Kita patut bangga bahwa Risnawati Utami menjadi jalan bahwa wanita Indonesia yang memiliki keterbatasan fisik/disabilitas pun mampu memiliki karir cemerlang di luar negeri.Â
Beliau mampu menjadi anggota komite Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa Bangsa atau HAM PBB dalam lembaga Convention for Rights of People with Disability (CRPD).Â
Ini cerminan bahwa dengan dukungan pemerintah serta pemangku kebijakan lainnya. Kita bisa meyakinkan pada dunia internasional bahwa Indonesia peduli terhadap peningkatan daya saing SDM untuk setara dengan masyarakat di negara maju khususnya anggota G20.Â
Apa Keuntungan Jika Indonesia Berhasil Mewujudkan Ekonomi Inklusif Jangka Panjang Melalui G20?Â
Ada banyak harapan yang muncul ketika Indonesia menjadi Presidensi G20 tahun ini. Harapan rekan saya yang bisa memperkuat bisnisnya dan menambah jaringan khususnya ke negara anggota G20 agar bisnisnya bisa mendapatkan tamu wisatawan asing.Â
Ada mimpi pelaku UMKM yang berharap Pak Jokowi bisa membuat kerjasama perdagangan agar produk UMKM bisa dipasarkan dan diterima secara global. Selain itu ada harapan lain dari masyarakat yang bisa berkesempatan memiliki karir di negara maju seperti Risnawati Utami.Â
Secara ekonomi, jika ekonomi inklusif bisa terjadi akan membuat ekonomi Indonesia kian kuat. Semakin banyak pelaku UMKM tanah air yang mampu menembus pasar global maka akan memberikan masukan devisa bagi negara.Â
Data laporan Badan Koordinasi Penanaman Modal ternyata UMKM berkontribusi pada Produk Domestik Druto (PDB) sebesar 61,7 persen (Sumber Klik Disini).
Jika Pak Jokowi mampu menjadikan pertemuan G20 untuk memperkuat UMKM, kontribusi terhadap PDB bisa naik secara drastis. Apalagi anggota G20 merupakan negara maju sehingga jika ada produk lokal mampu bersaing secara global akan menguatkan citra daya saing Indonesia.Â
Kasus saat Indonesia dihantam krisis moneter 1998, justru UMKM menjadi sektor yang mampu bertahan di tengah kondisi yang memprihatinkan tersebut. Sehingga semakin menguatkan bahwa pelaku UMKM Indonesia sudah memiliki mental kuat dalam bisnis.Â
Disisi lain seandainya SDM di masyarakat kita merata dan mampu bersaing secara global. Kita bisa mengubah stigma yang selama ini muncul dimana Tenaga Kerja Indonesia (TKI) hanya mendominasi di sektor kasar.Â