Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Baru Pertama Merantau? Perhatikan Manajemen Keuangan dengan Baik

28 April 2022   18:02 Diperbarui: 29 April 2022   15:15 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kondisi keuangan sedang kacau. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Saran saya hindari tindakan konsumtif di awal merantau. Saya ingat ketika dulu pertama merantau ke Bogor. Saya memilih menyewa kontrakan berdua dengan teman kerja selama 3 bulan pertama. Selain itu kami hanya membeli kipas kecil serta kasur lantai. 

Kami berdua tidak tertarik untuk membeli banyak perabotan karena mencegah uang habis di awal merantau. Hal yang terlintas di benak saya, saya ingin fokus menabung di 3 bulan pertama. Perlahan jika tabungan sudah ada, saya baru membeli perabotan satu persatu.

Cara ini cukup berhasil dimana saya tidak sampai ketar-ketir bahkan tabungan saya kian bertambah. Mindset jangan konsumtif di 3 bulan merantau ternyata berdampak positif. 

Jangan Malu Memanfaatkan Barang Bekas (Preloved)

Jangan terlalu gengsi untuk menggunakan barang bekas di awal merantau. Cara ini justru membuat kita menghargai barang tertentu dan meminimalisir pengeluaran.

Teringat saat awal merantau, ada teman kantor yang kasihan karena saya belum memiliki lemari untuk menyimpan baju. Dirinya menawarkan saya untuk membeli lemari yang sudah tidak terpakai di rumahnya.

Seorang Wanita Membeli Pakaian Bekas | Sumber Situs Klub Wanita
Seorang Wanita Membeli Pakaian Bekas | Sumber Situs Klub Wanita

Saya tertarik membeli karena harga murah dan kondisi lemari masih layak. Jika saya membeli baru mungkin akan menghabiskan uang hingga 800 ribu namun saya hanya perlu membayar 250 ribu rupiah. Artinya saya menghemat 550 ribu rupiah.

Kisah lainnya saat pertama tinggal di Jakarta. Saya sering membeli pakaian bekas di Pasar Senen. Mau gimana lagi, gaji saya masih terbatas sebagai karyawan baru. Biaya hidup di Jakarta yang tinggi serta niat saya ingin juga memberikan uang bulanan pada orang tua membuat saya memilih membeli pakaian bekas dibandingkan baru.

Selagi kita pintar memilih dan menawar justru kondisi ini cukup menguntungkan. Saya bisa mendapatkan kemeja dengan merk terkenal dimana jika membeli baru seharga 300 ribu ke atas namun saya hanya membayar 40 ribu saja. Meski agak kotor, namun saya hanya cukup mencuci ulang dan kemeja tidak tampak murahan.

Di sosial media banyak grup jual-beli barang bekas. Bukan suatu pilihan buruk jika kita memilih barang seperti perabotan rumah tangga di grup ini. Selain harga lebih murah, jika beruntung bahkan ada penjual yang memberikan bonus barang tambahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun