Saat awal mendaki, ada sedikit kebingungan membedakan jalur. Ini karena banyak persimpangan yang harus dilalui.
Ternyata disinilah peran pemandu gunung dibutuhkan bagi pendaki pemula. Jalur persimpangan ini kadang membingungkan dan pasti ada rasa ketakutan tersesat di gunung.Â
Trik yang kami gunakan adalah memastikan persimpangan mana yang banyak terdapat jejak kaki. Semakin jalan banyak jejak kaki/sampah maka jalan tersebut pasti dilalui oleh pendaki.Â
Trik lainnya, kami menunggu pendaki lain yang mungkin menggunakan jasa pemandu atau sudah terbiasa ke Gunung Batur. Ini cara cerdas karena kami bisa mengekor di belakang tanpa takut tersesat.Â
Jalan ke puncak Gunung Batur yang kami lalui mayoritas adalah jalan batu, berkerikil dan berpasir. Saya membayangkan seandainya kondisi hujan, pasti jalan menjadi sangat licin dan agak berbahaya.Â
Tips bagi Pendaki. Sebaiknya gunakan sepatu/sandal gunung. Hindari menggunakan sepatu cats atau sepatu kasual berharga mahal dengan sol tapak kaki tipis atau datar. Umumnya sepatu jenis ini akan cepat rusak setelah mendaki. Selain itu alas kaki ikut menentukan keselamatan kita khususnya mendaki Gunung Batur.Â
Selain itu pastikan setiap pendaki memiliki alat penerangan masing-masing. Awalnya saya dan 2 teman saya menyepelekan hal ini dengan mengandalkan lampu senter yang saya bawa.Â
Ternyata jalan mendaki gelap, licin dan tidak bisa berada di titik sama untuk banyak orang maka kami menggunakan lampu senter dari Handphone untuk membantu penerangan.
Tapi dalam hati ada rasa khawatir karena jika tidak hati-hati bisa jadi gawai terjatuh di gunung saat terpleset. Ini yang saya sempat rasakan ketika nyaris terpeleset karena pijakan batu ternyata rapuh dan licin.Â
Tepat jam 4.35 WITA kami tiba di puncak Gunung Batur. Lebih cepat dari perkiraan kami. Melalui smartwatch yang digunakan seorang teman, saya mengetahui bahwa kami telah melalui jarak +- 2,72 km dari starting point dan melakukan sebanyak +- 4.813 langkah hingga sampai di puncak Gunung Batur.Â