Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

TV Analog Menuju TV Digital dan Perubahan Aktivitas Hidup

6 November 2022   14:01 Diperbarui: 7 November 2022   07:09 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berakhirnya Siaran TV Analog Di Berbagai Tempat di Indonesia | Sumber: koolshooters via www.kompas.com

Secara resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah menghentikan siaran TV Analog atau Analog Switch Off (ASO) per tanggal 2 November 2022 pukul 24.00 WIB. Artinya di 230 Kabupaten/Kota di Indonesia harus mengucapkan selamat tinggal pada siaran TV Analog (Sumber klik disini). 

Saya akui perkembangan jaman terjadi cukup cepat. Dulu semasa SD hingga SMP seakan menjadi masa penuh kenangan dengan TV Analog. 

Menonton kartun doraemon dan dragon ball saat hari minggu, mengidolakan penyanyi dari ajang pencarian bakat seperti AFI, Indonesian Idol, atau Mamamia dan sebagainya. 

Yang paling berkesan ketika siaran TV banyak semutnya alias tidak jernih, maka saya akan sibuk memutar antena hingga siaran jernih kembali. Atau jika TV Tabung keluaran jadul, kadang ada saja drama yang muncul dan kita harus pukul tabung TV agar masalah kembali normal. 

Kini kenangan ini akan perlahan menghilang. Hadirnya TV digital dan siaran berbayar memberikan banyak kemudahan. Tidak perlu lagi sibuk memutar antena untuk mencari saluran yang jernih atau bahkan memukul tabung TV ketika ada masalah. 

Melalui saluran TV digital, maka kita akan mendapatkan saluran yang jernih bahkan bisa mendapatkan saluran TV secara nasional maupun internasional. Bahkan beberapa provider saluran digital menawarkan paket internet dan TV Digital dalam 1 paket. 

Layanan Tontonan Dalam TV Berbayar | Sumber: Situs Yaconic
Layanan Tontonan Dalam TV Berbayar | Sumber: Situs Yaconic

Teman saya salah satunya sudah menggunakan TV digital sejak beberapa tahun lalu, bahkan anaknya dilatih menonton acara kartun atau acara anak berbahasa asing. Tujuannya adalah agar si anak menonton sambil melatih kemampuan bahasa. 

Layanan yang dulu tidak kita temui saat masih kecil. Bahkan ada saluran TV yang menayangkan topik khusus seperti berita, olahraga, musik, kartun dan sebagainya. 

Bagaimana respon saya terkait peralihan TV Analog ke TV Digital? 

Sejujurnya saya sudah lama tidak pernah menonton acara TV, mungkin dari 5 tahun lalu tidak menonton TV. Bukan karena tidak memiliki TV namun saya merasa kurang menyukai acara yang ditampilkan di TV belakangan ini. 

Dulu banyak acara menarik versi saya seperti kuis, ajang pencarian bakat, FTV, musik, kartun dan sebagainya. Entah kenapa perlahan acara di TV saat ini lebih banyak sinetron bertele-tele, azab yang kurang logis, atau ajang pencarian bakat dengan durasi panjang namun didominasi drama panggung. 

Di kamar pun ada Smart TV dengan memanfaatkan TV berbayar. Namun saya tidak pernah menghidupkan TV tersebut. Seandainya dihidupkan hanya sebatas penerang untuk menemani menjelang tidur. 

Saya pernah membelikan sebuah Smart TV untuk ibu di rumah. Maksud hati ingin memberikan hadiah ulang tahun. Sudah melakukan proses pembayaran dan tibanya menginfokan ke ibu saya. Alhasil saya terkejut bahwa ibu sebenarnya sudah punya Smart TV 32 inchi bahkan belum digunakan sama sekali alias masih dalam kardus. Ketika ditanya kenapa tidak dipasang, alasannya "sudah gak suka nonton TV".

Saya pun buru-buru meng-cancel pembelian Smart TV dan mengalihkan ke barang elektronik lainnya. 

Ini tandanya di keluarga saya sudah jarang menonton TV. Selama ini TV tidak pernah dihidupkan bahkan saya sampai khawatir TV tersebut rusak karena jarang terpakai. 

Ada 2 hal utama mengapa perubahan dari TV Analog tidak membawa dampak besar dalam kehidupan pribadi

Pertama, layanan streaming video berbayar seperti HBO, Netflix dan Disney dirasa lebih menarik dibandingkan acara televisi analog ataupun berbayar. Biaya paketan pun murah dan ada yang menerapkan sistem sharing. 

Acara TV Digital yang Tengah Populer | Sumber National Today
Acara TV Digital yang Tengah Populer | Sumber National Today

Saya menggunakan paket sharing salah satu layanan streaming video. Tidak lebih dari 40 ribu per bulan saya bisa menikmati tontonan film yang hits dan bahkan ekslusif yang hanya tersedia di layanan streaming tersebut. 

Jika menonton melalui siaran TV Analog atau berbayar, kadang susah mencari tontonan yang sesuai selera kita. Berbeda dengan layanan streaming video, kita bisa memilih tontonan baik film nasional, India, Mandarin, barat atau kartun sekalipun. Bahkan ada pilihan genre yang bisa kita pilih sesuai selera. 

Kedua, stigma kurang puas terhadap acara TV. Mungkin bukan saya saja yang merasakan hal ini namun banyak di antara kita. Kenapa? Kini acara di TV seakan kurang kreatif, kurang edukasi dan banyak acara yang menjiplak acara atau film yang tengah hits. 

Dulu ada sinetron di salah satu TV nasional. Awalnya jalan cerita menarik, ketika rating naik dan menjadi tontonan favorit. Saya sudah menebak jalan cerita perlahan akan dibuat bertele-tele, durasi film diperpanjang dan sisipan iklan akan dipaksa masuk dalam cerita. 

Ternyata benar, nyaris sinetron tanah air yang tengah populer melakukan hal ini. Alhasil saya mulai kurang bergairah untuk menonton cerita yang bertele-tele bahkan berjilid-jilid layaknya buku.

Acara ajang musik namun penuh drama, settingan dan justru juri kurang berkompeten juga membuat saya malas menonton. Justru saya rindu acara seperti Family 100, Who Wants to Be a Millionare, Jejak Petualang, Galileo Galilei atau acara yang menghibur namun ada sisi edukasi. 

Nyatanya masyarakat Indonesia justru lebih suka sinetron yang penuh drama dibandingkan acara edukasi dan informatif. Alhasil alasan rating, banyak acara yang sebenarnya bagus justru hilang seketika. 

Saya akui masih banyak masyarakat yang merasa beralihnya TV analog ke TV digital membuat mereka kian merana. Ini karena tidak semua orang mampu berlangganan TV Kabel atau mungkin mengganti TV tabung menjadi Smart TV. 

Meskipun ada alat khusus seperti set top box untuk bisa menonton TV digital namun di tengah ekonomi yang belum stabil tentu akan tetap memberatkan, apalagi alat elektronik cenderung cepat rusak. 

***

Kominfo sejatinya tengah menepati janji unik mengalihkan TV analog ke TV digital. Ini dibuktikan perlahan siaran TV Analog mulai dinonaktifkan. 

Bagi saya, peralihan ini tidak berdampak besar karena saya sudah bertahun-tahun tidak menonton acara TV. Layanan streaming video, menonton video di IG atau Tiktok serta Youtube jauh lebih menarik dibandingkan menonton TV. Namun pasti ada masyarakat yang terbebani dengan kebijakan ini. 

Semoga kelak ketika ekonomi kian pulih, acara TV mulai dikemas menarik. Masyarakat perlahan dengan sukarela beralih ke TV Digital di kemudian hari. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun