Familiarkah Sobat Kompasiana dengan sosok Zarina Zainuddin?
Bagi yang kurang familiar, Zarina Zainuddin merupakan aktris Malaysia yang memiliki 2 anak berkebutuhan khusus dari 4 anak yang dimiliki.Â
Muhammad Raizal Azrai Abu Raihan (Azal) dan Muhammad Razil Azrai Abu Raihan (Azil) merupakan saudara kembar sekaligus 2 anak tertua Zarina yang mengidap autisme.Â
Saya ingat video di atas lah yang membuat saya menjadi tahu tentang sosok Zarina Zainuddin dan bagaimana perjuangan dirinya dalam membesarkan buah hati yang tergolong istimewa ini.Â
Saya bahkan mengikuti video di kanal Youtube Azil_Azal Nobody Perfect yang mengulas tentang keseharian keluarga Zarina.
Ternyata menjadi orang tua dari anak berkebutuhan khusus (selanjutnya saya sebut anak istimewa) sangatlah luar biasa. Saya merasakan kesedihan ketika melihat video saat anaknya diluar kendali.
2 anak istimewa dari Zarina seringkali bertindak melukai dirinya sendiri seperti memukul anggota tubuh (kepala atau badan) atau bahkan bisa melukai orang sekitar termasuk orang tuanya.Â
Sebuah video dimana Zarina sebagai ibu tidak kuasa menangis namun berusaha tegar ketika anak bertindak diluar kendali. Saya mengakui Zarina adalah sosok ibu super dan bisa jadi teladan bagi orang tua lainnya yang memiliki kasus serupa.Â
Belajar dari keseharian Zarina yang sering dibagikan dalam video kesehariannya. Saya belajar tentang pola asuh khusus yang bisa jadi contoh bagi kita semua saat menghadapi anak istimewa.Â
Pertama : Jangan Patahkan Mimpi Anak Istimewa
Setiap anak pasti memiliki mimpinya sendiri seperti berkarir, bersekolah, hobi, pasangan, hingga kehidupan setelah dewasa kelak. Mimpi yang juga dimiliki oleh anak istimewa.Â
Sayang ada orang tua yang sudah patah harapan terhadap mimpi anak istimewa. Banyak kisah dimana anak istimewa diminta "sadar diri" dan jangan bermimpi terlalu tinggi.Â
Orang tua merasa percuma membangun asa anak istimewa karena ujung-ujungnya khawatir mereka kecewa atau terbatasnya ruang gerak bagi anak istimewa.Â
Ini pernah terjadi pada junior saya di kampus. Ia seorang disabilitas dan curhat pada saya bahwa mimpinya tidak didukung oleh orang tua.Â
Sebagai seorang wanita dengan disabilitas, orang tuanya berharap si anak setelah lulus SMA agar langsung menikah saja. Padahal si anak memiliki mimpi ingin merasakan dunia perkuliahan dan mengejar karir yang dimimpikan.Â
Sayang orang tua tidak mendukung hingga junior saya membuktikan bahwa ia bisa mewujudkan mimpinya melalui beasiswa yang disiapkan pemerintah.Â
Kini melalui sosial medianya, ia sudah lulus dan bisa bekerja di sektor swasta. Pembuktian terhadap orang tua dan orang sekitar yang sempat mengecilkan mimpinya.Â
Fiersha, jebolan ajang pencarian bakat Mamamia pertama. Meski terlahir dengan kekurangan fisik. Ibunya tetap menjadi menjadi pendorong bagi anaknya untuk mewujudkan mimpi sebagai penyanyi.Â
Terbukti di ajang tersebut, ia tidak hanya berhasil merebut perhatian masyarakat karena bakatnya juga bisa meraih juara ketiga di ajang tersebut.Â
Tempatkan Diri Sebagai Pemimpin Yang Bijak
Melihat beberapa video Zarina yang sangat tegar, kuat dan mengayomi terhadap 2 anak istimewanya menjadi tanda bahwa orang tua harus bisa jadi pemimpin bijak.Â
Pemimpin bijak artinya menempatkan dirinya untuk mengarahkan anak agar lebih baik, mau mendengarkan keluh kesah anak, mengambil keputusan/tindakan yang mengacu pada kebaikan anak serta ikut mengembangkan potensi anak.Â
Contoh ketika anak bertindak diluar kendali, orang tua tidak langsung menjadi panik atau memarahi si anak. Orang tua bisa membiarkan dulu si anak bertindak sesuai keinginannya selagi masih dalam pengawasan dan tidak membahayakan jiwa dirinya atau orang lain.Â
Perlahan orang tua baru mengambil peran seperti menanyakan bagaimana perasaan si anak setelah melakukan hal yang dilakukan? Menanyakan apakah ada yang terluka karena tindakannya serta menjadi sahabat yang siap mendengar keluh kesah anak.Â
Tidak mudah menjadi orang tua yang bijak. Ini karena banyak yang memilih jalan instan seperti memberikan obat penenang, mengurung si anak, merantai hingga memarahi si anak.Â
Jika kita mau menjadi orang tua dengan karakter pemimpin bijak. Niscaya anak istimewa merasa tetap dicintai, menjadi sadar akan tindakannya dan anak bisa lebih mengontrol diri.Â
Persiapkan Secara Matang Kesiapan Masa Depan Anak
Kesalahan yang kerap terjadi pada orang tua dengan anak istimewa adalah mereka memang berusaha semaksimal mungkin merawat buah hati namun lalai dalam mempersiapkan masa depan si anak.Â
Hal kekhawatiran utama yang harus dipahami adalah usia seseorang tidak ada yang tahu, hanya rahasia Sang Pencipta. Orang tua seharusnya tidak hanya fokus dalam merawat anak istimewa namun tetap mempersiapkan masa depan mereka.Â
Seandainya kelak orang tua meninggal lebih dahulu, orang tua harus memastikan anaknya akan tetap bisa hidup layak dan tanpa ada ancaman.Â
Belajar dari Zarina dimana dirinya sudah mempersiapkan masa depan 2 anak istimewanya. Dimana ia mengajarkan si anak tentang dunia bisnis.Â
Tidak hanya itu, ia juga sudah berpesan pada anaknya yang terlahir normal (anak ketiga dan keempat) agar kelak jika ia berpulang lebih dulu. Mereka bisa tetap merawat kedua kakaknya ini.Â
Disini saya sadar bahwa orang tua harus mempersiapkan masa depan dengan dengan matang mulai memberikan pendidikan yang tinggi, memberikan keterampilan khusus, pengalaman, tabungan masa depan dan sebagainya.Â
Anak istimewa harus dididik bukan jadi anak manja namun menjadi anak mandiri. Agar kelak mereka bisa tetap bertahan meskipun sudah tidak orang tua disampingnya.Â
Jangan Malu Memiliki Anak Istimewa
Ada kasus di sekitar saya dimana orang tua merasa malu memiliki anak khusus. Mereka sebisa mungkin tidak mengizinkan anak melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar.Â
Bahkan ada yang memilih menitipkan anak istimewa ke panti asuhan atau LSM anak karena malu dan menganggap anak istimewa sebagai aib keluarga.Â
Saya membayangkan perasaan si anak istimewa yang mendapatkan perlakuan ini. Pasti ada rasa kecewa, marah, benci dan sedih karena orang tua seakan malu akan kehadirannya.Â
Kisah Zarina yang justru memperkenalkan 2 anak istimewanya kepada orang sekitar menandakan bahwa dirinya adalah sosok luar biasa.Â
Bahkan yang membuat saya salut, dengan kisah hidupnya ia berharap bisa memberikan inspirasi bagi orang tua lain agar bisa memperlakukan anak dengan baik dan manusiawi.Â
Apapun kondisi anak, mereka memiliki hak diperlakukan dengan baik serta berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ketika kita bisa memperlakukan anak istimewa layaknya anak normal, bisa jadi ini akan membuka pandangan orang terhadap anak istimewa.Â
***
Memiliki anak istimewa memang bukan perkara mudah bagi orang tua. Di dalam hati akan tetap ada rasa berkecamuk seperti sedih maupun bingung harus menerapkan pola asuh seperti apa.Â
Tidaklah salah jika saya menilai orang tua dengan anak istimewa adalah orang tua super. Mereka bisa menjaga, merawat dan menyiapkan masa depan anak istimewa dengan baik. Belum tentu kita bisa seperti mereka.Â
Kisah hidup Zarina bisa jadi inspirasi bagaimana menjadi orang tua super. Harapannya melalui kisah hidup beliau akan memberikan pencerahan bahwa menjadi orang tua super bagi anak istimewa bukanlah mustahil.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H