Bagi generasi 90-an pasti memiliki banyak kenangan indah tentang permainan tradisional seperti gobag sodor, petak umpet, lompat tali, enggrang, engklek hingga main bentengan.Â
Kenangan dimana bermain dengan teman sebaya hingga lupa waktu. Bahkan sering ibu saya sampai memarahi bahkan akan menjewer kuping karena terlalu asik sampai malam.
Tidak hanya itu, orang tua pun hingga menakuti-nakuti dengan mitos jika bermain hingga maghrib nanti bisa disembunyikan kolong wewe, semacam bangsa jin yang dipercaya suka menyembunyikan anak kecil.Â
Tentu sebagai anak kecil saat itu, mendapatkan cerita seperti itu menjadi takut dan memilih tidak bermain hingga malam hari.Â
Sayang kini ditengah perkembangan teknologi, saya mulai jarang melihat anak kecil memainkan permainan tradisional. Mereka lebih suka bermain game console hingga permainan di gadget.Â
Ketika saya iseng bertanya kepada keponakan apakah dirinya pernah bermain bentengan atau lompat tali karet dengan teman sebaya. Keponakan saya menjawab tidak bahwa kurang tahu cara memainkannya.Â
Namun ketika bertanya permainan jaman kini seperti PUBG atau Mobile Legend. Keponakan hingga sepupu yang masih sekolah langsung menjawab mereka suka dan menguasai permainan ini.Â
Sebuah ironi padahal ada banyak manfaat permainan tradisional dibandingkan permainan masa kini. Apa saja itu?Â
Menjalin Pertemanan Dengan Lingkungan Sekitar
Saya ingat saat kecil, keluarga saya baru pindah rumah. Tentu saya kembali tidak memiliki teman di lingkungan baru.Â
Namun cara termudah adalah saya sering gabung jika ada teman sebaya tengah memainkan permainan tradisional seperti engklek atau gobag sodor.Â
Ternyata hanya baru ketemu dan bermain sekali, saya sudah mengenal teman sebaya di komplek tempat tinggal. Pertemanan dari kegiatan sederhana ini bahkan terasa awet hingga saling mengenal keluarga dari teman-teman sebaya.Â
Permainan Tradisional Lebih Hemat Biaya
Jaman sekarang saya sering melihat anak kecil merengek pada orang tuanya untuk meminta uang untuk membeli paketan internet. Bahkan paket internet 10 Gb dirasa masih kurang.Â
Selain itu ketika si anak mengunduh permainan dengan memori besar sehingga memori RAM Handphone cepat penuh. Si anak juga merengek meminta dibelikan gawai baru dengan memori dan spesifikasi yang lebih bagus.Â
Artinya orang tua harus menyiapkan dana khusus untuk memfasilitasi keinginan anak. Banyak orang tua yang rela berlangganan layanan internet bulanan hanya untuk memfasilitasi anak agar bisa bermain atau digunakan untuk kegiatan lainnya.Â
Biaya bisa diatas ratusan ribu dalam sebulan. Biaya ini semakin membengkak jika memiliki banyak anak yang gemar bermain game masa kini. Sering juga si anak meminta uang untuk membeli pelengkap permainan seperti senjata, koin, atribut dan sebagainya yang harganya mahal.Â
Bandingkan dengan permainan tradisional seperti gobag sodor, engklek atau petak umpet. Nyaris kita tidak perlu mengeluarkan uang untuk bermain.Â
Memanfaatkan alat seadanya seperti kapur atau batu untuk menggores petakan engklek, wilayah gobag sodor atau menggunakan pohon untuk sandaran saat menghitung permainan petak umpet.Â
Seandainya membeli alat permainan seperti bola bekel, karet untuk lompat tali atau kertas monopoli. Media atau alat ini bisa digunakan untuk jangka panjang. Biaya jauh lebih hemat dibandingkan permainan masa kini.Â
Tata Krama Bisa Dijaga
Jujur saya merasa terganggu dan risih ketika melihat anak-anak kecil bermain dengan gadget masing-masing. Karena terbawa suasana, anak-anak ini sering berteriak, mengeluarkan kata umpatan hingga kata kasar saat bermain game online.
Hal lucu ketika dulu masih sering menggunakan jasa Warnet saat kuliah. Ketika muncul segerombolan anak kecil yang ingin bermain game online. Saya harus bisa bersabar dan mengontrol diri karena suasana yang semula tenang menjadi ribut dan ricuh karena kelakuan anak-anak ini.Â
Orang dewasa sering akhirnya menegur jika ada anak remaja yang mengeluarkan umpatan, kata kasar hingga berteriak saat bermain game online. Bagi orang dewasa, sikap anak yang seperti ini dianggap tidak sopan.Â
Permainan Tradisional Membentuk Karakter Ekstrovert
Permainan tradisional umumnya akan melibatkan banyak personal sehingga kita akan mudah berinteraksi dengan banyak orang. Saling menyapa, berinteraksi serta berdiskusi menciptakan strategi menang di permainan.Â
Berdasarkan pengalaman saya, permainan tradisional yang sering dimainkan dengan teman sebaya bisa memperluas jaringan pertemanan dari semula teman 1 komplek menjadi lintas kompleks, dari teman 1 sekolah menjadi teman antar sekolah. Ini karena banyak teman baru yang ikut bergabung.Â
Bandingkan dengan game online yang berkembang saat ini. Lingkungan anak sangat terbatas. Bahkan tidak jarang anak lebih nyaman bermain seorang diri di kamar.Â
Seandainya melibatkan teman, umumnya hanya teman eksklusif seperti teman akrab atau saudara di keluarga. Seiring waktu ini membuat anak menjadi introvert dan susah bergaul.Â
Coba saja ditanyakan kepada anak kecil disekitar kita. Apakah mereka mengenal anak tetangga yang seusianya yang tinggal di lingkungan mereka? Jika jawaban tidak mengenal atau hanya mengenal beberapa. Ini tanda bahwa anak kurang bergaul dan lingkungan permainan terbatas.Â
Game Online Resiko Menciptakan Masalah Sosial dan Kesehatan
Keponakan saya yang masih usia sekolah kini hampir semuanya memiliki masalah penglihatan. Keponakan sudah menggunakan kacamata karena matanya menjadi rabun akibat terlalu lama menatap layar handphone.Â
Pada kasus khusus, anak yang kecanduan game online bahkan merasakan depresi dan kecemasan berlebihan jika dirinya tidak memegang handphone.Â
Video di atas hanyalah sedikit kasus dimana anak mengalami gangguan kesehatan akibat kecanduan bermain game online. Si anak bahkan hingga mengalami gangguan saraf yang tentu saja membutuhkan terapi khusus dalam jangka panjang untuk mengobatinya.Â
Selain itu muncul masalah lain dimana mulai muncul kasus anak mencuri uang orang tua atau orang disekitarnya. Uang tersebut digunakan untuk melakukan top up game online.Â
Ini terjadi pada anak SMP di Kalimantan Timur dimana pihak keluarga merasa cemas si anak suka mencuri uang untuk game online. Bahkan nominal yang dicuri hingga ratusan hingga jutaan (Berita selengkapnya klik disini).Â
Masalah anak lupa waktu hingga menjadi pemalas karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game online juga menjadi masalah lainnya.Â
Dulu saat saya masih kecil dan suka bermain permainan tradisional. Kasus ini jarang terjadi. Ini karena biaya permainan murah dan ada batasan waktu dimana hanya bermain selepas pulang sekolah hingga sore hari. Ketika malam bisa tetap digunakan untuk belajar, mengerjakan PR, atau membantu orang tua.Â
***
Permainan tradisional di era 90-an selain memberikan kesan menyenangkan namun juga memiliki banyak manfaat positif dibandingkan permainan jaman sekarang.Â
Anak bisa lebih berbaur dengan teman sebaya, biaya permainan murah serta anak masih bisa melakukan manajemen waktu dengan baik.Â
Sayang kini permainan era 90-an mulai ditinggalkan dan dianggap kuno oleh anak jaman sekarang. Kita selaku orang dewasa harus bisa menerima kondisi ini meski dalam hati bisa khawatir terhadap perkembangan anak yang berbeda dengan yang orang dewasa saat mereka masih kecil.Â
Ayo siapa dari Sobat Kompasiana yang merindukan permainan masa kecil? Permainan apa nih yang paling disuka dan memberikan kesan mendalam?Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H