Anak pada kategori golden ages memiliki rasa keingintahuan yang besar. Mereka akan merasa kurang puas jika jawaban yang diberikan orangtua atau orang dewasa tidak logis atau sesuai dengan cara berpikir mereka.Â
Ketika muncul pertanyaan yang dirasa masih batas wajar, mungkin orangtua tidak akan panik namun ketika pertanyaan lebih mendalam dan intim. Saya yakin orangtua memilih diam daripada memberikan informasi sesuai yang mereka harapkan.Â
Menyalahkan si anak bukan langkah bijak karena sejatinya orangtua juga berperan dalam kondisi ini karena menyediakan gadget dan internet yang memudahkan mereka mengakses informasi serta minimnya pengawasan aktivitas media si anak.Â
Risiko Munculnya Aksi Pelecehan Seksual
Kasus yang terjadi di daerah Koja, Jakarta Utara bisa jadi gambaran bagaimana serial konten dewasa berdampak buruk pada perilaku si anak.Â
Terjadinya tindakan pelecehan seksual dimana korban dan pelaku masih berusia dibawah umur yaitu diantara usia 11-13 tahun menjadi sebuah keironian sendiri.Â
Bahkan tindakan ini diduga telah terjadi sebanyak 3 kali dalam masa Januari-April 2021 (Berita selengkapnya klik di sini).Â
Sebenarnya sudah ada banyak kasus yang tidak jauh berbeda. Rasa ingin tahu atau penasaran dari si anak karena melihat aksi di konten dewasa membuat mereka ingin mencoba.Â
Padahal mereka belum menyadari dampak dari aksinya tersebut seperti memunculkan rasa trauma bagi korban, kehamilan usia dini dan bisa berurusan dengan pihak kepolisian karena aksi ini masuk dalam pelecehan seksual dibawah umur.Â
Saya pernah membaca artikel berita dimana anak SMP terpaksa harus dinikahkan secara adat karena sudah hamil diluar nikah. Kondisi ini bisa memengaruhi masa depan si anak karena telah menjadi orang tua di usia belia atau bahkan rentan kasus perceraian karena ketidaksiapan dalam pernikahan.Â