Berdasarkan pengamatan saya, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan selama libur lebaran setidaknya memberikan 3 dampak positif.
Pertama, Perekonomian Mulai Tumbuh. Seperti yang saya infokan sebelumnya jika banyak pengelola sektor pariwisata menyambut sumringah tingginya jumlah wisatawan yang datang ke Bali. Selama masa pandemi, tidak dipungkiri kondisi ekonomi di Bali mengalami kelesuan.
Sangat banyak pelaku usaha Hotel, Restoran, Cafe hingga industri kecil harus pengurangan karyawan secara massal hingga gulung tikar. Kini angin segar mulai terasa.
Seorang pengelola penginapan menginfokan biasanya okupansi kamar di hotel yang ia kelola hanya dibawah 35 persen. Selama libur lebaran, okupansi 100 persen meskipun harga sudah dinaikan namun permintaan tetap ada.
Banyak pelaku usaha bahkan merekrut karyawan agar bisa melayani konsumen atau tamu. Terlihat saat saya datang ke salah satu Resto, banyak pegawai berstatus Trainee yang dipekerjakan selama masa libur lebaran ini.
Kedua, Meningkatnya Kepercayaan Publik Pada Bali. Seminggu sebelum Lebaran, pariwisata Bali sempat dihebohkan oleh video wisatawan wanita asing yang mengaku kecewa dan kapok ke Bali dikarenakan ulah penjual tisu atau aksesoris yang terlalu memaksa dalam menjual kepada pengunjung. Berita selengkapnya klik disini.
Sudah bisa ditebak, viralnya video tersebut hingga gencarnya pemberitaan terhadap aksi kekecewaan turis tersebut menyita perhatian publik dan pemerintah. Beruntung pemerintah, aparat hukum hingga aparat desa cepat merespon dengan menertibkan para pengamen, penjual, gelandangan hingga oknum yang dapat mencederai pariwisata Bali.
Terbukti kepercayaan publik pada Bali tidak menurun. Saya sempat melintas ke kawasan Kuta dan Legian yang notabane-nya banyak terdapat penjual tisu atau aksesoris yang membuat turis tidak nyaman. Ternyata kunjungan ke lokasi ini meningkat serta nyaris saya tidak melihat penjual tisu atau aksesoris yang meresahkan tersebut.