Harimau Bali dianggap telah punah di Indonesia. Setidaknya itulah hasil laporan peneliti karena satwa ini tidak pernah ditemukan lagi di alam liar sejak tahun 1940-an.
Padahal hewan ini dulunya banyak ditemukan khususnya di kawasan Bali Barat karena hutan yang masih terjaga serta banyaknya ketersediaan hewan mangsa seperti monyet, rusa, dan babi hutan.
Perburuan liar secara besar-besaran karena menganggap hewan ini sebagai ancaman serta maraknya perdagangan kulit hewan membuat Harimau Bali berstatus punah.Â
IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) selaku lembaga internasional di bidang konservasi telah memetakan kategori khusus terhadap flora dan fauna di alam liar. Kategori ini disebut Daftar Merah (Red List) sebagai  kriteria untuk mengevaluasi status kelangkaan suatu spesies.Â
Beberapa klasifikasi Daftar Merah (Red List) sebagai berikut :
- Extinct (EX; Punah);Â
- Extinct in the Wild (EW; Punah Di Alam Liar);Â
- Critically Endangered (CR; Kritis),
- Endangered (EN; Genting atau Terancam),Â
- Vulnerable (VU; Rentan),Â
- Near Threatened (NT; Hampir Terancam),Â
- Least Concern (LC; Berisiko Rendah),
- Data Deficient (DD; Informasi Kurang), danÂ
- Not Evaluated (NE; Belum dievaluasi)
Di Indonesia, ada beberapa flora dan fauna yang keberadaannya kian mengkhawatirkan seperti Orang Utan, Badak Bercula Satu, Burung Cendrawasih, Anoa, Anggrek Hitam, Kantong Semar, Bunga Bangkai, Elang Jawa dan masih banyak lainnya.Â
Pertanyaan sederhana, bisakah kita berkontribusi dalam melestarikan Flora dan Fauna di sekitar kita?Â
Saya jawab Sangat Bisa dan bahkan kita bisa berkontribusi meski dalam perkara hal kecil. Seperti apa?Â
# Giatkan Berkunjung Ke Kebun Binatang/Kawasan Konservasi
Hadirnya kebun binatang, kawasan konservasi atau kawasan penangkaran hewan menjadi cara untuk melindungi serta mengembangbiakan flora dan fauna yang terancam punah.Â
Saya senang ketika melihat ada rombongan anak sekolah yang sengaja menyempatkan diri berwisata ke kebun binatang atau pusat penangkaran.Â
Di satu sisi bisa memberikan edukasi kepada generasi muda tentang beragam satwa, wilayah penyebaran, kategori satwa hingga klasifikasi hewan dari sisi kelangkaan.Â
Dulu saat masih kecil dan diajak berkunjung ke kebun binatang. Saya mendapatkan banyak info penting seperti baru tahu jika Jerapah berasal dari Afrika. Saya pikir bisa ditemukan di hutan Indonesia.Â
Selain itu ternyata di Papua pun menjadi wilayah penyebaran satwa Kangguru. Padahal saya kira kangguru hanya ditemukan di Australia.Â
Ketika generasi muda paham dan sadar bahwa banyak flora dan fauna yang terancam punah di sekitar kita. Ada harapan akan menggerakkan hati mereka untuk kelak ikut juga dalam melestarikan flora dan fauna tersebut.Â
Manfaat lainnya dengan berkunjung ke kebun binatang atau penangkaran, kita ikut berkontribusi dalam merawat flora dan fauna. Kita tahu bahwa biaya operasional kebun binatang atau kawasan konservasi sangat besar.Â
Dengan kita datang berkunjung, pengelola akan mendapat pemasukan untuk menutupi biaya operasional dan pelestarian flora dan fauna yang ada.
# Haramkan Perburuan, Penangkapan dan Pembunuhan Hewan Yang Dilindungi
Beberapa tahun lalu ada kejadian dimana seorang mahasiswi memposting dirinya bersama dengan bangkai kucing hutan. Bahkan dirinya seakan menunjukan rasa bangga karena telah berhasil berburu kucing hutan yang sebenarnya masuk kategori hewan dilindungi.Â
Saya sangat menyayangkan kejadian tersebut karena keberadaan hewan akan semakin sedikit jika perburuan terus dilakukan. Hal sederhana adalah menguatkan mindset dalam diri untuk tidak berburu, menangkap apalagi membunuh hewan yang dilindungi.Â
Dulu sempat ada ular piton berukuran besar masuk ke perumahan warga. Orang yang melihat sangat takjub dan ada rasa ngeri karena melihat ular piton yang kemungkinan mampu memangsa seekor anjing.Â
Hal terpuji dilakukan oleh warga, ular tersebut ditangkap dan kemudian dilepaskan kembali di daerah yang jauh dari permukiman warga. Ada juga warga yang menemukan ular piton dan menyerahkan ke pengelola kebun binatang terdekat.Â
Cara ini lebih bijak dibandingkan menangkap kemudian dijual atau dibunuh. Menyerahkan kepada pihak yang paham tentang satwa liar seperti kebun binatang atau melepaskan kembali ke alam akan membantu mempertahankan populasi hewan di alam.Â
# Nikmati Namun Jangan Rusak Alam
Alam selalu menawarkan keindahan yang bisa membuat kita takjub dan terpana. Namun sebisa mungkin cukup nikmati namun jangan rusak alam.Â
Saat mendaki gunung, kadang secara tidak sengaja menemukan sarang burung. Kadang ada aja pendaki iseng yang bermaksud merusak atau menangkap burung yang ada di dalam sarang.Â
Saat snorkeling dan takjub dengan keindahan terumbu karang dan ikan dengan motif indah. Karena menyukai terumbu karang atau ikan tersebut justru berupaya untuk mengambil atau merusaknya.Â
Inilah mengapa cukup nikmati keindahan alam namun jangan sesekali merusaknya. Bisa jadi tindakan kecil yang kita lakukan justru mengancam keberlangsungan hidup hewan tersebut.Â
# Pelihara Satwa Dengan Baik
Bukan rahasia umum jika ada sebagian kalangan yang memiliki kemampuan untuk memiliki hewan yang dilindungi. Tentu dengan memiliki perijinan khusus dari lembaga terkait.Â
Saya sempat menonton ada public figure yang memelihara elang jawa, burung kakak tua jambul putih atau kucing hutan. Orang kaya di Uni Emirat Arab bahkan menjadikan hewan liar seperti singa dan harimau sebagai peliharaan dan meningkatkan status sosial mereka.Â
Jika kita memiliki kewenangan tersebut, tetap rawat dengan baik satwa tersebut. Bahkan jika bisa seperti anggota keluarga sendiri.Â
Bila jiwa ini sudah dimiliki, selain merawat hewan tersebut sebagai hewan peliharaan tentu akan muncul niat untuk mengembangbiakan hewan agar populasi kian meningkat.Â
# Melaporkan Tindakan Ilegal
Jika kita mengetahui adanya aktivitas ilegal yang mengancam populasi hewan dilindungi misalkan perburuan, jual beli satwa dilindungi, penelantaran hewan atau memelihara hewan dilindungi tanpa ijin. Kita bisa berkontribusi dengan melaporkan hal tersebut ke polisi hutan, lembaga konservasi atau aktivis lingkungan.Â
Melalui cara ini kita berkontribusi memberikan efek jera bagi si pelaku, menyelamatkan si hewan bahkan memutus mata rantai transaksi ilegal.Â
Contoh seperti yang terjadi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah yang berhasil menangkap warga yang terlibat dalam jual beli anakan elang bondol. Kasus ini berhasil ditangani oleh aparat melalui laporan masyarakat sekitar (Berita selengkapnya Klik Disini).Â
Seandainya banyak masyarakat yang kian peduli dan aktif menginformasikan tindakan yang mengancam keberadaan hewan dilindungi maka kita akan bisa jadi pahlawan dalam pelestarian hewan di sekitar kita.Â
***
Indonesia butuh generasi muda yang peduli terhadap kelestarian hewan khususnya yang populasinya kian mengkhawatirkan. Berkaca pada punahnya beberapa hewan di dunia seperti Harimau Jawa, Burung Dodo, atau Harimau Tazmania membuat kita hanya bisa mengenang keberadaan hewan ini melalui fosil.Â
Tentu kita tidak ingin ada hewan khususnya yang berasal dari Indonesia punah. Cara-cara di atas menjadi kontribusi sederhana yang bisa kita lakukan untuk pelestarian hewan langka. Harapannya kelak kian muncul generasi muda yang kian peduli terhadap alam khususnya pelestarian biodiversity di Indonesia.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--