Peluang artikel kita menjadi AU bisa jadi agak kecil karena harus bersaing dengan artikel sejenis yang mungkin lebih update, ulasan lebih mendalam dan informatif.
Saya justru kini lebih suka mengangkat isu ringan saja misalkan pengalaman saya menonton atraksi Tari Kecak Bali. Artikel kategori Sosial Budaya mungkin tidak sebanyak artikel kategori Ramadhan justru ada rasa percaya diri artikel saya akan dilirik oleh admin.
Ibarat Konsep Blue Ocean Vs Red Ocean. Artikel tema mudik yang ditulis oleh ratusan atau bahkan ribuan Kompasianer tentu akan ada persaingan berdarah-darah agar bisa mendapatkan slot AU.Â
Tidak mungkin rasanya seluruh slot AU diperuntukan oleh kategori ini. Kondisi persaingan inilah yang dikenal sebagai Red Ocean.
Sebaliknya tiba-tiba muncul artikel di kategori yang minim pesaing seperti Halo Lokal, Sosbud, Filsafat, Video dan beberapa kategori lainnya justru memberikan peluang untuk mendapatkan slot tersendiri di Platform Kompasiana.Â
Kompasianer inilah yang masuk kategori Blue Ocean karena persaingan tidak sekeras di Red Ocean namun memiliki peluang sama mendapatkan slot AU.
Jujur secara personal, ketika membaca komentar dari sesama Kompasianer bahwa yang AU kok itu lagi itu lagi. Sejatinya dalam hati paling dalam agar tertusuk dengan komentar tersebut.Â
Bukan bermaksud Baperan, cuma memang AU kadangkala memang menjadi motivasi dan penyemangat tersendiri menulis di Kompasiana.
Toh dalam 1 hari setidaknya lebih dari 40an artikel yang berpotensi mendapatkan slot AU. Cuma mungkin ada kekurangan tersendiri di tulisan kita yang membuat belum bisa masuk dalam slot tersebut.
Salah satunya kita mungkin lupa menempatkan diri sebagai pembaca. Ketika kita jadi pembaca pasti berharap mendapatkan artikel atau tulisan yang terstuktur, tidak banyak kesalahan kata, data yang disampaikan bisa dipertanggungjawabkan, info yang disampaikan detail hingga tulisan tidak terbelit-belit.Â
Nah, coba kita renungkan mungkinkah ada kesalahan ini dalam artikel kita?