Hindari hal ini dikarenakan bisa jadi ada ketidakrelevanan terkait indikator pembanding.Â
Contoh pada di atas, jaman dulu gadget belum lah ditemukan atau sepopuleran sekarang. Selain itu bisa jadi saat ayahnya dulu semasa muda tinggal di kampung halaman yang memang tidak ada cafe. Ini yang membuat ayah semasa muda menghabiskan waktu di rumah atau teman sebaya dilingkungan rumah.Â
Kini disaat mereka tinggal di kota dimana banyak terdapat cafe sebagai tempat nongkrong. Bisa jadi anak muda lebih banyak meluangkan waktu berinteraksi dengan teman sebaya di cafe. Ini karena cafe lebih nyaman, suasana menarik, dan ada fasilitas live music yang membuat suasana nongkrong lebih asyik.Â
Perbandingan ini tidaklah apple to apple. Seandainya si ayah hidup dimasa sekarang, bisa jadi dirinya akan melakukan hal sama.Â
# Flashback Kenangan Masa Lalu
Kejadian seperti tindakan kerabat saya dalam menasehati keponakan bisa saja tidak mempan karena si keponakan merasa nasihat tersebut tong kosong.Â
Si keponakan mungkin tidak respek terhadap nasihat karena tahu apa yang jadi nasihat justru dulu dilakukan juga oleh si pemberi nasihat. Hal fatal justru nasihat tersebut ibarat bumerang dimana ada orang si pemberi nasihat melakukan tindakan yang sama.Â
Mirip ketika kerabat saya tidak instrospeksi dulu dimana sebelum menasihati keponakan lebih bijak untuk menasihati anaknya yang sejak SMP bahkan sudah pacaran.Â
Bagaimana kita mau mendengar nasihat orang lain jika si pemberi nasihat tidak memflashback masa lalu atau mengevaluasi secara personal.Â
Memang menasihati itu punya tujuan baik namun lebih bijak jika mengevaluasi diri dulu sebelum ingin menasihati atau mengubah orang lain.Â
Saya salut dengan kakak saya, ketika ia ingin menasihati anaknya yang nakal dan suka melawan perintah orang tua. Kakak saya ingat jika dulu ia pernah senakal anaknya.Â