â
"It's Ok. I think your english is good. You can speak in english but i can't speak in Bahasa. So your language skills are better than mine."
Wow, respon tidak terduga. Awalnya saya keringat dingin justru dibuat tersanjung oleh ungkapan si GM yang berasal dari Eropa. Artinya dirinya menghargai kemampuan bahasa asing saya yang mungkin tidak sefasih orang lain. Namun dirinya mengganggap justru selagi masih bisa dipahami. Kendala bahasa bukanlah hal besar.Â