Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Wajah Surabaya Kini Tanpa Gang Dolly

6 Juni 2022   15:59 Diperbarui: 6 Juni 2022   16:00 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Penolakan Penutupan Gang Dolly | Sumber kompas.com/Achmad Faisal

Pernah mendengar atau mungkin berkunjung ke Gang Dolly?

Jika saya lempar pertanyaan ini ke Acek Rudy, mungkin beliau akan tersenyum sumringah. Boleh percaya atau tidak, sampai saat ini saya belum pernah mengunjungi Gang Dolly yang sempat populer di Surabaya.

Ini karena saat dulu berkuliah di Malang, banyak orang yang membicarakan Gang Dolly karena jarak Surabaya dan Malang tidaklah jauh kurang lebih sekitar 2,5 jam dengan kendaraan motor atau bahkan bisa cepat dengan mobil via jalan tol. 

Apa yang membuat Gang Dolly begitu populer?

Gang Dolly dulunya merupakan kawasan lokalisasi yang terletak di daerah Putat Jaya, Kota Surabaya Jawa Timur. Bahkan kawasan ini dianggap sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara.

Terciptanya kawasan ini tidak terlepas dari peran warga keturunan Belanda bernama Dolly Van Der Mart. Menguntip dari beberapa sumber, Dolly Van Der Mart atau lebih akrab disapa tante Dolly ini awalnya hanya menyediakan beberapa gadis pribumi untuk melayani syahwat tentara Belanda.

Seiring waktu tidak hanya tentara Belanda saja yang menjadi pelanggan namun juga warga pribumi dari berbagai pelosok. Meningkatnya popularitas Gang Dolly membuat banyak pihak membangun wisma atau penginapan sementara serta mengikuti jejak Tante Dolly dalam menyediakan Pekerja Seks Komersial (PSK).

Kegiatan Prostitusi Gang Dolly Saat Masih Dibuka | Sumber Infonews.id
Kegiatan Prostitusi Gang Dolly Saat Masih Dibuka | Sumber Infonews.id

Uniknya PSK justru ditampilkan layaknya Maneken di Supermarket yang menjadi model pakaian atau aksesoris. Adanya Maneken yang terpajang dengan ruangan berkaca tentu membuat pengunjung menjadi tertarik untuk berkunjung atau bahkan membeli produk.

Konsep inilah yang diterapkan di pengelola Gang Dolly dimana PSK akan duduk di sebuah ruangan terbuka dan transparan dari kaca. PSK ini layaknya model akan mencoba menarik pengunjung untuk memilih dirinya.

Para lelaki hidup belang ibarat konsumen di Supermarket. Mereka bisa berlalu lalang untuk melihat model dan menentukan model mana yang menarik hati. Jika sudah menemukan, lelaki hidup belang ini tinggal masuk ke dalam ruangan dan bernegosiasi dengan si model.

Berdasarkan informasi yang saya dengar. Popularitas Gang Dolly sudah dikenal secara internasional sehingga tidak heran ada lelaki hidung belang dari domestik hingga mancanegara yang menyempatkan diri berkunjung ke lokasi ini.

Demi menarik pengunjung, para mucikari atau pengelola Gang Dolly mempekerjakan tidak hanya PSK lokal namun juga daerah lain bahkan ada PSK asing yang bekerja disana seperti dari Cina, Uzbekistan, Filipina, Malaysia dan sebagainya.

Menguntip dari Kompas.com, perputaran uang di Gang Dolly bahkan bisa mencapai 300 - 500 juta dalam semalam. Jumlah ini sungguh fantastis untuk sebuah kawasan lokalisasi. Pendapatan PSK diperkirakan bisa sekitar 10 - 13 juta per bulan (Sumber Klik Disini). 

Bukan rahasia umum jika kemudian muncul citra lain dari Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Di kalangan para lelaki hidung belang, kurang lengkap jika tidak mengunjungi Gang Doli saat berada di Surabaya.

Apa Kabar Gang Dolly Saat Ini?

Sebuah gebrakan luar biasa justru terjadi dimasa Ibu Tri Rismaharini (Bu Risma) saat menjabat sebagai Walikota Surabaya. Beliau dengan tegas melarang tindakan prostitusi di daerah Surabaya. Ketegasan ini dibuktikan dengan penutupan lokalisasi Dolly tahun 2014.

Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa Bu Risma begitu tegas menutup lokalisasi Dolly yang populer di Surabaya. 

Pertama, menjaga harkat dan derajat wanita. Tidak dipungkiri adanya kegiatan lokalisasi membuat penilaian terhadap wanita khususnya yang tinggal di daerah lokalisasi menjadi rendah. 

Tidak jarang stigma yang muncul bahwa wanita yang tinggal di Dolly adalah mereka berperan dalam kegiatan prostitusi baik sebagai PSK, mucikari, pengelola losmen, atau perantara. Stigma ini tentu merendahkan posisi wanita. 

Sisi keibuan dari Bu Risma berusaha terlihat dimana beliau ingin mengubah pandangan orang terhadap wanita khususnya yang tinggal atau berada disekitar lokalisasi. 

Kedua, mengembalikan citra Surabaya. Jika dulu ada stigma Surabaya adalah Dolly dimana mengarah pada sisi negatif. Bu Risma seakan menunjukan bahwa Surabaya adalah kota Pahlawan sekaligus kota Santri di Jawa Timur. Posisi Surabaya yang berada di antara daerah religius seperti Madura, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Malang, ataupun Lamongan yang banyak melahirkan santri dan sosok agama terkenal. 

Selain itu keberadaan makam Sunan Ampel di Surabaya semakin menegaskan bahwa Surabaya menjadi kawasan ziarah keagamaan bagi masyarakat Muslim. Adanya lokalisasi terbesar di daerah Surabaya seakan menjadi batu sandungan bagi Surabaya sebagai kota religius.

Ketiga, Pencegahan Masalah Sosial dan Kesehatan Dari Aksi Prostitusi. Kehadiran kawasan prostitusi secara tidak langsung juga akan memunculkan masalah lain seperti munculnya premanisme, kawasan kumuh, penyakit seks menular hingga tindakan kriminalisme.

Aksi Penolakan Penutupan Gang Dolly | Sumber kompas.com/Achmad Faisal
Aksi Penolakan Penutupan Gang Dolly | Sumber kompas.com/Achmad Faisal

Saya sempat menonton berita dimana ketegasan kebijakan Bu Risma sempat diwarnai dengan aksi penolakan oleh beberapa kalangan. Namun Bu Risma tentu sudah memperhitungkan secara matang bagaimana membuat usaha penutupan ini tidak berakhir dengan aksi paksaan yang berlebihan.

Bu Risma memberikan pelatihan keterampilan bagi PSK maupun pihak lain yang tergantung pada perputaran uang kegiatan lokalisasi. Harapannya dengan adanya keterampilan tambahan seperti memasak atau menjahit bisa menjadi bekal mereka untuk merubah nasib dikemudian hari.

Tidak hanya itu adanya pemberian kompensasi dari pemerintah pusat maupun provinsi hingga Rp. 5.050.000 per orang sebagai modal usaha. Kini sudah berjalan 8 tahun paska penutupan tentu ada suasana baru di wilayah bekas Gang Dolly.

Seorang rekan kerja yang kebetulan tinggal di dekat Gang Dolly mengatakan bahwa kini Gang Dolly sudah tertata rapih. Jika dulu setiap menjelang malam sudah banyak kendaraan yang parkir disekitar jalan serta banyaknya lelaki hidung belang mondar-mandir di daerah tersebut kini sudah berubah 180 derajat.

Kondisi Gang Dolly Yang Kini Tampak Indah | Sumber Detik.com
Kondisi Gang Dolly Yang Kini Tampak Indah | Sumber Detik.com

Jalannya jadi lancar dan losmen yang dulu jadi tempat prostitusi kini banyak beralih menjadi tempat tinggal atau kos-kosan. Bahkan rumah dan kondisi Gang Dolly telah diubah lebih berwarna dengan banyak rumah yang di cat warna-warni sehingga menjadi indah. 

Mayoritas PSK telah kembali ke daerah asal masing-masing atau pindah ke daerah lain. Ada kekhawatiran jika mereka memaksa tetap menjalankan bisnis haram ini akan berurusan dengan aparat hukum di Surabaya.

***

Popularitas Gang Dolly kini hanya tinggal kenangan. Keberadaan Gang Dolly yang telah ada lebih dari puluhan tahun harus rela tutup oleh tangan dingin dari Bu Risma selaku Walikota Surabaya.

Secara personal saya ikut senang dengan keberhasilan Bu Risma dalam membenahi wajah Kota Surabaya khususnya terkait permasalahan sosial dengan hadirnya lokalisasi Gang Dolly. Ini menunjukan bahwa Surabaya begitu konsentrasi terhadap peningkatan harkat dan derajat wanita, menolak aksi prostitusi serta mendukung Surabaya sebagai kota yang religius.

Kini lelaki hidung belang meratapi bahwa kejayaan Gang Dolly sebagai lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara hanya tinggal cerita. Apakah Sobat Kompasiana setuju jika Kota Surabaya menjadi lebih baik tanpa adanya prostitusi Gang Dolly?

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun