Kemeriahan Tahun Baru 2022 memang telah usai. Saya melihat berbagai postingan dari teman-teman di sosial media bagaimana mereka merayakan pergantian tahun ini.Â
Saya pun merayakan tahun baru dengan suka cita. Melihat kilauan kembang api dari salah satu daerah perbukitan di Bandung, Jawa Barat. Bahkan pesta kembang api ini berlangsung hingga belasan menit dan membuat orang terpukau.Â
Meski perayaan ini kian tahun kian meriah namun tetap ada sesuatu yang bikin kangen. Teringat saat masih kecil dulu, setiap tahun baru selalu bersemangat membeli terompet dan topi warna-warni ala tahun baru.Â
Sayangnya kini nyaris saya tidak menemukan lagi penjual terompet dan topi tahun baru. Setidaknya ketika saya masih di sekitar Bogor dan Bandung, tidak tampak penjual terompet.Â
Bandingkan 22 tahuh lalu atau saat pergantian tahun 2000 atau dikenal tahun millenium. Saat itu saya masih Sekolah Dasar (SD) di salah satu kota kecil di Bali.Â
Saat detik-detik pergantian tahun, semua orang mulai meniupkan terompet sekecang-kencangnya serta saling bersalaman mengucapkan selamat tahun baru. Terlalu asyiknya hingga tidak sadar ujung terompet mulai basah dan akhirnya rusak.
Penjual terompet pun sudah mulai bermunculan 2 minggu menjelang pergantian tahun baru di sekitar pinggir jalan. Uniknya pedagang ini berasal dari Pulau Jawa dan rela merantau usaha hingga ke Bali.Â
Tinggal di emper ruko kosong dengan mengajak anak istri bukanlah masalah besar demi cuan yang akan diraih saat pergantian tahun.Â
Dulu ketika mendekati Tahun Baru harga terompet akan mahal dan naik. Seingat saya saat masih SD atau SMP harganya 5 ribu rupiah. Semakin mahal jika terompet memiliki bentuk unik seperti desain Naga.Â