Entah kenapa tiba-tiba ada kerinduan mendengarkan beberapa lagu favorit di radio yang terpasang di mobil. Lagu yang dulu dibawakan oleh kelompok band yang sempat menghiasi panggung showbiz tanah air.Â
Sebut saya Samsons, Letto, Kangen Band, Sheila on7, Gigi, Dewa 19, Naif, Peterpan, Armada, Jikustik dan masih banyak lainnya. Saya ingat betul dimasa tahun 2000an menjadi masa emas musik band di Indonesia.Â
Satu per satu band baru bermunculan dengan aliran genre musik masing-masing. Uniknya lagu yang tercipta di tahun 2000-an justru liriknya masih ku ingat hingga saat ini.Â
Contoh ketika ada lagu Sandaran Hati oleh Letto (rilis tahun 2005) atau Kenangan Terindah yang dibawakan oleh Samsons (rilis tahun 2006) masih ku ingat liriknya. Padahal lagu tersebut sudah dibawakan diatas 15 tahun lalu tapi memori masih tersimpan kuat di otak saya.Â
Dulu saya bahkan rela mengumpulkan uang untuk membeli kaset/CD dari band favorit atau bahkan request khusus di siaran radio. Ketika mendengar lagu favorit, entah kenapa suasana hati yang lagi kesal, kurang bergairah atau malas menjadi semangat kembali.Â
Bahkan dulu teman saya selalu sedih dan menangis jika mendengar lagu Manusia Bodoh dari Ada Band. Ini karena liriknya begitu mewakili perasaan hatinya yang tersakiti oleh urusan cinta.Â
Sayang seiring waktu, kejayaan grup band mulai memudar. Jika dulu grup band banyak wara-wiri di stasiun TV atau acara musik kini nyaris berkurang drastis. Tidak sedikit yang memilih bubar atau berganti personil.Â
Dalam hati saya, bisakah grup band tanah air mengulang kembali masa kejayaannya?Â
Sejujurnya ada beberapa tantangan yang kini tengah dihadapi oleh grup band untuk memiliki karier bersinar dan eksis di panggung musik tanah air. Tantangan yang hadir justru menjadi penghambat dan justru mematikan grup band. Apa saja hal itu?Â
1. Penyamaan Misi Personil
Dulu band yang bermunculan berusia muda di mana umumnya personil antara usia 17-30 tahun. Daya pesona ini membuat mereka mudah diterima di kalangan generasi muda bahkan lirik yang dihasilkan dianggap mewakili kondisi pendengarnya yang juga para kawula muda.
Saat tahun 2000-an, personil band hadir dengan misi yang sama yaitu menjadi band tenar, menghasilkan uang banyak, dan bermimpi memiliki fans besar. Mereka bahkan rela wara-wiri dari berbagai stasiun TV dan panggung musik.Â
Seiring waktu, misi yang semula sama kini mulai memudar. Ada yang kemudian menikah dan memiliki misi untuk memprioritaskan keluarga, ada yang ingin hijrah, ada yang ingin bersolo karir, atau merasa jenuh.Â
Sejauh ini memang banyak yang menerapkan penggantian personil jika dirasa ada anggota yang telah memiliki beda misi. Namun tentu ada sosok yang telah menjadi citra dari band atau justru sosok kunci yang akhirnya memilih mundur dari band.Â
Ini akan memberikan dampak besar dimana fans mulai merasa kehilangan, membandingn personil baru dengan lama atau bahkan beralih.Â
Contoh Andika Mahesa dari Kangen Band, Bambang Reguna Bukit (Bams) dari Samsons, Anji dari Drive hanyalah segelintir sosok vokalis yang sudah melekat di band masing-masing namun memilih mundur.Â
Alhasil pamor band mereka ikut meredup atau bahkan bubar karena kehilangan sosok kunci yang menjadi pemikat bagi penggemar.Â
2. Pembajakan Karya
Sumber penghasilan grup band tidak hanya bersumber dari hasil panggung namun juga dari penjualan karya melalui kaset/CD/ringback tone.Â
Sayang sumber penghasilan ini hancur akibat maraknya aksi pembajakan karya. Banyak karya mereka yang dijual dalam versi bajakan atau download gratis di beberapa situs website.Â
Contoh sederhana: jika dulu harga kaset asli berkisar harga 25 ribu dan CD asli di harga 50 ribu. Kini penggemar bisa membeli versi bajakan di harga 5-10 ribu rupiah.Â
Kondisi ini tentu akan menguntungkan dari si penjual kaset/CD bajakan namun tidak memberikan pemasukan bagi rumah produksi, pencipta lagu dan grup band tersebut.Â
Ironisnya kini lagu terbaru sudah tersedia di berbagai situs website dan kita bisa unduh nyaris tanpa ada biaya. Tentu dari sisi penggemar akan diuntungkan karena bisa mendengar lagu favorit tanpa banyak biaya namun disisi lain ada grup band yang gigit jari karena gagal mendapatkan royalti tambahan.Â
3. Kehadiran Remake Lagu
Di sosial media khususnya Youtube sudah banyak bermunculan sosok yang menciptakan konten remake lagu populer. Kualitas suara mereka bahkan bisa mengimbangi atau bahkan lebih merdu dari vokalis band aslinya.Â
Saya sering melihat beberapa sosok remake lagu yang karyanya bisa ditonton jutaan bahkan puluhan juta viewers. Ada yang kini bahkan memiliki penggemar tersendiri karena aktivitas remake lagu tersebut.Â
Dampaknya, persaingan di industri kian ketat. Jika dulu grup band bersaing dengan grup band lain atau penyanyi solo kini harus bersaing ketat dengan sosok remaker.Â
Sudah bisa ditebak, kini banyak pihak lebih suka mengundang sosok remaker karena dari sisi biaya untuk mengundang murah, bisa membawakan banyak lagu serta memiliki penggemar tersendiri.Â
4. Berkurangnya Acara Musik
Saya ingat jaman masih SMA hingga kuliah banyak sekali ada acara musik sebagai wadah para grup band menunjukan eksistensi diri seperti Pesta Indosiar, Gebyar BCA, MTV, 100% Ampuh, Inbox SCTV, Klik, Dahsyat atau Breakout.Â
Sayang acara program musik ini mulai menghilang yang tentu saja berdampak pada eksistensi Grup Band. Semakin sedikit program musik membuat mereka mulai jarang bisa eksis di TV. Akhirnya grup band harus bisa berjuang untuk tampil secara Offair.Â
***
Di era 2000-an grup band hadir memeriahkan pentas musik di Indonesia. Lagu-lagu yang dihasilkan mampu menciptakan kenangan dan rasa euforia tersendiri.Â
Kini ketika mulai banyaknya tantangan yang muncul seperti kasus pembajakan karya, berkurangnya acara musik hingga bermunculan sosok remake lagu membuat popularitas grup band menurun drastis.Â
Wajar rasanya saya akhirnya rindu dan berharap kelak akan bermunculan lagi grup band yang menghiasi permusikan di tanah air.
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H