Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ilmu Merantau yang Tidak Diajarkan di Bangku Sekolah

25 Juni 2022   11:22 Diperbarui: 2 Juli 2022   07:54 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu saat awal merantau dari Bali ke Malang untuk urusan kuliah. Sempat muncul rasa was-was karena otomatis akan jauh dari keluarga dan merantau sendirian di daerah orang lain yang belum kita kenal. 

Rasa was-was ini wajar karena saat itu masih minim informasi dan perkembangan sosial media belum secanggih saat ini. Apalagi ilmu tentang seluk beluk merantau nyaris tidak pernah diajarkan di bangku sekolah. 

Artinya saya harus menerapkan learning by doing atau istilah populer ala bisa karena biasa serta let it flow atau biarkan mengalir saja.

Belajar dari pengalaman saat awal kuliah serta merintis karir di daerah baru. Saya tertarik untuk berbagi ilmu merantau kepada para generasi muda atau pembaca yang mungkin merasakan was-was karena baru pertama kali merantau. 

Berikut ilmu merantau yang mungkin tidak diajarkan saat di bangku sekolah namun penting untuk diterapkan agar bisa bertahan dan mampu beradaptasi di tanah rantau. Apa saja itu?

1. Dekati Masyarakat Lokal dan Cari Tahu Adat dan Tradisi Setempat

Setiap daerah memiliki adat dan tradisi yang berbeda. Untuk itu langkah pertama ketika sudah sampai di tanah rantau adalah mendekati warga lokal dan mencari tahu adat dan tradisi yang berlaku di daerah tersebut. Ini penting agar kehadiran kita bisa diterima di lingkungan baru serta kita bisa mudah beradaptasi di situasi yang terasa asing.

Contoh ada warga pendatang yang merantau ke Bali. Ternyata ada beberapa hal yang harus ia pahami khususnya terkait adat dan tradisi di daerah tempat tinggalnya. 

Seperti ada kewajiban untuk melaporkan diri sebagai pendatang ke kelian adat/desa, membayar uang iuran bulanan dan sebagainya.

Tidak hanya itu, bisa jadi kita mengetahui tradisi atau pantangan khusus yang tidak boleh dilanggar khususnya para pendatang seperti dilarang bepergian saat Nyepi, wanita dilarang memasuki area suci jika tengah Haid, dilarang mengambil barang sesajen secara sembarangan dan masih banyak lagi.

Sebaiknya kita jangan terlalu cuek dan merasa istimewa ketika datang ke daerah baru. Sesuai nasehat orang tua, sebagai tamu kita harus tahu tata krama dan jangan sampai karena sikap kita yang kurang berkenan membuat tuan rumah menjadi kecewa dan marah pada tamunya.

Jika ini terjadi sudah dipastikan akan ada rasa ketidaknyamanan saat kita merantau di tanah orang. Seakan kita merasa tidak disambut dan diterima di daerah tersebut padahal sikap ini terjadi karena kita tidak mau berinteraksi dengan masyarakat lokal dan terkesan cuek dengan ada dan tradisi setempat.

2. Kenali Lingkungan Tempat Tinggal

Tugas berikutnya kenali lingkungan tempat tinggal seperti tetangga kiri dan kanan hingga ketua RT/RW. Tujuannya seadanya kita menemukan kendala atau butuh sesuatu, ada orang lain yang bisa kita minta tolong atau membantu kita disaat kesusahan seperti pengurusan berkas, mengalami musibah, meminta bantuan menjaga rumah ketika mudik dan lainnya.

Selain itu dengan mengenali lingkungan tempat tinggal, kita bisa menemukan fasilitas serta hal pendukung selama di tanah rantau seperti tempat warung makan yang sesuai selera serta terjangkau, mengetahui lokasi fotocopy, klinik terdekat jika sakit, jasa ekspedisi jika ingin mengirim dokumen atau minimarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Kesalahan awal para perantau yaitu mereka kurang mengenal lingkungan tempat tinggal dengan baik. Seringkali pengeluaran membengkak karena membeli makanan di warung yang mahal, membeli kebutuhan hidup di minimarket yang jarang memberikan promo, atau ingin berobat ketika sakit harus ke rumah sakit yang jaraknya jauh padahal di dekat tempat tinggal ada puskesmas yang menerima fasilitas BPJS.

Sebaiknya di 1 bulan pertama tinggal, kita harus rajin berkeliling daerah tempat tinggal. Selain mengetahui detail lokasi juga untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin tentang sarana dan prasarana pendukung selama kita merantau. 

Tidak jarang ketika sudah menemukan semacam warung makan yang murah, lokasi belanja yang banyak menyediakan promo justru membuat pengeluaran bisa ditekan secara maksimal.

3. Pelajari Bahasa Daerah Setempat Untuk Komunikasi

Ketika kita merantau jauh dengan masyarakat yang terbiasa berkomunikasi dengan bahasa daerah yang berbeda. Langkah bijak adalah kita mau belajar bahasa daerah yang digunakan masyarakat setempat.

Seorang Pria Yang Berkomunikasi Dengan Warga Lokal | Sumber Panorama Magazine
Seorang Pria Yang Berkomunikasi Dengan Warga Lokal | Sumber Panorama Magazine

Ini juga ketika saya merantau ke Malang. Saya belajar bahasa Jawa serta bahasa Walikan yang menjadi bahasa gaul anak muda disana. Saya cukup belajar kepada teman kuliah yang memang asli Malang. 

Perlahan saya mulai paham dan sedikit demi sedikit bisa juga menggunakan bahasa Jawa maupun bahasa Walikan.

Ada beberapa manfaat ketika kita menguasai bahasa daerah setempat seperti kita bisa semakin mudah mengakrabkan diri dengan warga lokal. Mendapatkan perlakuan khusus seperti proses tawar menawar saat berbelanja dimana sering diberikan harga spesial jika kita berkomunikasi dengan bahasa setempat dan sebagainya.

4. Perkuat Manajemen Keuangan Dan Kemandirian Diri

Ketika kita merantau untuk tujuan pendidikan, karir atau sekedar mencari ketenangan diri. Tidak jarang disaat kondisi finansial masih pas-pasan maka kita dituntut untuk bisa memperkuat manajemen keuangan dan kemandirian diri.

Contoh sederhana kita belajar untuk bisa memasak makanan sendiri atau iuran dengan teman kos untuk masak bersama dibandingkan membeli lauk matang atau makan di rumah makan. Ini karena memasak sendiri akan jauh lebih hemat serta lebih higienis.

Memasak Bersama Untuk Menghemat Pengeluaran | Sumber Hipwee
Memasak Bersama Untuk Menghemat Pengeluaran | Sumber Hipwee

Ketika awal merantau, lebih memilih tidur beralaskan tikar atau kasur tipis dibandingkan membeli springbed karena uang bisa dialihkan untuk kebutuhan lain atau ditabung. 

Saya ingat ketika awal merantau dulu, pakaian saya taruh di kardus yang saya susun atau taruh di tas koper dibandingkan membeli lemari. Ini karena saat awal merantau, uang yang saya bawa masih pas-pasan. Jika saya paksakan untuk membeli lemari, kipas angin dan kebutuhan kamar. 

Bisa jadi membeli barang yang berlebihan membuat uang cepat habis dalam hitungan hari dan saya akan stres untuk bertahan hidup hingga mendapatkan kiriman uang atau gaji bulanan.

Ketika kita belum mampu membeli perabotan baru, tidak ada salahnya membeli barang kondisi bekas (second) selagi barang tersebut masih layak. 

Seandainya kita belum mampu membeli kendaraan untuk transportasi, kita bisa mencari tempat tinggal yang dekat dengan kantor/kampus agar bisa berjalan kaki.

Disini rasa ego harus bisa kita tekan. Bahkan ide kreatif sangat dibutuhkan selama masa rantau. Tidak jarang, kita justru lebih kreatif saat berada di tanah rantau karena faktor kepepet atau ingin berusaha berhemat sebisa mungkin. 

Teman saya bahkan sering memasak mie instan dengan rice cooker karena dirinya merasa membeli kompor dan gas dirasa akan lebih boros.

***

Ilmu merantau memang tidak diajarkan di bangku sekolah namun ilmu ini justru didapatkan berdasarkan pengalaman dan sharing dengan orang yang berpengalaman.

Jangan pernah menganggap sepele ilmu rantau karena ini akan sangat berguna ketika kita berada di lingkungan baru. Beberapa poin di atas bisa jadi pertimbangan bagi sobat Kompasiana yang dalam waktu dekat ini merantau. 

Harapannya apa yang saya tulis bisa memberikan rasa nyaman dan ketenangan saat berada jauh dari kampung halaman.

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun