Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kegagalan Anak dan Bagaimana Orangtua Harus Bersikap

20 April 2022   19:40 Diperbarui: 21 April 2022   02:00 2415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangtua mendampingi saat anak menghadapi kegagalan (SHUTTERSTOCK)

Setiap orang pasti ingin selalu berhasil serta berharap tidak pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya. Nyatanya kita hanyalah manusia biasa di mana pasti pernah merasakan kegagalan meski dalam lingkup kecil. 

Gagal menjadi juara kelas, gagal diet, gagal menabung, gagal bekerja di kantor impian dan sebagainya. 

Saya pun pernah merasakan kegagalan yang sempat membuat saya terpuruk. Kegagalan saat selangkah lagi diterima di sekolah kedinasan saat lulus SMA serta gagal seleksi BUMN memang menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Saya bahkan stres dan kepikiran dalam jangka waktu lama. 

Kini ada banyak anak muda yang mungkin tengah merasakan kegagalan yang serupa. Beberapa hari lalu, sepupu saya gagal seleksi ujian masuk mandiri di salah satu universitas negeri. 

Dirinya tidak sendiri, ada ribuan anak muda yang bernasib sama. Mungkin ada yang bersikap cuek, tetap bersemangat mencoba peluang lain namun ada pula yang sedih, menangis berlarut-larut atau merasa stres karena ada tekanan.

Hal menarik juga ketika mengamati sikap para orang tua ketika melihat putra-putrinya mengalami kegagalan dalam suatu hal. Tidak jarang orang tua bingung harus bertindak seperti apa. Ada ketakutan bahwa sikap pada anak bisa menambah rasa sedih. 

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya, setidaknya ada beberapa sikap yang bisa dilakukan orang tua untuk membesarkan hati anak yang mengalami fase gagal. Apa saja itu? 

Kuatkan Pemahaman Banyak Jalan Menuju Roma

Pepatah bijak "Banyak Jalan Menuju Roma" bisa menjadi penyemangat anak ketika mengalami kegagalan. 

Misalkan si anak memang bermimpi ingin masuk fakultas kedokteran karena ingin menjadi dokter spesialis di kemudian hari. Nyatanya dirinya gagal masuk FK di universitas negeri favorit. 

Anak Yang Bersedih Karena Mengalami Kegagalan | Sumber: Pexels/Liza Summer 
Anak Yang Bersedih Karena Mengalami Kegagalan | Sumber: Pexels/Liza Summer 

Ini lah peran orang tua untuk tetap mengarahkan mimpi anak dengan jalan berbeda. Mereka bisa tetap kuliah di FK dan menjadi dokter dengan kuliah di kampus swasta. 

Kondisi seperti ini terjadi pada teman saya selama SMA. Dirinya gagal masuk FK di Universitas Udayana kemudian dirinya beralih dan diterima di FK di salah satu universitas swasta di Jawa Timur. 

Kini dirinya sudah menjadi dokter sesuai dengan mimpinya sejak kecil. Meskipun bukan di kampus yang semula ia harapkan. 

Nyatanya kini banyak kampus swasta yang memiliki kualitas setara atau bahkan lebih baik dari kampus negeri di tempat tinggalnya. 

Berkaca pada situs Kemenristek, sudah banyak kampus swasta yang terakreditasi A/Unggul bahkan banyak yang masuk 20 kampus terbaik di Indonesia. 

Berikan Contoh Kasus Keberhasilan Dari Kegagalan

Saya pernah membaca kisah seseorang yang kagum pada orang tuanya. Dirinya mengatakan sempat takut ketika dirinya mendapatkan nilai jelek pada mata pelajaran matematika. Baginya orang tuanya akan kecewa dan marah jika mengetahui ia gagal di pelajaran tersebut. 

Respon tidak terduga justru diberikan oleh ayahnya. Bagi si ayah, nilai anaknya lebih bagus dibandingkan dirinya dulu saat masih seusianya. 

Ayah Yang Menghibur Anak Yang Sedih | Sumber: The Asian Parent
Ayah Yang Menghibur Anak Yang Sedih | Sumber: The Asian Parent

Bahkan si ayah mengatakan bahwa dirinya juga tidak pintar dalam matematika. Tapi buktinya hidup tetap berjalan dan kini si ayah sudah memiliki pekerjaan yang baik dan kehidupan layak meski dirinya tidak jago matematika. 

Di sini saya merasa orang tua membuka pandangan baru bahwa kegagalan yang dialami tidak akan berdampak besar pada hidupnya. 

Kegagalan adalah hal lumrah dan tidak perlu disesali dengan mendalam. Memberikan kisah hidup tentang keberhasilan orang yang semula gagal namun justru bisa bangkit dan berhasil bisa membangkitkan semangat anak untuk mau mencoba lagi. 

Dekan saya sewaktu kuliah dulu diinfokan bukan lah mahasiswa yang menonjol bahkan IPK saat S1 di bawah 3.00. Bukan standar nilai yang baik. Namun nyatanya kini beliau sudah menjadi profesor dan banyak karyanya yang bermanfaat dalam sisi akademis. 

Kegagalan Bisa Membuka Pintu Kesuksesan Lain

Kegagalan saya masuk di sekolah kedinasan ternyata mengantarkan ke kampus negeri yang bagus di Malang. 

Selain itu saya ternyata bersyukur banget tidak kuliah di kedinasan karena maraknya isu senioritas dan kekerasan di dunia kampus kedinasan. 

Selain itu di kampus negeri, saya bisa mengenal banyak teman dari latar berbeda, fakultas berbeda bahkan bisa berprestasi cukup baik selama kuliah. 

Seandainya saya diterima di BUMN mungkin saya tidak akan merasakan pengalaman luar biasa dipercaya sebagai manager di usia muda. Bahkan kerjaan di perusahaan swasta membuat saya bisa berkembang dan jaringan luas. 

Ibu Yang Menghibur Anaknya Yang Sedih | Sumber Situs KlikDokter
Ibu Yang Menghibur Anaknya Yang Sedih | Sumber Situs KlikDokter

Tandanya bahwa kegagalan yang kita alami saat ini justru menjadi gerbang untuk kita meraih kesempatan lain yang mungkin lebih baik. 

Orang tua perlu memberikan wawasan bahwa nasib orang tidak hanya ditentukan oleh 1 pintu. Bisa jadi ada pintu lain yang terbuka dan memberikan kesempatan lebih baik. 

Ajarkan Anak Berbagai Plan

Orang tua bijak pasti akan mengarahkan buah hati untuk membuat planning atau perencanaan masa depan. Tujuan agar si anak tahu apa yang harus dicapai dalam 1 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun ke depan. 

Orang tua perlu menegaskan bahwa anak jangan terpaku pada 1 planning. Siapkan beberapa planning antisipasi. Contohnya jika Plan A tidak tercapai maka anak sudah menyiapkan Plan B, seandainya ini juga tidak tercapai si anak sudah punya Plan C dan seterusnya. 

Orang Tua Berekspresi Senang Terhadap Kerhasilan Anak | Sumber Grid.id
Orang Tua Berekspresi Senang Terhadap Kerhasilan Anak | Sumber Grid.id

Metode ini membuat anak tidak stagnan pada 1 posisi ketika menghadapi kegagalan. Dirinya sudah tahu tahapan apa yang harus dilakukan seandainya dirinya gagal pada Plan awal. 

Anak dengan didikan ini umumnya lebih solutif, inovatif dan tidak terlarut dalam kesedihan ketika gagal. Cara ini bisa mengakar dan menjadi pegangan bagi si anak hingga dewasa nanti. 

Bagi saya orang gagal justru adalah mereka yang sudah menyerah dan tidak memiliki rencana ke depan. Bagi mereka yang sudah memikirkan berbagai kemungkinan, ketika mengalami kegagalan itu hanya penunda sesaat dari impian masa depannya. 

***

Gagal bukanlah akhir dari segalanya. Ini adalah kunci utama yang perlu orang tua ajarkan pada anak. Tidak jarang anak yang merasa gagal merasa terpuruk bahkan bertindak di luar batas logika. 

Belajar dari kasus di India di mana terdapat 4 ribu anak bunuh diri karena gagal masuk ujian sekolah di antara tahun 2017-2019. Ironisnya anak ini berada di usia 14-17 yang notabanenya adalah calon penerus bangsa (Sumber klik disini). Mereka merasa kegagalan yang dialami adalah pemutus meraih impiannya. 

Peran orang tua menjadi penting agar anak tetap optimis dan bisa bangkit ketika mengalami kegagalan. Hal-hal di atas bisa jadi referensi bagaimana orang tua harus bersikap ketika buah hati merasa terpuruk karena mengalami kegagalan dalam hidupnya. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun