Beribu alasan dan ekspresi memelas ditunjukan untuk menarik simpati untuk dibantu. Namun dunia berubah 180 derajat di mana postingannya terkesan ia memiliki banyak uang. Bahkan tragisnya berusaha melupakan utang yang dimiliki.Â
Jujur orang dengan tipe ini tidak layak mendapatkan simpati. Postingan status hanyalah hoax dan pencitraan yang bertolak belakang dengan kenyataan.Â
Hal buruk terjadi bisa jadi si pembuat status akan mendapat sindiran dan kritikan pedas ketika ia tengah terjatuh atau berusaha memelas kepada orang lain.Â
***
Media sosial memang telah menjadi media interaksi dengan banyak orang melalui kecanggihan teknologi dan internet. Pengguna media sosial ternyata masih banyak yang bersikap semaunya dalam meluapkan ekspresi dan emosi dalam postingan status sosmed.Â
Status yang kurang bijak justru bukan menarik simpati namun lebih ke hal-hal yang tidak sesuai ekspektasi kita. Kasus seperti pelabelan terlalu alay, drama queen, palsu (hoax), pencitraan semata justru diberikan pada status sosmed kita.Â
Jika Sobat Kompasiana masih terjebak dalam kondisi ini tidak ada salahnya mulai merubahnya. Saya pun kini lebih suka memposting video-video lucu yang menghibur di media sosial serta hal-hal inspiratif.
Tujuannya agar orang melihat saya sosok yang berusaha menciptakan aura positif bagi orang disekitarnya. Segala keluh kesah hidup lebih baik saya pendam karena orang lain hanyalah penonton. Bisa jadi mereka justru tertawa atau nyinyir terhadap postingan kita yang terlalu banyak drama.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--