Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ingat Jangan Persulit Hak Cuti Anak Buah

3 Juni 2022   12:08 Diperbarui: 4 Juni 2022   01:12 2752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kalender| Dok. Shutterstock/PBStudio

Pernahkah pengajuan cuti kita ditolak oleh atasan?

Tentu rasanya akan sedih, kecewa, marah atau bahkan ngambek kerja. Ini pernah dirasakan oleh teman saya dimana cutinya dirasa dipersulit oleh atasan dengan berbagai alasan. Alhasil dirinya sempat mengajukan protes karena cuti merupakan hak karyawan. Namun ia merasa pengajuan cuti di kantor sangat sulit dan ribet.

Ini seakan menjadi bahan introspeksi saat kini dipercaya oleh manajemen di posisi manajer. Artinya saya membawahi tim dengan yang terdiri dari puluhan bahkan pernah ratusan staf. Salah satu tugas kecil yang kerap dilakukan adalah memberikan izin cuti yang diajukan staf divisi.

Hak Cuti Untuk Karyawan | Sumber Situs Kanreg I BKN Yogyakarta
Hak Cuti Untuk Karyawan | Sumber Situs Kanreg I BKN Yogyakarta

Berkaca pada pengalaman teman yang komplain karena pengajuan cutinya agak sulit, saya berusaha lebih longgar dalam memberikan izin. Selagi izin tersebut tidak mengganggu kerjaan dan pengajuan cuti di hari Jumat atau Sabtu, saya akan memberikan izin. 

Namun kadang ada pengajuan cuti disaat yang kurang tepat seperti saat persiapan audit ataupun persiapan closing akhir bulan biasanya saya bernegosiasi untuk menggeser hari cuti selagi cuti tersebut tidak bersifat urgen.

Sebagai atasan, ada beberapa pertimbangan mengapa jangan mempersulit hak cuti karyawan. Apa saja itu?

Kerumitan Kerjaan Dalam Dunia Kerja | Sumber Situs Ekrut
Kerumitan Kerjaan Dalam Dunia Kerja | Sumber Situs Ekrut

1. Cuti adalah Keseimbangan Hidup di Dunia Kerja

Sebagai seorang karyawan apalagi dengan beban kerja yang banyak dan tekanan tinggi seringkali membuat kita tidak hanya lelah fisik namun juga pikiran.

Saya pernah berada di posisi ini ketika sudah menghabiskan hingga 10 jam di kantor ditambah saat pulang masih memikirkan permasalahan kerja membuat saya stres dan otak saya terasa panas. Bahkan kondisi ini membuat emosi saya menjadi labil.

Seorang Karyawan Yang Mendapatkan Hak Cuti | Sumber Situs Talenta
Seorang Karyawan Yang Mendapatkan Hak Cuti | Sumber Situs Talenta

Ada yang membuat saya kesal meski perkara kecil, saya akan mudah langsung marah atau badmood. Kondisi ini tidak baik khususnya di lingkungan kerja.

Saya yakin ada banyak karyawan yang pernah atau saat ini berada di posisi yang stres dan butuh sesuatu untuk menghilangkan rasa stres itu. Izin cuti adalah cara terbaik untuk sekadar menenangkan pikiran sejenak.

Ketika saya cuti, saya lebih banyak menggunakan untuk berlibur. Dengan berlibur, saya seakan bisa terlepas sejenak dari beban hidup bahkan membuat saya semangat lagi.

Hidup butuh keseimbangan dimana saat badan terasa lelah dan otak banyak pikiran maka cuti bisa digunakan untuk mengisi kembali ketenangan jiwa dan pikiran.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menenangkan pikiran. Ada yang suka istirahat seharian, menonton film kesayangan, liburan, menjalankan hobi, bermain dengan hewan kesayangan dan sebagainya. Disaat kita beraktivitas sesuatu yang memang kita sukai, beban pikiran dan kelelahan fisik bisa hilang seketika.

2. Pelarangan Cuti Berdampak pada Loyalitas Kerja

Jika kita sudah mencurahkan tenaga dan pikiran untuk kantor dari pagi sampai sore atau bahkan malam bahkan ketika akhir pekan masih disibukan dengan hal kerjaan. Namun ketika bermaksud mengajukan cuti ternyata dipersulit. Apakah kita masih akan loyal terhadap perusahaan?

Saya pernah mengobrol dengan beberapa orang di kantor tentang pengalaman kerja mereka dan kenapa resign dari perusahaan sebelumnya. Saya mendapatkan kisah dimana ada yang resign karena susahnya mengajukan cuti di perusahaan sebelumnya.

Karyawan Stres dan Butuh Refreshing | Sumber Popmama.com
Karyawan Stres dan Butuh Refreshing | Sumber Popmama.com

Meskipun cuti itu adalah hak setiap karyawan yang sudah bekerja lebih dari setahun namun atasan selalu beralasan tidak ada karyawan lain yang bisa menggantikan dirinya jika cuti. 

Perlahan namun pasti, loyalitas dirinya mulai berkurang untuk perusahaan. Disaat waktu senggang, teman kerja saya ini melamar kerjaan di perusahaan lain. Ketika sudah mendapatkan pekerjaan baru yang dirasa lebih nyaman. Dirinya tanpa ragu mengajukan resign di perusahaan sebelumnya.

Tentu atasannya sempat menolak dan merasa akan kehilangan karyawan yang potensial. Namun sejatinya pilihan resign muncul karena ketidakpedulian atasan terhadap hak karyawan seperti hak cuti.

Rekan saya di divisi accounting bercerita kenapa dirinya betah di perusahaan saat ini karena mudahnya pengajuan cuti. Atasannya tidak pernah mempersulit selagi cutinya tidak di awal bulan, saat persiapan audit atau momen ada kerjaan khusus.

Baginya ketika atasan peduli dan tidak mempersulit karyawan untuk cuti, peluang bawahan betah di divisi/perusahaan akan semakin besar.

3. Cuti Bisa Menjadi Bentuk Empati pada Bawahan

Tidak dipungkiri kita pasti pernah berada di posisi yang tidak baik-baik saja. Misal seperti tengah sedih karena habis diputuskan kekasih, sakit, mengalami kedukaan, atau mengalami suatu insiden yang membuat kita menjadi drop.

Kita sebagai atasan bisa memberikan perhatian khusus kepada bawahan dengan kondisi ini melalui cara memberikan cuti khusus. Terkesan sederhana namun bawahan pasti merasakan bahwa atasannya peduli dan memiliki empati besar pada staf nya.

"Dasar bos jahat dan gak punya empati"

Saya pernah mendengar seseorang mengatakan hal ini karena atasannya menolak pengajuan cuti khusus. Cuti ini dikarenakan orangtuanya sakit dan butuh perawatan khusus.

Saya akui dalam dunia kerja harus tetap menjunjung profesionalitas namun bukan berarti mengesampingkan sisi empati dan simpati. Seandainya kita berada di posisi karyawan tersebut, apakah kita bisa tetap tenang dan fokus bekerja ketika kita tahu orangtua tengah sakit parah dan butuh perawatan dari keluarga.

Atasan perlu menyadari bahwa manusia itu bukan robot. Jika robot, dia akan tetap bekerja karena arahan mesin. Jika mesin rusak atau dimatikan barulah robot bisa istirahat. 

Berbeda dengan manusia yang memiliki hati dan pikiran. Mereka bisa saja tidak bersemangat kerja ketika terjadi sesuatu pada dirinya.

4. Cuti Bisa Menjadi Bentuk Apresiasi

Cuti juga bisa menjadi bentuk apresiasi atasan atas kerja keras anak buah. Direktur saya pernah memberikan cuti khusus kepada beberapa staf karena telah bekerja keras mempersiapkan suatu audit penting di kantor. 

Saya pun pernah diberikan cuti khusus oleh direktur. Saat itu ada kepentingan karena mengikuti suatu event lomba. Direktur mengijinkan dengan pertimbangan saya sudah bekerja lumayan giat di kantor sekaligus saya bisa sedikit refreshing. 

Pengalaman ini juga lah yang membuat saya juga memberikan apresiasi cuti kepada staf yang dianggap sudah berkotribusi lebih di kantor. 

Contoh kecil, saat ada closing bulanan dimana karyawan harus bekerja hingga malam. Staf yang terlibat dalam closing mengerjakan tugas dengan tanggung jawab.

Saya pun memberikan rewards bisa ambil cuti 1 hari dalam 1 bulan asalkan jangan di hari Senin karena umumnya hari ini cukup padat urusan kerja. Mereka pun jadi senang dan tidak mengeluh jika harus pulang malam saat akgir bulan. 

***

Cuti adalah hak bagi setiap karyawan yang dianggap sudah memenuhi persyaratan mendapatkan hak cuti. Namun sayang tidak semua atasan menghargai hak ini. 

Terlalu banyak kisah atasan yang mempersulit hak cuti bawahan bahkan bawahan yang mengajukan cuti dinilai tidak loyal dan kurang bertanggung jawab pada kerjaan. 

Pandangan inilah yang harus diubah. Sebaiknya bagi saat ini berada di posisi manajerial, cobalah untuk menempatkan diri di posisi bawahan. 

Kita perlu sadar bahwa setiap orang butuh menyeimbangkan antara kerjaan dan kesenangan personal. Tentu jika karyawan tidak stres saat bekerja akan berpengaruh positif bagi perusahaan. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun