Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perlukah Pertimbangan Sisi Humanis Bagi Hukuman Koruptor di Kantor?

10 Desember 2021   10:14 Diperbarui: 11 Desember 2021   09:14 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Topik pilihan terkait Hari Anti Korupsi mengingatkanku akan kejadian tidak mengenakan saat masih ditugaskan di Jawa Timur. 

Sebagai Area Manager yang bertanggung jawab terhadap beberapa cabang perusahaan di Malang, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Pasuruan dan Jepara (Jawa Tengah) tentu akan membutuhkan usaha ekstra memantau setiap SDM yang ada di Cabang. 

Ironisnya saya mendapatkan cobaan dari salah satu cabang di Surabaya. Ada korupsi yang dilakukan berjamaah antara kepala cabang, kepala gudang dan admin. Total kerugian tidak tanggung nyaris 70 juta rupiah. 

Kecewa dan marah tentu menjadinhal lumrah yang saya rasakan. Kecewa karena ada keterlibatan kepala cabang yang sebenarnya sangat saya andalkan dan cekatan. Marah karena selama ini saya ditipu dan berasa "ditusuk dari belakang" oleh 3 orang ini. 

Bagaimana saya menghukum mereka? 

Tentu para koruptor ini perlu mendapatkan tindakan. Setiap orang memiliki cara sendiri memberikan hukuman atau tindakan. 

Saya ingin berbagi pengalaman bagaimana saya memberikan hukuman salah satu staff nakal yaitu admin cabang yang telah mengambil uang perusahaan. 

Sebut saja namanya Riko, usianya sekitar 24 tahun saat bekerja di Cabang. Riko bisa dibilang anak Yatim karena sejak Balita, ayahnya meninggalkan dirinya beserta sang ibu. 

Sebagai single parent, ibunya bekerja serabutan di rumah makan milik saudara dengan gaji kecil. Namun ia tetap bisa menyekolahkan Riko hingga lulus SMA. 

Ternyata uang hasil korupsi dari kantor digunakan Riko untuk membeli motor dan memodifikasinya sesuai hobi. Kerugian perusahaan lebih dari 20 juta karena tindakan ini. 

Saya dan manajemen memberikan sanksi berbeda untuk membuat si Riko sadar, jera dan berubah lebih baik. 

Beri Sanksi Pukulan Mental

Eits... Ini bukan pukulan fisik untuk Riko. Namun lebih berupa tindakan yang membuat mentalnya drop. 

Seseorang Yang Tengah Menyesali Diri | Sumber Media Indonesia
Seseorang Yang Tengah Menyesali Diri | Sumber Media Indonesia

Caranya saya tetap melaporkan kasus ini kepada Polsek terdekat. Bayang-bayang akan berurusan dengan polisi, ancaman hukuman di penjara, tinggal jauh dari ibu hingga akan menjadi catatan buruk bagi perjalanan hidup sudah membuat mentalnya kena. 

Padahal saya mewakili manajemen tidak melanjutkan permasalahan ini ke jalur hukum karena ada beberapa pertimbangan. 

Riko menunjukan itikad mengganti kerugian perusahaan dengan menjual motor dan membayar setengah dari uang korupsi yang diambil. Pertimbangan lain, saya personal tidak tega ketika bertemu dengan Ibu Riko. 

Ibu Riko yang sudah tua bahkan menangis serta membawa emas yang selama ini ia miliki untuk dijual dan membayar sebagian anaknya. Si ibu khawatir jika masalah ini dibawa ke jalur hukum akan berpengaruh terhadap masa depan anaknya. 

Saya dan manajemen setuju memperingan sanksi untuk Riko. Setidaknya si Riko sudah pernah merasakan diinterogasi pihak berwajib dan sudah menyadari tindakannya salah serta berpotensi untuk mendekam di penjara. 

Beri Kesempatan Menebus Kesalahan

Kesempatan ini bagi saya sangat berharga dan tidak semua perusahaan mau memberikan kesempatan bagi staf yang terbukti korupsi. 

Mempertimbangkan niat Riko ingin melunasi dan menebus kesalahan. Manajemen pun memberikan kesempatan berharga ini untuk Riko. 

Masih bekerja dibawah naungan perusahaan dan mendapatkan gaji bulanan. Namun ada konsekuensi yang harus diterima. 

Introspeksi Diri | Sumber Sinar 5 News
Introspeksi Diri | Sumber Sinar 5 News

Konsekuensi pertama gajinya akan dipotong seperempat untuk mencicil sisa piutang yang belum lunas terbayarkan ke perusahaan. Konsekuensi kedua, Riko akan ditempatkan dan tinggal di salah satu distributor. 

Tujuannya agar dirinya bisa mendapatkan bimbingan dari orang tepat dan bisa belajar membangun usaha jika kelak ia tidak bekerja lagi di perusahaan. Setiap bulan ia tetap diberi kesempatan pulang ke rumah ibunya. 

Cara ini ternyata berhasil, sesekali saya berdiskusi dengan Distributor tempat Riko bekerja. Riko dianggap sudah ada perubahan positif dan bahkan bisa menabung untuk kebutuhan dirinya dan ibunya kelak. 

Hukuman ini mengajarkan bahwa setiap tindakan akan ada konsekuensinya. Saya ingin mengajarkan bahwa mengambil uang sekecil apapun milik orang lain atau perusahaan adalah tindakan pencurian. 

# Beri Pendampingan Khusus

Selama si Riko bekerja di Distributor, saya sengaja meminta HRD untuk meng-cash kan gajinya. 

Tujuannya agar saya bisa tetap memantau dan memberikan nasehat setidaknya saat dia mengambil gaji bulanan. Saya merasa kenakalan Riko memang merugikan banyak pihak. 

Namun selagi saya masih bisa mendampingi dan membuat dirinya berubah ke arah lebih baik akan terasa lebih bermakna. 

Selalu ada pertanyaan kecil ketika bertemu Riko saat awal bulan, bagaimana aktivitas sehari-hari? 

Pertanyaan sederhana agar suasana tidak canggung. Riko berasa beruntung diberi kesempatan kedua dan didampingi untuk berubah. Meski harus tinggal jauh dari orang tua tapi masih ada perhatian dari distributor dan manajemen. 

Setelah beberapa bulan tinggal di Distributor dan hutang telah lunas dari potongan gaji. Saya sempat menawarkan apakah ingin resign atau tetap bertahan membantu si distributor? 

Jawaban tidak terduga, Riko memilih untuk bertahan. Hal yang membuat saya cukup kaget karena saya pikir Riko memilih resign jika semua piutangnya kepada perusahaan lunas. 

Ternyata alasan bertahan karena ia juga belajar hal-hal positif selama bekerja di distributor seperti manajemen waktu, kerja keras dan berbagi. 

Pernah sekali ia mengucapkan terima kasih pada saya. Ia tidak tahu lagi seandainya kasus korupsinya tetap di proses ke jalur hukum. Bisa jadi ia akan depresi dan lebih "nakal" selepas dari penjara. 

Ini karena orang yang keluar dari penjara akan susah mendapatkan kerjaan baru. Bersyukur cara manajemen memberikan hukuman yang masih manusiawi dan berkenan mempertimbangkan faktor keluarga dan masa depan si Riko. 

***

Kasus korupsi pun bisa terjadi dimana saja termasuk dalam dunia kerja. Momen ketika saya menemukan dan mengatasi masalah korupsi di kantor semakin menyadarkan bahwa jangan pernah percaya orang lain 100 persen. 

Ada banyak cara yang digunakan untuk hukuman bagi koruptor di kantor. Pengalaman saya memberikan sanksi kepada seorang staf muda seakan berusaha tetap berempati dan mempertimbangkan sisi lain seperti masa depan si staf muda ini. 

Proses pendampingan, arahan hingga memberikan kesempatan kedua untuk membayar kerugian perusahaan dianggap cara yang bijak untuk kasus ini. 

Setidaknya staf muda ini bertanggung jawab untuk mengembalikan kerugian dan dirinya masih punya harapan memperbaiki diri serta tidak ada catatan khusus di kepolisian. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun