Saya merasa cara ini jadi cara terbijak. Kita bisa menasehati orang lain dengan cara sharing atau komunikasi 2 arah. Kita menyampaikan sudut pandang kita dan lawan bicara pun menyampaikan hal sama.Â
Misalkan orang tua ingin mengubah sikap anak yang suka mengambil uang milik orang tua tanpa ijin. Orang tua mengajak si anak berdiskusi secara personal.Â
Orang tua bisa memberikan gambaran dampak perilaku mengambil sesuatu yang bukan haknya. Seperti nanti akan dijauhi, tidak dipercaya hingga bisa ditangkap polisi.Â
Orang tua bisa menanyakan alasan si anak yang melakukan tindakan terpuji itu. Bisa jadi si anak memiliki alasan khusus yang tidak disadari orang tua.Â
Misalkan si anak mengambil uang orang tua untuk diberikan kepada pengemis atau membeli barang kesukaannya. Pola seperti ini bisa jadi introspeksi dua belah pihak. Anak tahu resiko dari perbuatannya dan orang tua tahu bahwa si anak butuh sesuatu.Â
Jika pihak yang ingin dinasihati memiliki usia yang relatif sama. Sebaiknya hindari cara menggurui. Ini karena si penerima nasihat kurang yakin dengan apa yang dikatakan oleh kita mengingat usia yang sama.Â
***
Tidak dipungkiri ketika ada tindakan seseorang yang kita anggap kurang sesuai atau bertentangan dengan suatu hal. Kita memiliki niat baik untuk memberi nasihat atau memberikan pandangan untuk mengubah ketidak sesuaian tersebut.Â
Nyatanya tidak semua niat baik bisa diterima secara baik oleh orang yang kita nasihati. Beberapa kesalahan seperti terkesan menggurui, tidak introspeksi diri, lebih mementingkan kekerasan membuat kurang mendapat respek dari yang diberi nasihat.Â
Sesuai dengan quote bijak, sebelum merubah dunia lebih baik rubahlah dirimu sendiri terlebih dahulu. Artinya jangan fokus untuk mengubah hal besar pada diri orang lain jika dalam diri sendiri masih banyak yang perlu diperbaiki juga.Â