Meskipun cuti itu adalah hak setiap karyawan yang sudah bekerja lebih dari setahun namun atasan selalu beralasan tidak ada karyawan lain yang bisa menggantikan dirinya jika cuti.Â
Perlahan namun pasti, loyalitas dirinya mulai berkurang untuk perusahaan. Disaat waktu senggang, teman kerja saya ini melamar kerjaan di perusahaan lain. Ketika sudah mendapatkan pekerjaan baru yang dirasa lebih nyaman. Dirinya tanpa ragu mengajukan resign di perusahaan sebelumnya.
Tentu atasannya sempat menolak dan merasa akan kehilangan karyawan yang potensial. Namun sejatinya pilihan resign muncul karena ketidakpedulian atasan terhadap hak karyawan seperti hak cuti.
Rekan saya di divisi accounting bercerita kenapa dirinya betah di perusahaan saat ini karena mudahnya pengajuan cuti. Atasannya tidak pernah mempersulit selagi cutinya tidak di awal bulan, saat persiapan audit atau momen ada kerjaan khusus.
Baginya ketika atasan peduli dan tidak mempersulit karyawan untuk cuti, peluang bawahan betah di divisi/perusahaan akan semakin besar.
3. Cuti Bisa Menjadi Bentuk Empati pada Bawahan
Tidak dipungkiri kita pasti pernah berada di posisi yang tidak baik-baik saja. Misal seperti tengah sedih karena habis diputuskan kekasih, sakit, mengalami kedukaan, atau mengalami suatu insiden yang membuat kita menjadi drop.
Kita sebagai atasan bisa memberikan perhatian khusus kepada bawahan dengan kondisi ini melalui cara memberikan cuti khusus. Terkesan sederhana namun bawahan pasti merasakan bahwa atasannya peduli dan memiliki empati besar pada staf nya.
"Dasar bos jahat dan gak punya empati"
Saya pernah mendengar seseorang mengatakan hal ini karena atasannya menolak pengajuan cuti khusus. Cuti ini dikarenakan orangtuanya sakit dan butuh perawatan khusus.
Saya akui dalam dunia kerja harus tetap menjunjung profesionalitas namun bukan berarti mengesampingkan sisi empati dan simpati. Seandainya kita berada di posisi karyawan tersebut, apakah kita bisa tetap tenang dan fokus bekerja ketika kita tahu orangtua tengah sakit parah dan butuh perawatan dari keluarga.
Atasan perlu menyadari bahwa manusia itu bukan robot. Jika robot, dia akan tetap bekerja karena arahan mesin. Jika mesin rusak atau dimatikan barulah robot bisa istirahat.Â