Kemanakah selama libur lebaran 2022?
Mungkin ada yang menghabiskan momen lebaran dengan pulang kampung bertemu keluarga besar dan sanak famili, ada yang bertahan di tanah rantau serta banyak juga yang memilih menghabiskan waktu dengan pergi berlibur.
Salah satu lokasi liburan yang dipilih adalah Pulau Bali. Seorang teman saya pun melakukan hal sama. Mengingat harga tiket pesawat ke Gorontalo yang mahal, dirinya memilih menghabiskan liburan ke Bali. Saya pun menjadi guide bagi dirinya selama di Bali.
Pemikiran teman saya ini pun ternyata juga dilakukan oleh wisatawan lain. Terbukti sejak Akhir April lalu, jumlah wisatawan yang datang ke Bali mengalami peningkatan.Â
Menguntip dari berbagai portal berita, jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Bali bisa melebihi 18.000 orang per hari sejak H-1 lebaran. Selain itu jumlah penerbangan internasional ke Bali pun mengalami peningkatan hingga 148 persen pada April 2022.Â
Saya pun merasakan kenaikan jumlah wisatawan ini secara langsung. Tingkat okupansi hotel meningkat bahkan membuat saya sedikit kesusahan mendapatkan penginapan saat menemani teman berlibur di beberapa tempat wisata. Padahal sebelum libur lebaran, memesan penginapan melalui aplikasi online mudah dan gampang.
Mulai adanya kenaikan harga. Tingginya permintaan akomodasi serta meningkatnya antusias wisatawan datang ke Bali juga berdampak pada kenaikan harga. Misalkan harga Villa 1 bedroom saat hari biasa bisa di dapat seharga 250ribu per malam. Harga kini melonjak tinggi hingga 400-600 ribu per malam dengan kamar yang sama.
Harga tiket pesawat dan bus pun meningkat tajam. Biasanya harga tiket pesawat Jakarta-Bali hanya seharga 600ribuan kini harga tiket sempat termurah di angka 1,1 juta. Begitupun harga bus mengalami peningkatan karena adanya Tuslah hingga tingginya permintaan ke Bali selama lebaran.
Saya beberapa hari ini lebih sering mendapatkan orderan dadakan terkait supply air minum dimana biasanya saya support 2 hari sekali ke hotel A namun kini hotel tersebut minta di supply setiap hari. Biasanya permintaan hanya 50 dus air mineral kini meningkat menjadi 100 dus.
Apa Dampak Dari Gejolak Pariwisata Ini?
Berdasarkan pengamatan saya, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan selama libur lebaran setidaknya memberikan 3 dampak positif.
Pertama, Perekonomian Mulai Tumbuh. Seperti yang saya infokan sebelumnya jika banyak pengelola sektor pariwisata menyambut sumringah tingginya jumlah wisatawan yang datang ke Bali. Selama masa pandemi, tidak dipungkiri kondisi ekonomi di Bali mengalami kelesuan.
Sangat banyak pelaku usaha Hotel, Restoran, Cafe hingga industri kecil harus pengurangan karyawan secara massal hingga gulung tikar. Kini angin segar mulai terasa.
Seorang pengelola penginapan menginfokan biasanya okupansi kamar di hotel yang ia kelola hanya dibawah 35 persen. Selama libur lebaran, okupansi 100 persen meskipun harga sudah dinaikan namun permintaan tetap ada.
Banyak pelaku usaha bahkan merekrut karyawan agar bisa melayani konsumen atau tamu. Terlihat saat saya datang ke salah satu Resto, banyak pegawai berstatus Trainee yang dipekerjakan selama masa libur lebaran ini.
Kedua, Meningkatnya Kepercayaan Publik Pada Bali. Seminggu sebelum Lebaran, pariwisata Bali sempat dihebohkan oleh video wisatawan wanita asing yang mengaku kecewa dan kapok ke Bali dikarenakan ulah penjual tisu atau aksesoris yang terlalu memaksa dalam menjual kepada pengunjung. Berita selengkapnya klik disini.
Sudah bisa ditebak, viralnya video tersebut hingga gencarnya pemberitaan terhadap aksi kekecewaan turis tersebut menyita perhatian publik dan pemerintah. Beruntung pemerintah, aparat hukum hingga aparat desa cepat merespon dengan menertibkan para pengamen, penjual, gelandangan hingga oknum yang dapat mencederai pariwisata Bali.
Terbukti kepercayaan publik pada Bali tidak menurun. Saya sempat melintas ke kawasan Kuta dan Legian yang notabane-nya banyak terdapat penjual tisu atau aksesoris yang membuat turis tidak nyaman. Ternyata kunjungan ke lokasi ini meningkat serta nyaris saya tidak melihat penjual tisu atau aksesoris yang meresahkan tersebut.
Peningkatan kepercayaan publik pada Bali sangat lah penting mengingat Bali akan menjadi tuan rumah pada pertemuan G-20 Â yang akan berlangsung pada akhir tahun 2022. Seandainya kepercayaan publik menurun atau rendah, tentu saja ini berdampak penyelenggaraan G20 yang terkenal prestis ini.
Ketiga, Pemulihan Bali Akan Jadi Barometer Pariwisata Bagi Daerah Sekitar. Saya sempat berwisata ke Lombok serta Banyuwangi yang notabane-nya berdampingan dengan Pulau Bali. Saya sempat mengobrol dengan beberapa orang yang bekerja di sektor pariwisata.
Ternyata kepulihan pariwisata Bali akan berdampak positif bagi wilayah lain seperti Lombok maupun Banyuwangi. Ini karena umumnya wisatawan domestik atau mancanegara yang berkunjung ke Bali akan mencari alternatif wisata lain terdekat dari Bali. Secara tidak langsung kedua daerah inilah yang menjadi incaran bagi wisawatan.
Banyuwangi dengan pesona Kawah Ijen dan Baluran serta Lombok dengan Pesona Wisata Gili selalu dilirik oleh wisatawan yang ingin mengeksplor wilayah lain selain Bali.
Disisi lain, ada kekhawatiran tersendiri di hati saya dengan meningkatnya jumlah kunjungan di Bali. Tidak dipungkiri saat ini kita belum pulih 100 persen dari Covid19. Adanya kunjungan wisatawan mancanegara seperti dari India, Australia, Jepang ataupun negara Eropa lainnya membuat kekhawatiran tersendiri tersebarnya varian Covid terbaru di Bali.
Jujur saat saya mengunjungi beberapa tempat wisata yang penuh sesak, hati kecil tetap muncul rasa was-was. Bahkan saya memilih tidak berlama-lama di obyek wisata tersebut karena masih ada kekhawatiran penyebaran virus dari orang tidak dikenal. Ini semakin diperparah dengan mulai adanya pemberitaan munculnya hepatitis misterius di Indonesia.
***
Libur lebaran memang memberikan euforia tersendiri karena selain bisa berkumpul dengan keluarga dan kerabat, banyak yang memanfaatkan masa libur ini dengan berkunjung ke Bali.
Meningkatnya jumlah wisatawan sudah terlihat jelas sejak H-1 lebaran dimana wisawatan memadati pelabuhan hingga bandara I Gusti Ngurah Rai. Selain itu saya yang sempat mendampingi teman selama liburan di Bali merasakan sendiri banyak obyek wisata yang biasanya sepi kini ramai dikunjungi.
Tentu ini membuat perekonomian di Bali mulai membaik namun disisi lain tetap kita harus tetap waspada mengingat masa pandemi Covid-19 belum berakhir serta adanya penyakit hepatitis misterius yang masuk di Indonesia. Tetap jaga kesehatan dan semoga tetap bijak selama berlibur ke Pulau Bali.
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H