Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Isu Sampah Ternyata Bukti Masalah Masyarakat Modern

15 Januari 2022   10:47 Diperbarui: 15 Januari 2022   21:54 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buang sampah pada tempatnya | Sumber: Shutterstock via regional.kompas.com

Hari ini seorang kerabat curhat habis ditegor oleh warga karena membuang sampah yang sebenarnya tidak diperuntukkan sebagai tempat pembuangan sampah. 

Kerabat saya ini bingung harus dikemanakan sampah rumah tangga mengingat tidak ada titik lokasi pembuangan sampah formal di sekitar rumah. 

Buang ke sungai nanti bikin banjir. Di buang di pinggir jalan ntar disangka tidak punya etika menjaga lingkungan, dibuang ke tetangga malah pancing keributan. 

Akhirnya ia pun ikut-ikutan membuat sampah di lahan kosong di mana masyarakat lain juga membuang sampah rumah tangga di lokasi tersebut. 

Kejadian ini mengingatkan saya saat tinggal di perkampungan daerah Kabupaten Bogor. Saya pernah berada di posisi sama di mana area tempat tinggal tidak ada lokasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS). 

Bagaimana saya menyiasatinya? Pernah saya membawa sampah rumah ke SPBU terdekat. Saya menumpang membuang sampah di bak sampah SPBU tersebut. 

Sekali dua kali berjalan mulus, saat ingin membuang sampah ketiga kalinya. Apes, saya kena tegur petugas SPBU karena ternyata banyak masyarakat yang melakukan hal serupa. 

Saya berusaha tidak membuang sampah di sembarang tempat seperti di sungai atau di pinggir jalan raya. Tidak jarang saya harus membawa sampah ke TPS yang letaknya cukup jauh dari rumah atau di TPS pasar tradisional.

Sebenarnya saya tidak masalah harus mengeluarkan uang bulanan untuk jasa petugas pengambil sampah. Namun lokasi tempat tinggal saya di perkampungan membuat petugas semacam ini tidak ada. 

Kondisi ini ternyata juga dialami oleh banyak orang di sekitar kita. Mudah terlihat, saya sering pergoki seseorang membuang sampah di sungai, ke lahan kosong, ke pinggir jalan hingga ke pekarangan orang lain. 

Isu sampah ternyata telah menjadi masalah bagi masyarakat modern. Saya mengatakan masyarakat modern karena mayoritas dari kita sudah melek teknologi dan secara latar pendidikan tergolong baik. 

Tetangga saya pernah berkonflik karena masalah sampah. Maksud hati ingin membakar sampah di pekarangannya namun asap sampah justru mengganggu tetangga lain. Hubungan bertetangga menjadi renggang karena masalah sederhana yaitu pengelolaan sampah. 



Berkaca pada 2 video di atas sudah memperkuat bahwa sampah bukan masalah sepele. Justru orang dengan latar pendidikan baik pun tidak menjamin peduli terhadap pengelolaan sampah. 

Sempat saya bertanya dalam diri, kenapa tidak membuat tempat sampah di depan rumah aja sih? 

Ternyata jawaban tidak terduga saya terima. Ada beberapa alasan orang enggan membuat tempat sampah sendiri di depan rumah:

1. Dimanfaatkan Warga yang Tidak Tahu Etika

Ini disampaikan oleh seseorang pada saya. Dulu sempat ada drum kosong yang ditaruh depan rumah. Tujuan agar sampah yang ada di dalam rumah bisa dibuang sementara di dalam drum sampah tersebut, hingga nanti diambil oleh petugas pengangkut sampah. 

Nyatanya ia justru kecewa dan kesal sendiri. Setiap ingin membuang sampah dari dalam rumah ke drum sampah depan rumah, justru drum sampah sudah penuh oleh sampah milik orang lain. 

Ternyata banyak warga dan masyarakat justru numpang membuang sampah di drum tersebut. Sebenarnya tidak masalah jika sampah kecil, justru drum penuh oleh sampah rumah tangga milik warga sekitar. 

Hal bikin kesal ketika justru semakin banyak warga atau tetangga yang tidak beretika yang mana menumpukkan sampah di sekitar drum karena sudah penuh. Alhasil pekarangan depan jadi kotor, sumber penyakit dan banyak terdapat lalat sampah. 

Saya seandainya menjadi dirinya juga pasti kesal. Sudah susah payah menyiapkan drum kosong, membayar petugas pengangkut sampah eh justru tetangga dan warga tidak beretika main seenaknya ikut buang dan buat pekarangan depan kotor. 

Alasan inilah yang jadi pertimbangan kenapa jarang ada rumah yang membuatkan tempat sampah khusus depan rumah sebelum diambil petugas kebersihan. 

2. Rawan Didatangi Pemulung

Larangan Masuk Bagi Pemulung | Sumber Situs Diskusi Kehidupan
Larangan Masuk Bagi Pemulung | Sumber Situs Diskusi Kehidupan

Tetangga saya sempat kesal karena kelakuan pemulung. Sampah yang sudah terbungkus rapih justru diobrak-abrik oleh pemulung. 

Wajar mengingat pemulung mencari barang-barang yang masih bisa dijual atau dimanfaatkan seperti botol, kertas, kardus, kaleng dan sebagainya. 

Tidaklah kaget ketika akhirnya muncul larangan pemulung untuk memasuki suatu area tertentu atau ke permukiman warga. Ini karena kekhawatiran sampah yang sudsh dikumpulkan justru berantakan lagi. 

3. Mengundang Hewan 

Sampah yang dikumpulkan di depan rumah terutama sisa bahan makanan atau makanan bekas justru menarik kehadiran hewan seperti kucing dan anjing. 

Mereka seringkali mengobrak-abrik sampah untuk mencari sesuatu untuk dimakan. Bikin kesal melihat sampah berceceran di jalan atau pekarangan karena ditarik oleh kucing atau anjing. 

Selain itu lalat pun akan mudah ditemukan di area tumpukan sampah. Rasanya rumah yang banyak lalat dianggap kurang sehat atau higienis. Semakin mengganggu jika lalat tersebut masuk ke dalam rumah dan hinggap di makanan. 

Berbagai masalah ini membuat saya mencari tahu adakah sistem terobosan pengelolaan pembuangan sampah yang baik. 

Berbekal informasi di internet, ada beberapa kisah kebersihan pengelolaan sampah yang bisa jadi inspirasi. 

Keberhasilan 1: Penggagasan TPS 3R di Desa Bantas, Kabupaten Tabanan

Warga di Desa Bantas di Kecamatan Selemandeg Timur, Kabupaten Tabanan, Bali dianggap berhasil melakukan pengelolaan sampah secara mandiri. 

Sejumlah warga yang tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Bantas Lestari mengumpulkan sampah dari warga dan mengubahnya menjadi sesuatu bermanfaat. 

Inilah cikal bakal terbentuknya Tempat Pembuangan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycling (TPS 3R). Salah satu inovasi mengubah sampah menjadi pupuk organik dan kerajinan bernilai jual tinggi (Kisah selengkapnya klik di sini) 

Keberhasilan 2 : Pengembangan Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPSP) Desa Muncar

Masalah sampah sempat menjadi keprihatinan di desa Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Warga suka membuang sampah di aliran sungai hingga ke pantai yang membuat lingkungan kotor, kumuh dan kondisi pantai tercemar. 

Kini berkat warga penggerak dengan bantuan dari Systemiq, sebuah perusahaan B-Corp yang berkantor di Inggris bekerja sama mengubah kebiasaan ini. Cara dilakukan dengan menggagas TPSP di Desa Muncar. 

Seiring waktu, kepedulian masyarakat terhadap isu sampah kian tinggi. Terbuktidati awal hanya 100 rumah yang terlibat kini melesat hingga 10.000 rumah yang berpartisipasi. 

Program andalan yaitu mengedukasi warga memilah sampah rumah tangga dan kemudian disetorkan ke TPSP agar dibeli oleh pengelola.

Alhasil setelah sadar bahwa pemilahan ini bisa mendapatkan rupiah, perlahan tanpa paksaan masyarakat antusias memilah dan menyetorkan sampah rumah tangga. 

Perlahan kebiasaan membuang sampah di pantai berkurang drastis karena terobosan ini (Sumber Selengkap Klik di sini). 

***

Di sini saya sadar bahwa kenapa isu sampah banyak menjadi momok di sekitar kita karena masyarakat masih tertanam mindset sampah adalah limbah akhir yang sudah tidak berguna. 

Nyatanya ditangan yang tepat dan sistem pengelolaan yang benar, sampah justru bisa menjadi sesuatu bernilai dan menambah penghasilan. Dua contoh keberhasilan di atas adalah bukti sederhana. 

Tentu perlu ada kebersamaan semua elemen agar mau memikirkan terobosan baru pengelolaan sampah dan mau mengubah kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan menjadi kebiasaan memilah sampah. 

Harapannya sebagai masyarakat modern, kita mulai berpikir bagaimana mengubah isu sampah menjadi hal yang bukan perkara lingkungan. Siapa tahu tercetus ide menciptakan mesin pengolahan sampah hingga tidak berbekas dikemudian hari. Amin. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun