Tidak hanya itu lebih tragis lagi, emak-emak ini suka menghidupkan sign ke kiri tapi belok ke kanan, begitu pun sebaliknya. Wajar banyak terjadi kecelakaan motor karena faktor ini.Â
Sebagai generasi lebih muda, tidak ada salahnya memberi edukasi cara berkendara yang baik. Misalkan diberi tahu berapa meter yang ideal menghidupkan lampu sign kendaraan, apakah sudah sesuai dengan rencana belok, pentingnya mematikan sign setelah selepas berbelok dan jangan menguasai jalanan dengan mengobrol dengan pengemudi lain.Â
Dulu saat saya masih remaja dan dibonceng oleh emak. Saya sering menginfokan jika lampu sign masih menyala. Atau lupa menghidupkan lampu sign ketika hendak berbelok. Tujuannya agar menghindari kebingungan pengendara lain di belakang yang berpotensi kecelakaan.Â
# Perkuat Rasa Tanggung Jawab Saat Membonceng Orang Lain
Saya personal ketika membonceng orang lain, ada rasa beban lebih besar karena ada nyawa orang lain yang sedang saya bawa. Saya justru lebih hati-hati dan pelan membawa motor.Â
Ironisnya banyak pengemudi yang berpikiran berbeda. Justru ketika tengah membonceng orang lain, teman atau pasangan. Justru dirinya ingin menunjukan skill membawa motor berlebihan.Â
Bagi pengemudi karakter ini, mereka butuh pembuktian dan apresiasi dari orang lain tentang teknik mengendarai motor. Padahal cara berkendaraan ini membahayakan dirinya, si penumpang yang dibonceng maupun pengendara lain.
Ada kejadian dulu, seorang pengendara motor yang menggonceng temannya ternyata ugal-ugalan. Tidak sengaja terjadi kecelakaan dan teman yang digonceng terluka parah, kritis, dan akhirnya nyawanya tidak terselamatkan. Penyesalan sepertinya sudah terlambat.Â
Bagi saya perlu adanya beban moral lebih ketika membonceng seseorang. Jangan bersikap egois yang bisa membahayakan banyak orang.Â
***
Kita sudah sering mendengar nasihat agar berhati-hati saat berkendara di jalan. Namun nyatanya nasihat itu sering diabaikan pengendara khususnya kendaraan motor.Â