Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Wajah Surabaya Kini Tanpa Gang Dolly

6 Juni 2022   15:59 Diperbarui: 6 Juni 2022   16:00 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Penolakan Penutupan Gang Dolly | Sumber kompas.com/Achmad Faisal

Berdasarkan informasi yang saya dengar. Popularitas Gang Dolly sudah dikenal secara internasional sehingga tidak heran ada lelaki hidung belang dari domestik hingga mancanegara yang menyempatkan diri berkunjung ke lokasi ini.

Demi menarik pengunjung, para mucikari atau pengelola Gang Dolly mempekerjakan tidak hanya PSK lokal namun juga daerah lain bahkan ada PSK asing yang bekerja disana seperti dari Cina, Uzbekistan, Filipina, Malaysia dan sebagainya.

Menguntip dari Kompas.com, perputaran uang di Gang Dolly bahkan bisa mencapai 300 - 500 juta dalam semalam. Jumlah ini sungguh fantastis untuk sebuah kawasan lokalisasi. Pendapatan PSK diperkirakan bisa sekitar 10 - 13 juta per bulan (Sumber Klik Disini). 

Bukan rahasia umum jika kemudian muncul citra lain dari Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Di kalangan para lelaki hidung belang, kurang lengkap jika tidak mengunjungi Gang Doli saat berada di Surabaya.

Apa Kabar Gang Dolly Saat Ini?

Sebuah gebrakan luar biasa justru terjadi dimasa Ibu Tri Rismaharini (Bu Risma) saat menjabat sebagai Walikota Surabaya. Beliau dengan tegas melarang tindakan prostitusi di daerah Surabaya. Ketegasan ini dibuktikan dengan penutupan lokalisasi Dolly tahun 2014.

Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa Bu Risma begitu tegas menutup lokalisasi Dolly yang populer di Surabaya. 

Pertama, menjaga harkat dan derajat wanita. Tidak dipungkiri adanya kegiatan lokalisasi membuat penilaian terhadap wanita khususnya yang tinggal di daerah lokalisasi menjadi rendah. 

Tidak jarang stigma yang muncul bahwa wanita yang tinggal di Dolly adalah mereka berperan dalam kegiatan prostitusi baik sebagai PSK, mucikari, pengelola losmen, atau perantara. Stigma ini tentu merendahkan posisi wanita. 

Sisi keibuan dari Bu Risma berusaha terlihat dimana beliau ingin mengubah pandangan orang terhadap wanita khususnya yang tinggal atau berada disekitar lokalisasi. 

Kedua, mengembalikan citra Surabaya. Jika dulu ada stigma Surabaya adalah Dolly dimana mengarah pada sisi negatif. Bu Risma seakan menunjukan bahwa Surabaya adalah kota Pahlawan sekaligus kota Santri di Jawa Timur. Posisi Surabaya yang berada di antara daerah religius seperti Madura, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Malang, ataupun Lamongan yang banyak melahirkan santri dan sosok agama terkenal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun