Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

[KISAH Jari] Senangnya Ketika Artikel Dirasa Bermanfaat

6 Mei 2022   17:45 Diperbarui: 6 Mei 2022   19:40 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menulis Artikel | Sumber Kumparan.com

Sebuah notifikasi masuk ke akun Kompasiana saya. Setelah di kroscek ternyata notif pesan masuk melalui percakapan. Sempat muncul pikiran apakah artikel saya bermasalah sehingga ada pesan khusus masuk di ikon percakapan.

Pikiran muncul karena sempat ada artikel saya yang mendapatkan peringatan dari admin Kompasiana karena melanggar salah satu ketentuan serta sempat juga ada artikel yang harus melalui proses karantina karena menggunakan kata kunci atau judul sensitif untuk memastikan artikel layak dimuat.

Dugaan saya ternyata keliru, ada sebuah pesan dari seorang Kompasianer Senior. Cukup kaget karena ada pesan yang cukup menyentuh bagi saya.

Pesan Dari Seorang Kompasianer | Tangkapan Layar Pribadi
Pesan Dari Seorang Kompasianer | Tangkapan Layar Pribadi

Saya belum berani menginformasikan siapa sosok Kompasianer tersebut karena belum ijin. Jika nanti diijinkan untuk mencantumkan nama beliau, saya akan tambahkan ke artikel ini.

Perasaan menyentuh karena beliau mengatakan tulisan saya memberikan sedikit pencerahan agar artikel bisa mendapatkan label Artikel Utama (AU). 

Saya ingat sebelumnya memang saya pernah membuat artikel tentang pencapaian saya meraih 200 Headlines dimana di dalam ada sedikit tips agar tulisan dilirik admin Kompasiana menjadi AU.

Artikel : Pencapaian 200 Headlines

Saya percaya bahwa setiap Kompasianer memiliki peluang yang sama agar tulisan mendapatkan label pilihan ataupun AU. Namun bisa jadi gaya penulisan Kompasianer belum terstruktur dengan baik, kurang didukung dengan data/fakta, atau tulisan terkesan menggantung yang membuat belum mendapatkan sematan label khusus.

Dari sekian banyak kategori tulisan di platform Kompasiana, saya yakin akan ada 1-2 kategori yang begitu dikuasai serta ada kategori yang masih lemah. 

Sama seperti saya, jika menulis untuk kategori wisata, karir, atau worklife maka tidak butuh 1 jam tulisan akan bisa dihasilkan. 

Ini karena kategori ini berkaitan dengan hobi traveling serta banyaknya lika-liku di dunia kerja yang bagi saya menarik untuk diceritakan.

Namun sebaliknya jika saya disuruh menulis artikel kategori olahraga. Bisa jadi untuk menulis 1 artikel kategori ini butuh waktu berhari-hari. Bahkan tulisan saya akan terasa kaku karena memang tidak menguasai kategori ini.

Ketika saya menulis sesuatu yang sejalan dengan hobi atau pengalaman pribadi, tulisan begitu mudah tersalurkan. Ibarat setiap kata yang tertuang ibarat obrolan ringan kepada teman.

Tidak perlu berfokus bagaimana tulisan menjadi AU. Kita hanya perlu menemukan roh kepenulisan dan ciri khas tersendiri. Ada Kompasianer yang menulis dengan gaya tulisan yang detail dan runtut, ada yang diselingi humor, ada yang menceritakan kisah hidup yang ingin dibagi kepada generasi muda, atau mendayu-dayu layaknya karya sastra.

Saya pun seakan sudah menemukan gaya penulisan tersendiri. Tulisan saya lebih banyak tetap tips dan trik, penggunaan kata yang terkesan kaku atau berusaha mengikuti EYD, serta suka dengan sistem penomoran/list.

Tentu ada alasan khusus mengapa saya membentuk karakter kepenulisan seperti ini. Tulisan tips dan trik seakan ringan ditulis hanya perlu membayangkan jika ada masalah A maka apa cara terbaik menyelesaikannya.

Selain itu pengalaman saya di dunia riset membentuk gaya penulisan yang terkesan kaku dan berusaha untuk runtut.

Kembali pada topik awal, Kompasianer senior ini merasakan sudah lama tidak mendapatkan AU di Kompasiana. Artikel saya ternyata memberikan sedikit pencerahan apa topik dan bagaimana menulis artikel yang memiliki peluang AU.

Bukan maksud Jumawa, bagi Kompasianer yang langganan artikel mendapatkan AU. Saya percaya mereka sudah paham topik apa yang berpeluang menjadi AU dan bagaimana menuliskan artikel tersebut agar menarik admin.

Begitupun saya, kini ketika banyak Kompasianer menulis topik Mudik. Artikel jenis ini tentu akan membanjiri timeline Kompasiana akan memang menjadi isu hangat dan masih bisa kita rasakan. Bisa jadi ada 1.000an artikel topik ini di Kompasiana.

Peluang artikel kita menjadi AU bisa jadi agak kecil karena harus bersaing dengan artikel sejenis yang mungkin lebih update, ulasan lebih mendalam dan informatif.

Saya justru kini lebih suka mengangkat isu ringan saja misalkan pengalaman saya menonton atraksi Tari Kecak Bali. Artikel kategori Sosial Budaya mungkin tidak sebanyak artikel kategori Ramadhan justru ada rasa percaya diri artikel saya akan dilirik oleh admin.

Ibarat Konsep Blue Ocean Vs Red Ocean. Artikel tema mudik yang ditulis oleh ratusan atau bahkan ribuan Kompasianer tentu akan ada persaingan berdarah-darah agar bisa mendapatkan slot AU. 

Tidak mungkin rasanya seluruh slot AU diperuntukan oleh kategori ini. Kondisi persaingan inilah yang dikenal sebagai Red Ocean.

Sebaliknya tiba-tiba muncul artikel di kategori yang minim pesaing seperti Halo Lokal, Sosbud, Filsafat, Video dan beberapa kategori lainnya justru memberikan peluang untuk mendapatkan slot tersendiri di Platform Kompasiana. 

Kompasianer inilah yang masuk kategori Blue Ocean karena persaingan tidak sekeras di Red Ocean namun memiliki peluang sama mendapatkan slot AU.

Jujur secara personal, ketika membaca komentar dari sesama Kompasianer bahwa yang AU kok itu lagi itu lagi. Sejatinya dalam hati paling dalam agar tertusuk dengan komentar tersebut. 

Bukan bermaksud Baperan, cuma memang AU kadangkala memang menjadi motivasi dan penyemangat tersendiri menulis di Kompasiana.

Toh dalam 1 hari setidaknya lebih dari 40an artikel yang berpotensi mendapatkan slot AU. Cuma mungkin ada kekurangan tersendiri di tulisan kita yang membuat belum bisa masuk dalam slot tersebut.

Salah satunya kita mungkin lupa menempatkan diri sebagai pembaca. Ketika kita jadi pembaca pasti berharap mendapatkan artikel atau tulisan yang terstuktur, tidak banyak kesalahan kata, data yang disampaikan bisa dipertanggungjawabkan, info yang disampaikan detail hingga tulisan tidak terbelit-belit. 

Nah, coba kita renungkan mungkinkah ada kesalahan ini dalam artikel kita?

Hal lainnya coba perhatikan mungkin saat menulis mungkin pada 1 paragraf dibuat dengan kalimat yang terlalu panjang. Saya pernah mengalami hal ini di awal menulis di Kompasiana.

Ketika ada artikel saya yang diedit oleh admin Kompasiana dengan memecah paragraf yang terlalu panjang menjadi beberapa paragraf baru. Disini saya belajar bahwa tulisan panjang bisa membuat orang lelah membaca.

Sekali lagi ada rasa syukur ketika artikel saya ternyata memberikan manfaat khusus terutama Kompasianer senior. Kini saya sering melihat artikel beliau masuk di kategori AU.

Setidaknya sesuai dengan kalimat penutup yang sering saya tulis, semoga artikel saya bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Semoga Bermanfaat

--HIM--

#Jumat Diary

#Jari_03

#KISAH HIM

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun