Daya tarik Pura Uluwatu lainnya adalah adanya kawasan monyet abu-abu yang tinggal di kawasan ini. Wisatawan bisa berinteraksi namun tetap waspada mengingat monyet ini bisa menyerang pengunjung jika terancam serta mengambil barang pengunjung yang dianggap menarik atau bisa dikonsumsi.
Bagi yang ingin menonton atraksi Tari Kecak ini maka wajib membayar tiket 30 ribu sebagai tiket masuk area pura. Penjualan tiket tari kecak ternyata terpisah dimana kita bisa membelinya di stand khusus di dalam area Pura.Â
Mengingat tengah musim libur panjang tentu saya harus mengantri dengan wisatawan lain. Selama pemantauan saya banyak wisatawan dari Jogja, Jakarta, Surabaya, Manado, Medan dan kawasan lainnya.
Wisatawan mancanegara mulai banyak dijumpai. Ada rombongan wisatawan dari India, Jepang dan Eropa yang juga sempat menyaksikan Tari Kecak saat itu.Â
Khusus atraksi Kecak, saya perlu membeli tiket lagi sebesar Rp. 150.000/orang. Sebenarnya harga lumayan mahal juga namun ketika sudah menyaksikan atraksinya. Harga ini worth it dengan pengalaman dan keseruan yang di dapat.
Saya datang sekitar jam 5 sore. Mengingat wisatawan datang sangat banyak. Tanpapikir panjang saya langsung masuk area panggung pertunjukan. Alasan sederhana saya ingin mendapat spot duduk yang pas dan strategis selama pertunjukan.Â
Ini karena semakin sore atau mendekati jam pertunjukan, tempat duduk semakin terbatas dan biasanya yang tersisa di bagian atas atau titik yang dianggap kurang strategis karena tidak bisa melihat atraksi pemain dari dekat.Â
Pukul 17.50 WITA, suasana mulai petang dengan latar pemandangan matahari tenggelam. Pemandu acara mulai masuk ke atas pentas. Si pemandu acara dengan pakaian Bali ini menyapa, menginformasikan sekilas pentas dan juga mengingatkan tentang protokol kesehatan.Â
Diinfokan bahwa demi menjaga kenyamanan, para pemain akan menggunakan masker selama pertunjukan. Selain itu kami sebagai penonton juga diminta untuk tetap menggunakan masker.Â
Secara garis besar, Tari Kecak ini tidak menggunakan instrumen musik layaknya sendratari umumnya seperti ada gamelan, suling, gong dan sebagainya. Alunan musik akan dihasilkan dari suara maupun gerakan dari si pengiring yang terdiri dari 30 laki-laki dan beberapa penari utama.Â
Kisah yang diangkat memiliki latar kisah Ramayana. Bagi sobat Kompasianer yang ingin menonton seni tari ini tidak ada salahnya membaca sekilas kisah Ramayana agar memahami alur tari.Â