Dulu orang berdemonstrasi dianggap sebagai cara akhir apalagi ditemukan kebuntuan dalam menyelesaikan masalah. Misal terjadi pemutusan kerja sepihak dan pihak perusahaan seakan lepas tangan, kebijakan pejabat yang dirasa tidak pro bawahan, hingga rezim pemerintahan yang dianggap otoriter.
Para pendemo umumnya merupakan kelompok orang yang menjadi obyek terhadap kebijakan yang tidak sesuai, mereka yang tertindas atau golongan tertentu mahasiswa yang berusaha menjadi perwakilan masyarakat.Â
Artinya pendemo lebih menfokuskan pada perjuangan bersama demi mewujudkan aspirasi yang diperjuangkan.
Kini justru agak sedikit berbeda, ada banyak orang ikut berdemo justru bukan untuk memperjuangkan aspirasi namun demi kepentingan pribadi atau konten semata.
Lucunya aksi demo saat ini justru dijadikan sarana menghibur diri, eksistensi hingga bernasis ria.
Semua elemen masyarakat berhak ikut serta menjadi peserta demonstrasi. Di atas adalah contoh ada seorang transgender atau waria yang ikut serta.Â
Namun keprihatinan terjadi justru aksinya lebih cenderung hanya untuk narsis, cuci mata atau sekedar konten semata. Ada beberapa aksi dirinya yang viral seperti menggunakan pakaian seksi, menggoda mahasiswa pria hingga bergaya layaknya selebritis.
Padahal dulu orang berdemo akan berusaha menggunakan atribut kebanggaan seperti almamater, kaos atau seragam komunitas karena menjadi identitas.Â
Nyatanya mulai ada perubahan gaya busana dimana banyak orang demo dengan memperhatikan gaya berpakaian, menggunakan make up agar terlihat cantik, menggunakan kacamata hitam agar terlihat trendy dan sebagainya.
Pesan Aspirasi Kritis Versus Pesan Aspirasi Tabu